Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 770 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gres Grasia Azmin
Abstrak :
Hikayat Bispu Wiraja (HBR) adalah teks yang sangat tua dan populer. Teks HBW merupakan teks yang menarik karena ternyata teks HBW tidak dapat dikategorikan dalam satu kategori saja. Teks HBW dikategorikan oleh beberapa ahli filologi sebagai cerita dari zaman peralihan, cerita dari zaman Hindu, karya kesusasteraan klasik Melayu-Singapura, karya dari jenis sintetis hikayat petualangan ajaib, atau cerita berbingkai. SeIain itu, ternyata dapat juga ditemukan teks HBW sebagai bagian dari antologi. Dengan banyaknya kategori yang dapat dimiliki oleh HBW maka tentu fungsi yang dikandung oleh setiap teks akan berbeda pula. Dengan menetapkan kategori teks HBW, maka fungsi yang emban oleh teks tersebut dapat pula ditetapkan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S10960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marhamah Djambek
Abstrak :
Daripada uraian tersebut diatas, kelihatan bahwa ada persamaan tentang penobatan/gendang nobat ini dalam keradjaan-keradjaan Melayu. Djuga bila dilihat pada sedjarah Melaju ada persamaan upatjara penobatan antara Malaka dan Palembang
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1967
S10876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Groeneveldt, W. P. (Willem Pieter), 1841-1915
Djakarta : Bhratara, 1960
992 GRO h (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Ghaffar
Selangor: Warisan Wong Kampung, 2006
899.22 IBR l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shellabear, W.G., editor
Petaling Jaya: Fajar Bakti, 1989
899.28 SHE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hasyim Sri Muda
Bandung: Rosda, 1981
899.231 HAS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eveline Ciptadewi Soesetio
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk memahami makna hulu (danganan) keris Bali dan proses kreasi seniman Bali dalam mewujudkan bentuk pegangan keris. Data diperoleh melalui penelitian lapangan dengan metode partisipasi observasi selama ± 31/2 bulan di Gianyar, Klungkung dan Bangli. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa hulu keris/danganan yang merupakan salah satu bagian luar (eksoteri) dari sebilah keris Bali dan mempunyai fungsi sebagai pegangan keris, memperindah keris dalam penampilannya dan untuk menunjukkan status simbol si pemakai keris. Kreatifitas manusia dalam mewujudkan karya budayanya menciptakan makna yang merujuk pada realitas yang lain dalam pengalaman sehari-hari yang meliputi bidang-bidang agama, seni, ilmu sejarah, mitos dan bahasa, dan menjadikan cakupan proses simbolis yang luas. Bagi orang Bali hulu/danganan keris mempunyai makna, lambang kekuatan magis, dan sebagai ungkapan rasa cinta kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Orang atau masyarakat Bali selalu berusaha bersikap seimbang terhadap alam sekitarnya. Konsep Tri Hita Karana menjiwai orang Bali untuk mewujudkan keharmonisan antara manusia dengan Sang Hyang Widi, antara manusia dengan manusia lain dan antara manusia dengana alam lingkungannya. Penelitian ini dilakukan untuk melanjutkan dan melengkapi penelitian keris terdahulu (baik esoteri maupun eksoterinya), dari peneliti-peneliti sebelumnya. Studi bentuk danganan keris Bali ini penting dilakukan karena merupakan morphologi kelanjutan keris Majapahit.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T8992
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarwit Sarwono
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini diberi judul Juarian Beringin: Suntingan Naskah dan Tinjauan Bentuk. Tujuan pokok penelitian ini adalah menyajikan suntingan naskah Juarian Beringin (JB), dan menyajikan uraian tentang bentuk teks juarian. Oleh karena naskah-naskah JB dapat dikelompokkan sebagai naskah-naskah Ka-Ga-Nga kelompok Melayu Tengah, maka saya memandang perlu untuk menguraikan sekadarnya tentang bahasa dan konvensi penulisan teks dalam naskah-naskah Ka-Ga-Nga kelompok ini. Untuk kepentingan pembicaraan ini, saya mempergunakan sejumlah naskah Ka-Ga-Nga koleksi Perpustakaan Nasional Jakarta, Museum Negeri Bengkulu, KITLV dan Rijksuniversiteit Bibliotheek Leiden.

Pengamatan dan analisis terhadap data, memperlihatkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut.

1. Dalam naskah-naskah Ka-Ga-Nga kelompok ini, terdapat variasi bentuk aksara yang menyatakan silaba yang sama, atau bentuk aksara yang sama yang mewakili silaba yang berbeda, dan adanya variasi bentuk sandangan yang berfungsi sama.

2. Terdapat kecenderungan yang tertentu dalam penulisan kata, di samping adanya lebih dari satu cara untuk menuliskan kata-kata yang sama. Kenyataan ini kiranya bertalian dengan persepsi saya teks tentang bahasa lisan dan bahasa tulis, misalnya dalam hal

penulisan kata berimbuhan, dan penulisan bunyi glotal.

3. Terdapat petunjuk yang memperlihatkan adanya kekeliruan dalam penulisan kata, dengan atau tanpa perbaikannya. Sifat bahan naskah (bambu, kulit kayu, tanduk, ratan), dan kecepatan mengeja teks yang tidak sama dengan kecepatan menulis, kiranya menjadi faktor penyebab kenyataan ini.

4. Terdapat penyingkatan dan pengulangan kata, atau pengu-langan larik. Hal ini tampaknya bertalian dengan sifat teks-teks Ka-Ga-Nga, yang pada awalnya adalah teks-teks lisan yang lazim dibawakan dalam kesempatan tertentu dan dengan demikian memiliki irama yang tertentu. Pada saat teks ditransformasikan, diduga penulis teks melagukannya sesuai dengan irama teks yang bersangkutan. Gejala penyingkatan kata, pengulangan kata atau larik dapat di_pandang sebagai wujud penyesuaian larik dalam bait-bait teks dengan iramanya. Cara penulisan kata yang tertentu agaknya juga mencerminkan irama dari teks yang bersangkutan.

5. Naskah-naskah JB tidak memperlihatkan hubungan genealogic, dalam arti, yang satu adalah turunan atau salinan dari yang lain, melainkan masing-masing diduga diturunkan dari saksi lisan. Hal ini tampak dari persamaan dan perbedaan dalam hal bentuk aksara dan sandangan, bahasa (dialek), dan muatan yang dikandungnya. Untuk kepentingan suntingan naskah, dipilih naskah C (Rijksuniversiteit Bibliotheek Leiden), dengan pertimbangan bahwa naskah ini merupakan naskah yang utuh. Naskah C ditulis dalam dielek /e/, diduga berasal dari Ogan Ilir atau Kikim, tampak antara lain dari adanya gugus mp, nt, nc, dan ngk.

6. Teks JB dapat dikelompokkan sebagai teks kejadian yaitu teks-teks yang menguraikan perihal terjadinya dan susunan atau struktur alam semesta dan seisinya . Dalam kaitan ini, teks JB menguraikan asal sejatinya manusia, hakikat sejatinya manusia dan Tuhan, dan tempat kembalinya sejatinya manusia. Dalam teks JB juga diuraikan susunan beringin sebagai simbol semesta.

7. Ciri khas teks juarian terletak pada bentuknya, yaitu dialog, tanya jawab antara dua pelaku (laki-laki dan perempuan). Satuan-satuan dialog, tersusun atas unsur-unsur pembentuk yang tetap dan cenderung berulang. Ciri ini membedakannya dari bentuk dialog pada teks-teks yang bukan juarian. Selain itu, larik-larik dalam dialog pada teks juarian juga memperlihatkan struktur yang paralel, dan memuat kata-kata yang secara semantis paralel.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayatul Astar
Abstrak :
Penelitian ini merupakan kajian variasi bahasa Melayu di Riau Daratan dan di Riau Kepulauan. Kajian ini bersifat komparatif, membandingkan bahasa Melayu di dua wilayah Riau tersebut. Yang dibandingkan adalah perbedaan etimon dan realisasi vokal dan konsonan pada suku kata pertama dan kedua. Bahasa Melayu yang dibandingkan itu terdapat di i S daerah pengamatan, 9 di Riau Daratan dan 9 di Riau Kepulauan. Hasil kajian ini membuktikan bahwa bahasa Melayu di Riau Daratan lebih variatif daripada bahasa Melayu di Riau Kepulaun. Buktinya adalah banyak glos yang memiliki etimon lebih banyak di Riau Daratan daripada di Riau Kepulauan. Di samping itu, realisasi vokal dan konsonan, juga menunjukkan ada kecenderungan lebih bervariasi bahasa Melayu di Riau Daratan. Kebervariasian bahasa Melayu di Riau Daratan itu disebabkan oleh kemungkinan adanya pengaruh atau unsur pinjaman dari bahasa lain, antara lain, bahasa Minangkabau, Jawa, dan Sunda. Ada penanda khas antara bahasa Melayu di Riau Daratan dan di Riau Kepulauan. Penanda itu, antara lain, adanya etimon bahasa lain lebih banyak di Riau Daratan daripada di Riau Kepulauan, bunyi vokal tengah swa terdapat di Riau Kepulauan, dan realisasi konsonan [t] di Riau Kepulauan dan [k] atau [?] di Riau Daratan pada akhir berian glos tertentu.
This research is a study of the variation of Malay language in the Riau Land and the Islands of Riau. This is a comparative study, to compare Malay language in two regions of Riau. This study compares the difference of etimon and the vowel and consonant realization on the first and second syllable. On the Malay language, there are eighteen research point area, nine of them are in the Riau Land and the rest are in the Islands of Riau. The result finding proves that Malay language in are more variation than the Malaya language in the Islands of Riau. The evident show that there many gloss with more etimons in the Riau Land morever, the realization of vowel and consonant, show that the Malay language in the Riau Land has tend to have more variations. The variations from other languages such as the influence of, Minangkabau, Javanese, and Sundanese. There is a special sign between the Malay language in Riau Land and the Islands of Riau. One of signs is that there are more etimons of other languages in Riau Land than in the Islands of Riau. In the Islands of Riau there are the sound of middle vowel swa and the consonant realization [t] and [k] or [?] in the Riau Land on the second on the syllable of the certain given gloss.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T17241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>