Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tobing, Yasmine Nauli
Abstrak :
ABSTRAK
Manajemen perawatan merupakan hal yang critical bagi setiap perusahaan yang menggunakan mesin sebagai alat bantu kegiatan operasional, terlebih bagi perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang sebagian besar menggunakan alat berat dalam kegiatan operasional. Demi menjaga keterandalan kinerja alat berat tersebut, banyak perusahaan tambang yang menjalin kerja sama dengan Trakindo Utama, tempat dimana penelitian ini dilakukan, dalam hal manajemen perawatan. Kegiatan perawatan yang selalu dilakukan secara rutin membutuhkan tenaga mekanik yang handal dan ketersediaan suku cadang. Ketersediaan suku cadang ini yang menjadi dasar permasalahan dalam penelitian ini. Untuk mengantisipasi kekurangan suku cadang dalam kegiatan perawatan, maka dibutuhkan kegiatan lain yaitu forecasting atau peramalan. Forecasting atau peramalan adalah kegiatan yang dapat memperkirakan jumlah dan saat yang tepat dalam memesan suatu suku cadang. Dari sisi manajemen perawatan, forecasting atau peramalan ini sangat membantu menjaga ketersediaan suku cadang, tetapi di lain pihak, tingkat akurasi yang rendah dapat menyebabkan kelebihan ataupun kekurangan suku cadang. Kelebihan ataupun kekurangan persediaan dapat berdampak terhadap biaya persediaan. Sehingga secara garis besar, tingkat akurasi peramalan merupakan fungsi dari waktu penjualan dan jumlah persediaan yang diramal akan terpakai. Tingkat akurasi tersebut akan mempengaruhi besar kecil biaya persediaan, baik biaya pengadaan maupun biaya penyimpanan. Dengan melihat hal tersebut diatas, maka penelitian ini akan membahas mengenai apakah tinggi rendah akurasi forecasting atau peramalan mempengaruhi biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan, apakah harga suku cadang dapat mempengaruhi biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan, apakah waktu penjualan mempengaruhi biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan, dan mengapa terjadi ketidakakuratan forecasting atau peramalan. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori mengenai manajemen perawatan, teori peramalan atau forecasting, teori manajemen persediaan dan biaya persediaan, serta bagaimana keseluruhan teori itu dapat saling berhubungan. Sehingga secara garis besar dapat ditarik suatu hubungan atau benang merah dari setiap variable tersebut. Manajemen perawatan yang menjadi dasar alasan dilakukan kegiatan peramalan atau forecasting, dan bagaimana hasil peramalan yang tidak akurat akan menyebabkan penumpukan barang persediaan yang akhirnya mempengaruhi biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana penelitian ini bersifat deduktif. Penelitian ini dikatakan bersifat deduktif karena penelitian dilakukan dengan berdasarkan teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Data-data yang dipakai selain data kuantitatif yang berupa data mengenai daftar harga dan biaya, juga data kualitatif yang berupa hasil wawancara dengan team yang secara langsung terlibat dengan kegiatan peramalan dan team yang terlibat dalam kegiatan operasional manajemen persediaan. Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan biaya persediaan dengan setiap tingkat akurasi. Hasil analisa penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi rendah tingkat akurasi mempengaruhi biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan. Semakin tinggi tingkat akurasi, maka akan semakin kecil biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan, dan sebaliknya semakin rendah tingkat akurasi maka akan semakin besar biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan. Dari segi harga, hasil analisa penelitian menunjukkan bahwa harga suku cadang yang merupakan barang persediaan dapat mempengaruhi biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan. Semakin mahal harga suku cadang yang merupakan barang persediaan, maka akan semakin tinggi biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan. Sebaliknya, semakin murah harga suku cadang yang merupakan barang persediaan, maka akan semakin rendah biaya persediaan yang harus ditanggung perusahaan. Dari segi waktu penjualan, hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin cepat terjadi penjualan atau semakin cepat barang persediaan itu terpakai, maka akan semakin kecil biaya persediaan yang ditanggung perusahaan. Sebaliknya, semakin lama terjadi penjualan atau semakin lama barang persediaan itu terpakai makan akan semakin besar biaya persediaan yang ditanggung perusahaan. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara, dapat dianalisa bahwa faktor penyebab data tidak akurat adalah kondisi lapangan yang dinamis tidak diimbangi dengan system manajemen persediaan yang dinamis juga. Hal ini menyebabkan ketika kondisi sudah berubah, kondisi manajemen persediaan tidak dapat dengan mudah menyesuaikan dengan kondisi tersebut.
ABSTRACT
Maintenance management is a critical thing for every company which use machine as a tool for operational activity, especially to mining company which use heavy equipment. To keep the performance of heavy equipment, many mining companies build cooperation with Trakindo Utama in maintenance management. Maintenance activities which are implemented continuously, need reliable mechanic and spare part availability. Spare part availability will be the initial problem of this study. To anticipate shortage of spare part in maintenance activity, forecasting activity is needed. Forecasting is an activity to estimate the right time and quantity in ordering spare part. From maintenance management perspective, this activity is helpful to keep spare part availability, but in the reverse side, the low accuracy of forecasting can cause shortage or surplus of inventory. Surplus or shortage of inventory can affect to inventory cost. The level of forecasting accuracy is function of time of selling and quantity of forecast. This level accuracy can affect to inventory cost, including ordering cost and carrying cost. Inventory cost is percentage of inventory value. Inventory value is accumulation of quantity and price of inventory. By considering that situation, this study will investigate whether the level of forecasting accuracy can affect to inventory cost, whether the price of inventory (spare part) can affect to inventory cost, whether time of selling can affect to inventory cost, and why inaccurate forecasting can occur. Theory that used in this study is maintenance management theory, forecasting theory, inventory management theory and inventory cost theory, also how those theory can be connected. So every theory can have relationship with another theory. Maintenance management will be the main reason company do forecasting activity, and how this inaccurate forecast can affect to surplus inventory and finally affect to inventory cost. This study uses quantitative approach which has deductive characteristic. It is said has deductive characteristic because this study is done based on previous theory. The data that used in this study is quantitative and qualitative. Quantitative data is data about price and cost formulation, and qualitative data is data which is got from interview with related team. Data processing is done by comparing inventory cost with every level of accuracy. The result of this study shows that level of accuracy can affect to inventory cost that must be paid by company. The higher level of accuracy, the lower inventory cost. From the price perspective, this study shows that price of inventory (spare part) can affect to inventory cost. The more expensive of the price, the higher inventory cost. From the the perspective of time selling, this study shows that time of selling can affect to inventory cost. The faster of time of selling, the lower inventory cost. Based on interview, it can be analyzed that factors that affect to inaccurate data is actual field condition. The dynamic of field condition is unpredictable. It can cause inventory management can?t adapt to every changing of field condition.
2007
T 22757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Derry Fatrah Sudarjo
Abstrak :
Pekerjaan operasi dan pemeliharaan merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan untuk menjaga dan mempertahankan keberlangsungan transportasi penyaluran gas dari hulu ke hilir berjalan dengan aman, handal, efektif dan efisien. Kegagalan Operasi disebabkan karena kurangnya perhatian dan kesadaran akan pentingnya pekerjaan pemeliharaan, perawatan dan persediaan pada fasilitas-fasilitas pendukungnya, diantaranya adalah persediaan suku cadang yang memadai. Pengendalian persediaan suku cadang merupakan suatu kegiatan yang sangat berperan penting dalam pekerjaan operasi dan pemeliharaan, hal tersebut dikarenakan jika jumlah persediaan terlalu kecil atau tidak tersedia maka akan mengakibatkan kerugian terlebih lagi bila suku cadang ataupun peralatan tersebut bersifat vital maka kerugian yang ditimbulkan akan semakin besar. Persediaan yang berlebihan akan berdampak pada nilai investasi yang tertanam akan sangat besar dan tidak ekonomis. Faktor yang mempengaruhi jumlah persediaan adalah jumlah pemakaian, lead time dan pengendalian persediaan. Pemakaian yang fluktuatif, lead time yang panjang dan pengendalian persediaan yang dirasa kurang efektif akan berpengaruh pada upaya pencapaian tingkat persediaan yang optimal. Proses penelitian dilakukan dengan cara mengidentifikasi pengendalian persediaan pada ketiga Gudang, dimulai dengan cara observasi, wawancara, pengolahan data persediaan pada tiga tahun terakhir (2016-208) serta melakukan kuesioner untuk menghitung Analisis Pemakaian, Analisis Investasi dan Analisis Indeks Kritis untuk mengklasifikasikan Suku Cadang ke dalam tiga Kelompok yaitu Kelompok A, B dan C. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak terkait sebagai informan, maka dibuat usulan strategi yang harus ditempuh oleh perusahaan adalah dengan menggunakan Sistem Berbasis Web yaitu dengan nama CMMS (Computerized Maintenance Management System). CMMS bertujuan sebagai sistem Pengendalian dan pengelolaan persediaan yang dapat dimonitor oleh Divisi Persediaan, Divisi Operasi dan Pemeliharaan dan Divisi Pengadaan yang dapat menghasilkan pengendalian persediaan yang efektif, ekonomis dan efisien bagi perusahaan.
Operation and maintenance jobs is an absolute requirement that must be done to maintain and sustain the transport of gas supply from upstream to downstream run with a safe, reliable, effective and efficient. Operation failure due to lack of attention and awareness of the importance of the maintenance work, maintenance and supplies on its auxiliary facilities, such as an adequate supply of spare parts. Inventory control of spare parts is an activity that is very important in the work of operation and maintenance, it is because if the amount of inventory is too small or is not available then it will result in the loss especially when spare parts or the equipment is vital that the losses will be even greater. Excess inventory will have an impact on the embedded value of the investment will be very large and uneconomical. Factors affecting the amount of inventory is the amount of usage, lead time and inventory control. Fluctuating consumption, long lead times and inventory control are deemed less effective it will affect the achievement of optimal inventory levels. The research process is done with how to identify the third warehouse inventory control, starting with observation, interviews, data processing supplies in the last three years (2016-208) as well as doing a questionnaire to calculate Usage Analysis, Investment Analysis and Critical Index analysis to classify Parts to in three groups, namely Group A, B and C. Based on the results of interviews conducted with related parties as an informant, then made some strategic ideas that must be taken by the company is to use a Web-based system that is the name of a CMMS (Computerized Maintenance Management System). CMMS is intended as a system of control and management of inventory that can be monitored by the Supply Division, Operations and Maintenance Division and the Procurement Division can produce effective inventory control, economical and efficient for the company.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seto Wahyu Jatmiko
Abstrak :

Proses produksi pada industri proses  bersifat kontinyu  dan lebih banyak menggunakan otomatisasi di setiap bagian proses produksi dibandingkan industri diskrit. Sehingga pemeliharaan pada industri proses cenderung lebih  siap, sesuai industri 4.0, untuk memberikan data-data real time tentang kondisi mesin yang kemudian dianalisis menggunakan big data, dibandingkan industri diskrit. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat delapan skenario terkait perkembangan manufaktur digital era industri 4.0 yaitu data analitis, sistem informasi yang interoperable, pendidikan dan pelatihan, perencanaan pemeliharaan berbasis fakta, prosedur kerja cerdas,  perencanaan pemeliharaan dengan perspektif sistem, standar dan peraturan lingkungan. Skenario tersebut digunakan sebagai masukan untuk rekomendasi strategi dalam implementasi industri 4.0 pada  bidang pemeliharaan di industri proses. Skenario tersebut dianalisa menggunakan metode Interpretative Structural Modelling (ISM), dimana pengambilan data menggunakan penilaian pakar dalam bentuk kuesioner  sehingga diperoleh keterkaitan masing masing skenario dan suatu model diagraph ISM. Analisa lebih lanjut, diperoleh nilai dependent yang rendah dan nilai driver power yang tinggi dari delapan skenario, yang kemudian dapat diketahui sebagai faktor kunci untuk rekomendasi strategi  pemeliharaan.


 


Process industries usually use  more automation due to their continuous process compare to discrete industry.  Then, maintenance in industry process have better preparedness  to get real machine data to facility big data analysis in industry 4.0 than discrete industry. Research according maintenance in industry 4.0 era identified eight the most probable scenarios for maintenance organisations which are data analytics, interoperable information systems, big data management, education and training, fact-based maintenance planning, smart work procedures, maintenance planning with a systems perspective, and environmental legislation and standards. These scenarios was used as direct input to strategic development of recommendation industry 4.0 implementation in process industry maintenance. These scenario was analyzed by Interpretative Structural Modelling (ISM) method, where  expert’s opinion was collected using questionnaire to give directional relationship of these scenarios  and develop a diagraph ISM structure. More analysis approach, low dependent and high driver power value of scenario was identified as a key success factor for maintenance strategy in process industry.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haski Apriliandi
Abstrak :
Pemeliharaan adalah merupakan unsur utama dalam setiap kegiatan operasional sebuah kapal. Demi mencegah terjadinya kerusakan pada komponen sebuah kapal, maka harus ada sebuah sistem pemeliharaan yang terencana sebelum kapal itu memulai kegiatan operasionalnya. Hal tersebut sudah menjadi aturan baku yang diatur oleh International Safety Management (ISM) Code mengenai pemeliharaan pada seluruh komponen kapal. Kegiatan pemeliharaan diatas kapal merupakan tanggung jawab para kru kapal dan diawasi oleh biro klasifikasi tempat kapal tersebut didaftarkan. Dari seluruh komponen yang ada diatas kapal, mesin utama kapal merupakan elemen penting pada sebuah kapal, karena berkenaan langsung dengan kegiatan operasional kapal. Maka perancangan kegiatan pemeliharaan yang terencana atau lebih dikenal dengan istilah Planned Maintenance System (PMS) menjadi hal yang penting demi menjaga kinerja dari sebuah mesin utama. Mesin Utama berjenis diesel 2 langkah dengan jumlah silinder tujuh buah dan bertenaga 15820 KW menjadi objek penelitian yang akan menjadi contoh penerapan Planned Maintenance System pada sebuah mesin utama di kapal.
Maintenance is an essential element in all operations of a ship. To prevent damage to the components of a ship, then there must be a system of planned maintenance before the ship started its operations. It is already a rule that is set by the International Safety Management (ISM) Code concerning maintenance on all components of the ship. Maintenance activities on the ship is the responsibility of the ship's crew and overseen by a classification bureau where the ship is registered. From all components on board, the ship main engines are an important element on a ship, because it directly relating to the operations of the ship. Then design activities planned maintenance or better known as the Planned Maintenance System (PMS) to be essential in order to maintain the performance of a main engine. Main engine type diesel 2 stroke seven the number of cylinders and 15820 KW powered the object of research that will be the example of Planned Maintenance System on a main engine on board.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Pratama Ariesta
Abstrak :
Perlengkapan keselamatan merupakan syarat utama untuk menjamin keselamatan seluruh penumpang dan kru pada saat kapal beroperasi. Perlengkapan keselamatan harus selalu dalam kondisi sempurna dan siap pakai pada saat-saat darurat yang tidak terduga agar seluruh penumpang dan kru kapal dapat menyelamatkan diri. Untuk itu perlu adanya suatu sistem yang mengatur tentang perawatan dan pemeliharaan perlengkapan keselamatan di kapal tersebut. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat menambah produktivitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code). Atas dasar itulah perlu dibuat sebuah sistem rencana pemeliharaan untuk komponen-komponen yang termasuk perlengkapan keselamatan di kapal.
Safety equipment is a main requirement on a ship to ensure all people safety on board. Safety equipment should be always in good condition and ready to use in an unpredictable emergency situation, in order to save all people on board. It is essential to have a system that regulates the maintenance of the safety equipment on the ship. Moreover, a maintenance system that is done in a well-planned and regular manner can also extend the life of a ship so as to increase the productivity of the ship. Matters related to the maintenance of all components contained in a ship also have been regulated in the International Safety Management Code (ISM Code). On that basis, it becomes necessary to arrange a Planned Maintenance System (PMS) of the components of safety equipment on the ship.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pius Daviv Sugiarto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hazard dan analisis risiko pada aktivitas maintenance wahana X. Penelitian ini besifat deskriptif dengan desain semi-kuantitatif dan menggunakan tahapan manajemen risiko AS//NZS: 4360. Tahapan kerja aktivitasmaintenace didapatkan dari SOP dan wawancara mendalam. Analisis tingkat risiko menggunakan kriteria exposure, likelihood, consequence, dan risk level W.T. Fine. Aktivitas maintenance yang di analisis adalah harian dan mingguan greasing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hazard terbanyak yang dihadapi oleh pekerja pada maintenance harian adalah hazard fisik ketinggian dan listrik dengan tingkat risiko tertinggi pada tahapan memeriksa neple dan oli hidraulik tentakel. Sementara untuk aktivitas greasing,hazard yang paling banyak adalah fisik ketinggian dengan tingkat risiko tertinggi pada tahapan kerja menuju lokasi penggantian grease. Adapun pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan antara lain dengan pembagian shift kerja dan menyediakan kendaraan berupa golf car serta APD berupa; gloves, safety shoes, body harness, helm, dan googles.
This study aims to determine the hazards and risks analysis that exist in the maintenance activities of the ride X. This research was conducted with semi quantitative design and using AS NZS 4360. Work process obtained from SOPs and in depth interviews. The criteria of level analysis exposure, possibilities, consequences, and risk level by W.T. Fine. The maintenance activities analyzed are daily and weekly greasing. The results elucidate that most hazards incurred by workers for daily maintenance were physical hazards altitude and electrical at work process of inspection of the neple and tentacle hydraulic oil. Meanwhile, as for greasing activity, physical altitude is the most dangerous hazard at the work process to the location of grease replacement. In addition, controls that have been done by the company, among others, by dividing the work shift and providing the vehicle such as golf car and PPE in the form of gloves, safety shoes, body harness, helmets, and googles.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Rakha Putra
Abstrak :
Dalam siklus hidup bangunan Gedung hijau, tahap operasi dan pemeliharaan lah yang memberi keuntungan bagi pemilik dan juga manajemen bangunan jika dilihat dari dana dan tenaga yang dibutuhkan untuk menjalankanya. Pemeliharaan bangunan gedung sendiri merupakan kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi. Jika dibandingkan dengan pemeliharaan bangunan Gedung konvensional belum ada standar yang membahas terkait pelaksanaan pemeliharaan bangunan Gedung hijau. Berangkat dari fakta tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi kondisi eksisting pelaksanaan manajemen pemeliharaan bangunan Gedung hijau di Indonesia, selain penelitian ini juga akan membahas terkait faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemeliharaan serta dampaknya pada tiap komponen pemeliharaan. Metode penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah validasi pakar, survei kuisioner, dan wawancara langsung bangunan Gedung hijau. Hasil dari penelitian ini menunjukan kondisi eksisting pemeliharaan dalam berbagai aspek. Selain itu penelitian ini juga menunjukan adanya 6 faktor dengan 18 indikator yang memiliki dampak terhadap 3 komponen pelaksanaan pemeliharaan dengan faktor yang paling berpengaruh merupakan faktor birokrasi sedangkan indicator paling berpengaruh merupakan jumlah dana ......In the life cycle of a green building, it is the operation and maintenance phase that provides benefits to the building owner and management in terms of the funds and personnel needed to run it. Maintenance of the building itself is an activity to maintain the reliability of the building and its infrastructure and facilities so that the building is always fit for function. When compared to conventional building maintenance, there are no standards that address the implementation of green building maintenance. Departing from these facts, this research was conducted with the aim of identifying the existing conditions of the implementation of green building maintenance management in Indonesia, in addition to this research also discussing the factors that influence the implementation of maintenance and their impact on each maintenance component. The research methods used to achieve the goal are expert validation, questionnaire surveys, and direct interviews of green buildings. The results of this study show the existing conditions of maintenance in various aspects. In addition, this study also showed that there were 6 factors with 18 indicators that had an impact on the 3 components of maintenance implementation with the most influential factor being the bureaucratic factor while the most influential indicator was the amount of funds.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustanto
Abstrak :
Full Maintenance Contract (FMC) merupakan salah satu lini bisnis dari departemen service PT United Tractors dalam melakukan kontrak perawatan dengan pelanggan. Reliability mesin dengan indikator physical availability (PA) dan mean time between failure (MTBF) adalah KPI yang disepakati dengan pelanggan dengan target minimum tertulis dalam perjanjian. FMC Scania SIS Adaro mengalami permasalahan MTBF tidak mencapai target selama empat bulan berturut-turut, yaitu selama bulan November 2022 sampai dengan bulan Februari 2023. Unscheduled breakdown adalah hal yang paling berpengaruh terhadap MTBF. Project ini bertujuan untuk meningkatkan MTBF dengan menurunkan frequensi unscheduled breakdown. Proyek ini dikerjakan mengikuti kerangka kerja PDCA dan beberapa kombinasi tools analisa, yaitu diantaranya pareto diagram, 5-why analysis, FMEA, dan 5W2H. Hasil perbaikan dalam proyek ini mampu meningkatkan MTBF dari 106,8 jam menjadi 142,9 jam (target minimal MTBF 120 jam). ......Full Maintenance Contract (FMC) is one of the business lines of the PT United Tractors service department in carrying out maintenance contracts with customers. Machine reliability with physical availability (PA) and mean time between failure (MTBF) indicators is a KPI agreed with the customer with the minimum target written in the agreement. FMC Scania SIS Adaro experienced MTBF problems not reaching the target for four consecutive months, from November 2022 to February 2023. Unscheduled breakdown was the thing that most affected MTBF. This project aims to increase MTBF by reducing the unscheduled breakdown frequency. This project was carried out following the PDCA framework and several combinations of analysis tools, including pareto diagrams, 5-why analysis, FMEA, and 5W2H. The results of the improvements in this project were able to increase the MTBF from 106.8 hours to 142.9 hours (minimum target of 120 hours MTBF).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Dachyar
Abstrak :
Usaha Industri Pariwisata di Indonesia pada saat ini sedang giat-giatnya digalakkan oleh pemerintah. Perkembangan ini juga diikuti dengan semakin banyaknya jumlah hotel-hotel yang ada, serta tingkat hunian dari hotel-hotel berbintang lima dan empat d wilayah DKI Jakarta. Salah satu upaya dalam meningkatkan pelayanan tamu hotel maka pihak pengelola harus mempersiapkan pengelolaan yang lebih baik pada seluruh fasilitas hotel. Dengan pengelolaan yang baik akan menghasilkan kepuasan pada tamu dan meningkatkan citra hotel itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pemeliharaan peralatan mekanikan dan elektrikal hotel berbintang lima dan empat di wilayah DKI Jakarta saat ini, dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap upaya pemeliharaan tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai upaya peningkatan manajemen pemeliharaan terhadap peralatan mekanikan dan elektrikal tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan metode survei menggunakan kuesioner. Selanjutnya hasil yang telah diperoleh diolah dengan cara tabulasi dan kemudian dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini mengungkapkan bahwa semua hotel berbintang lima dan empat di wilayah DKI Jakarta telah menerapkan sistem pemeliharaan preventif terhadap perlaatan mekanikan dan elektrikal. Semua peralatan mekanikan dan elektrikal hotel tersebut telah dipelihara dengan metode preventif. Selain itu diketahui bahwa semua chief engineering hotel berbintang lima dan empat adalah orang Indonesia dan bukan bangsa asing. Berbagai hal-hal yang berpengaruh terhadap upaya pemeliharaan mencakup tingkat hunian kamar yang sewaktu-waktu tinggi, kondisi peralatan yang digunakan, kemampuan tenaga kerja, kondisi fasilitas penunjang dan biaya pemeliharaan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Makrem Krit
Abstrak :
The aim of this paper is to propose a general model to illustrate the joint effect of corrective and preventive maintenance on repairable systems. The intensity of the failure process without maintenance is characterized in bathtub form. The maintenance effect is expressed by the change induced on the failure intensity before and after maintenance. It takes into account the possibility of dependent maintenance times with different effects. The likelihood functions are derived, so parameter estimations and assessment of the maintenance efficiency are possible. The properties of the parameters estimators have to be theoretically studied. Finally, results are applied to a real maintenance data set.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2013
UI-IJTECH 4:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>