Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Poppy Novita Iriana
"Skripsi ini berisi mengenai isi prasasti Condrogeni I. Isi dari sebuah prasasti dapat memberikan keterangan mengenai kronologi, biografi, geografi, dan peristiwa dari suatu kerajaan yang akan membantu dalam penulisan sejarah kuna Indonesia. Prasasti Condrogeni I dengan angka tahun 1476 Ś atau 1554 M isinya memberikan keterangan mengenai seorang pengembara atau pertapa. Lingkungan tempat temuan prasasti ini juga ditemukan beberapa artefak lainnya yang mengindikasikan bahwa tempat tersebut digunakan untuk ritual keagamaan serta bisa juga menghasilkan prasasti.
This thesis contains the contents of the inscription Condrogeni I. Contents of am inscription can provide information about the chronology, biography, geography, and events of a kingdom that will assist in the writing of ancient history of Indonesia. Condrogeni I inscription dates to 1476 Ś, it gives a description of a nomad or hermit. Environment where the finding of this inscription is also found several other artifacts indicating that the place is used for religious rituals and can also result in the inscription."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S457
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Arca-arca peninggalan jaman Majapahit umumnya diketahui sangat megah dan meriah serta halus buatannya. Kemeriahan hiasan yang dipahatkan secara halus pada arca-arca dari jaman itu mendjadi salah satu bukti kebesaran keprabuan Majapahit. Kemegahan arca-arca jaman Majapahit memberi petunjuk bahwa pada jaman tersebut kemewahan materiil telah menjadi salah satu ciri yang menonjol. Mungkin karena pada jaman Majapahit itu kehidupan masyarakat telah mencapai suatu tingkat kemakmuran tertentu, sehingga memungkinkan bagi rakyat dan keprabuan membangun banyak candi tempat pemujaan bagi penganut agama Hindu dan Buddha ketika itu. Kemakmuran yang juga memungkinkan berkembangnja seni arca dimana dapat diekspresikan suatu keindahan dan kemegahan jamannya. Gambaran kemakmuran dan kemewahan kehidupan jaman Majapahit diungkapkan pula oleh Mpu Prapanca dalam karyanya yang terkenal, Negarakertagama_"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S11617
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windyasti Sulistyo
"Masa Singhasari-Majapahit yang berlangsung dari abad ke-13--15 M, meninggalkan bangunan-bangunan suci dengan bentuk dan arsitektur yang beragam. Selain itu, pada tiap-tiap percandian yang didirikan pada masa tersebut juga memiliki penataan yang berbeda-beda. Hal itulah yang melatari penelitian tentang penataan percandian Hindu pada masa Singhasari-Majapahit, dengan melihat pola penataan dart komponen bangunan candi induk, candi (bangunan) perwara, pagar keliling, gapura pintu masuk, serta bangunan lain yang mungkin saling berbeda pada setiap percandian. Selain itu mencari hubungan kelanjutan dalam pendirian bangunan suci dari Masa Singhasari-Majapahit dengan masa sebelumnya (masa klasik tua).
Penelitian berkisar masalah deskripsi dari komponen bangunan, mengenai ukuran, arah hadap, keletakan. Percandian yang dijadikan ruang lingkup penelitian adalah Candi Kidal, Candi Singasari, Candi Jawi, Candi Panataran, Candi Sumberjati, Candi Bangkal, dan Candi Tegawangi. Untuk mengetahui bentuk penataan tiap percandian, dilakukan dengan melihat bentuk tiap komponen bangunan, dan mencari tabu ukuran, arah hadap, jarak antar komponen bangunan. Jika semua data tersebut diketahui, diperbandingkan setiap komponen bangunan candi yang ada dan dicari tabu apakah terdapat hubungan kelanjutan dengan masa sebelumnya.
Hasil penelitan yang dicapai menunjukkan bahwa pada percandian masa Majapahit-Singhasari masih menunjukkan adanya kesinambungan bentuk penataan dengan masa sebelumnya. Hal ini terlihat dengan adanya penggunaan bangunan perwara, walaupun beberapa percandian memiliki bentuk yang bebeda, namun hal tersebut dapat dimaklumi karena adanya perbedaan pandangan dari masyarakat pendukung pada saat itu, juga selisih waktu yang ada sangat jauh, Selain itu, hubungan kelanjutan antar masa Singhasari-Majapahit dengan masa sebelumnya terlihat dengan penggunaan unsur agama yang masih banyak dianut pada masa itu, yaitu Hindu dan Buddha. Hubungan kelanjutan penataan percandian juga terlihat dengan masih digunakannya bangunan perwara sebagai banguna pendamping dari candi induk, Selain itu, sangat mungkin juga bahwa candi perwara tersebut juga digunakan sebagai tempat menaruh dan menyimpan alat-alat upacara keagamaan, selain juga sebagai tempat pelaksanaan upacara keagamaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12068
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nensi Yuliyanti Dewi
"Candi merupakan peninggalan arkeologis yang menjadi bukti berkembangnya kebudayaan masa lalu di Indonesia. Penelitian tentang candi memang banyak dilakukan, namun pembahasan mengenai Candi Bhre Kahuripan secara terperinci belum pernah dilakukan hingga sekarang. Oleh karena itu, karya ini bertujuan untuk memaparkan bentuk, gaya bangunan, serta peran Situs Bhre Kahuripan pada masa Majapahit. Candi ditemukan dalam kondisi yang tidak utuh, hanya tersisa bagian batur dengan ukuran 14 x 14 m dengan yoni di tengahnya. Candi di situs Bhre Kahuripan diperkirakan merupakan jenis samkirna dikarenakan bahan pembuatannya lebih dari dua bahan. Baturnya dari susunan batu andesit, sumurannya campuran antara bata dan andesit, serta diatas batu-batu umpak diduga berdiri tiang kayu penopang atap dari bahan yang mudah rusak. Kemudian untuk mengetahui perkiraan bentuk utuh Candi Bhre Kahuripan dilakukan metode analogi atau membandingkan dengan candi serupa yang sudah dapat diketahui atributnya sehingga didapatkan suatu informasi tertentu. Hasil analisis memperlihatkan bahwa Candi Bhre Kahuripan termasuk dalam jenis candi batur seperti yang dikemukakan oleh Agus Aris Munandar, dan memiliki latar belakang agama Hindu Saiwa. Berdasarkan peninggalan yang ada, candi ini berfungsi sebagai tempat pendharmaan sekaligus peribadatan.

The temple is an archaeological relic that is evidence of the development of past culture in Indonesia. Research on temples has indeed been done a lot, but a detailed discussion of Bhre Kahuripan Temple has never been done until now. Therefore, this work aims to describe the shape, style of the building, and the role of the Bhre Kahuripan Site during the Majapahit era. The temple was found in an incomplete condition, only the batur section with a size of 14 x 14m remains with a yoni in the middle. The temple at the Bhre Kahuripan site is thought to be a type of samkirna because it is made of more than two materials. The batur are made of andesite stone, the sumuran are a mixture of brick and andesite, and on top of the umpak it is suspected that wooden pillars supporting the roof are made of easily damaged materials. Then to find out the approximate form of the Bhre Kahuripan Temple, an analogy method was used or compared with similar temples whose attributes could already be known so that certain information was obtained. The results of the analysis show that the Bhre Kahuripan Temple is included in the batur temple type as proposed by Agus Aris Munandar, and has a Saiwa Hindu religious background. Based on the existing relics, this temple functions as a place of pendharmaan as well as worship."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover