Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bharata Kusuma
Abstrak :
Berkembangnya berbagai aplikasi internet berdampak besar pada pola komunikasi manusia. Dengan peralatan yang relatif sederhana dan murah dibandingkan masa-masa sebelumnya, seorang pengguna internet dapat bertukar teks, gambar atau bahkan gambar bergerak dan audio tanpa batasan waktu maupun ruang. Secara revolusioner, lahir masyarakat berbasis internet yang disebut sebagai komunitas cyber atau masyarakat virtual. Komunitas ini dalam bahasa Indonesia lazim disebut sebagai komunitas maya. Komunitas maya ini cenderung menjadi pilihan dan dimanfaatkan sebagai sarana sosialisasi maupun aktualisasi diri dari sejumlah netter. Tak heran jika secara kuantitatif komunitas maya ini jumlahnya terus bertambah dan secara kualitatif dalam beberapa indikasi, komunitas maya makin menunjukkan kematangan sebagaimana komunitas nyata. Untuk mengambil manfaat yang besar dari tumbuhnya komunitas maya ini kita perlu mengamati bentuk dari komunitas maya, dan bagaimana perbandingannya dengan kelompok di dunia nyata. Pada penelitian ini, peneliti mengangkat permasalahan apakah para anggota suatu milis bisa disebut sebagai suatu kelompok di dunia maya? Kemudian, bagaimana perbandingan milis sebagai kelompok di dunia maya dengan kelompok di dunia nyata? Hasil dari penelitian ini sangat membuka kemungkinan adanya kesempatan baru bagi dunia bisnis, pendidikan praktis, dan sosial kemasyarakatan. Hal ini terjadi karena dari kelompok maya ini dapat dijaring masukan dan opini mengenai suatu hal yang berkaitan dengan dunia praktis. Bahkan menjadi lebih kuat pada kelompok-kelompok maya yang membentuk kelompoknya berdasarkan kegemaran atau penggunaan suatu produk, misalnya pada kelompok pemakai PDA (Personal Digital Assistance), mereka sangat tanggap terhadap munculnya produk baru atau suatu hal yang baru berkaitan dengan PDA. Bukan tidak mungkin mereka bisa menjadi saluran untuk menyebarluaskan suatu produk baru melalui metode pemasaran dari mulut ke mulut. Kelompok dunia maya juga merupakan pusat konsentrasi massa yang tidak terlihat di dunia nyata tapi jumlah anggotanya cukup besar. Adanya saling keterkaitan di antara anggota kelompok membuat penyebaran suatu informasi yang dianggap panting menjadi sangat cepat. Satu orang pengguna Internet bisa menjadi anggota di beberapa milis, tidak jarang informasi seperti berita yang menghebohkan masyarakat, berjalan cepat di berbagai mills, berjalan dari milis ke milis, hingga hampir seluruh pengguna Internet dapat menerima berita tersebut. Milis tidak lagi hanya menjadi sebuah wahana berkomunikasi dan bertukar pikiran namun akan terus berkembang menjadi sebuah medium. Sebuah saluran yang dapat membentuk opini dan memobilisasi gerakan dalam masyarakat. Kecenderungan ini harus ditelaah dan dipelajari menjadi kajian komunikasi sosiologis dan psikologis yang menarik di masa yang akan datang.
The growth of various Internet applications has a big effect to the human communication pattern with simple and cheap equipment compared to the previous era. An Internet user can exchange text, picture and even motion graphics including audio without any limitation by time or place. It is revolutionary born the Internet based society, which is called cyber community or virtual community. This community in Indonesian language is called as ?Komunitas Maya?. These communities tend to become a choice and used as place for socialization and self-actualization by the numbers of netters. It is not surprising if this cyber community quantitatively is always increasing and become as mature as a real community. To take greater benefit from the growth of this virtual community we must observe the form of it and compare it with the group in the real world. In this research, the writer raised the problem: Are the members of a milling list can be described as a group in the virtual world? Then, what is the comparative of the mailing list as the groups in the virtual world with the groups in the real worlds? The result of this research is widely open the possibility of the new opportunity for the business world, practical education, and social life. This happened because from the virtual group we can gather any input and opinion about anything related to the practical world even it will be much stronger in the virtual groups who create their groups based on their interest or the using of a product in example: group of PDA users, they are very aware to the launching of a new product or something new related to their PDA. It is not impossible they become the channel to spread a new product by using word of mouth method. Virtual world group also a big mass concentration that is unseen from the real world. The connectivity between the group?s members makes it very fast to spread any information that considered as important message. One internet user can be a member of many mailing list, it is often happened one message move from one list to another until reach the most of internet user throughout country or even to the whole world. Mailing list is not longer just a tools of communications or exchange of minds, but it will continuous become a multi purpose medium media. It is a channel, which formed opinion and has a potential to mobilize movement in the society. These potential should be deeper learned as a social and psychological communication study, now and in the future.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roosiah Yuniarsih
Abstrak :
Memasuki era informasi, elektronik demokrasi sudah diterapkan di Indonesia antara lain pemasangan peralatan elektronik seperti decision making support sejak Orde Baru di, ruang-ruang sidang MPR/DPR di Senayan, Jakarta Pemanfaatan internet untuk demokrasi mulai diterapkan pada tahun 1997. Media internet untuk demokrasi terus saja berlangsung. Sejalan dengan itu ada dua masalah mendasar yang diangkat menjadi tests ini yaitu, "apakah yang telah terjadi pada berbagai fasititas dan aplikasi e-demokrasi (media e-demokrasi) yang telah pernah dibangun itu?", dan "bagaimana sebenarnya karakteristik media edemokrasi yang pernah dibangun itu?" Mencari jawaban permasalahan itu landasan teoritik yang digunakan di dalam penelitian ini diwarnai perspektif lomunikasi politik dalam konteks ideologi demokrasi: bahwa keberadaan teknologi yang melahirkan salah satunya adalah media e-demokrasi sesungguhnya bersinggungan secara kompleks dengan aspek teknologi itu sendiri, budaya dan organisasi. Di dalamnya secara detail ia bersinggungan dengan produksi budaya media, fungsi media, tipe media, institusi dan serangkaian teori pendukungnya. Sedangkan landasan metodologis berupa pengungkapan realitas tentang media e-demokrasi secara deskriptif-kualitatif dengan single case multi level analysis. Ada tiga unit analisa yang dideskripsikan yakni: aplikasi sister komunikasi berbasis internet (situs); aktor (key factors) dan kebijakan (proses). Analisa dilakukan dengan `cross sectional research' yang meneliti kejadian (kasus) ( pada rentang waktu kegiatan Amandemen keempat, yakni mulai akhir tahun 2001 hingga tahun 2003 di legislatif nasional MPR/DPR. berbasiskan maksimalisasi keberadaaan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam yang tidak berstruktur dan juga pengamatan. Selanjutnya, penelitian ini mengantarkan pada beberapa temuan. Websites bermuatan informatif dan menyediakan fasilitas partisipatif. Website dan mailinglist menjadi media yang bertendensi menyeragamkan kesatuan pandangan terhadap pentingnya proses Amandemen; agar publik yang berpotensi konflik, secara kolektif tidak searah di dalam menerima proses Amandemen, secara fungsional dapat berinteraksi dan berinterelasi yang secara normatif diharapkan mampu membentuk konformitas dan konsensus sehingga semua unsur masyarakat yang menjadi target sasaran mempunyai pan dangan yang relatif searah di dalam menerima Amandemen. Dibandingkan dengan mailinglist, website tidak seberapa berhasil menjangkau khalayak pada umumnya. Mailinglist relatif berhasil menjadi alat sosialisasi tentang kinerja wakil rakyat dan pecan Amandemen. Secara keseluruhan website dan mailinglist sebagai media, medianya benar, segmennya benar, konsepnya benar, tetapi pada saat menerjemahkan konsep pengembangan ke dalam strategi dan aplikasi, tidak cukup waktu, otonomi dan sinkronisasi. Digital divide adalah kendala yang dihadapi tatkala media e-demokrasi dibangun dan Amandemen berlangsung, sehingga media edemokrasi berjalan sebatas media untuk melakukan sosialisasi belaka. Di dalam konteks e-demokrasi, pada saat Amandemen berbagai aplikasi internet yang dibangun sebatas berorientasi partisipasi, e-partisipatif bukan sebagai e-voting, pemungutan suara online. Secara internal, media e-demokrasi berhadapan dengan tiga aspek teknologi yang dikemukakan Pacey; aspek organisasi dan teknik sesungguhnya belum siap mengaplikasikan e-demokrasi, meskipun secara budaya khalayak berpolensi asosiatif terhadap inovasi yang dilakukan. Itu salah satu sebabriya media edemokrasi yang dibangun memang sebaiknya tidak diteruskan. Namun pada masa akan datang, mengingat perkembangan pengguna internet yang terus meningkat dua kali lipat dalam setiap tahunnya; kemudian, garis kebijakan Pernerintah secara nasional juga memberikan dasar ke arah tumbuh kembangnya realisasi e-demokrasi di tingkat legislatif lokal maupun nasional; penelitian ini merekomendasikan media e-demokrasi patut diteruskan.
During the information age, electronic democracy had been applied in Indonesia, such as electronic equipment of supporting decision making support installed since New Order era at the MPRIDPR meeting rooms of legislative, Senayan Jakarta. At the beginning of 1997, internet had used around the legislatives activities. Up to now internet support the democracy keeps going on, According to that there're two basically thesis questions: what had happened to all the facilities and e-democracy appliances that used to be build ?, and how is that media e-democracies characteristic ? Answering these theses the theory used in this research mostly political communication politic with democracy ideology context: technology related with e-democracy media truly so close in complexities with the technologies aspect it selves, cultures and organization-. Inside details it's close to media culture production, media function, media type, institution and other supported theories. Methodology side, it's qualitative-descriptive research covering the realities of democracy media within the single case multi level analysis. There're three descriptive analysis units: communication system (using internet (sites), actors (as key factors) and policies (process). It's cross -sectional analyst's research: researching the cases when Amendment fourth, at the end of 2001-beginning of 2003 within 'national legislative activities. Primary data and secondary data were taken maximize. Primaries data were collected by observing and unstructures interview. There are some findings in this research: most website were informative, available participative facilities. Websites and mailinglist, media tend into one perspectives uniform about the essential of Amendment process; in order public with potential conflict able to walking hand in hand collectively accepting Amendment process functionally, normatively able to interaction and interrelation building conformities and concencuss within on the one direction to the target segments. Mailinglist succeed reach the target segmented than websites. Mailinglist succeed relatively to be the socialization tools of people representatives performances and Amendment messages. Overall website and mailinglist as a media, it's the right media, right in determining the segment, right in conceptual but there's some perfect things when it's translated into development to be applied strategically, unenough aoutonomous time, spaces sincronized. There's also digital divide to face when the media e-democracy was build so the media limited as socialization tools. Mostly the media e-democracy here were e-participated note-voting yet. In other side, internally, three aspect of technology showed that media democracy applied face unready organization and technically aspects. Though public associated the innovation idea, technically and organizational side were so weak. That's why the media e-democracy were build uncontinously. But for the future according to the double growth of the Indonesian interne users while nationally Government policies directs the growth of the e-democracy realization local and national pace; this research recommended that e-democracy media should be continuous.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Saat ini terdapat beberaha bentuk komunikasi seluler dengan tujuan sejumlah pelanggan sekaligus, di antaranya SMS Group dan Instant Messaging (Chat). Karena menggunakan SMS, maka SMS Group pasti lebih mahal, sedangkan Chat mengharuskan semua penggunanya untuk sama-sama online. Pada jurnal ini dibuat suatu sistem aplikasi Messaging-List agar pengguna ponsel dapat mengirimkan pesan ke banyak orang dalam suatu komunitas tertentu (grup). Aplikasi ini berfungsi sebagai suatu alternatif sarana diskusi dan sharing informasi berupa pengiriman pesan ke dalam suatu grup komunitas tertentu. Pesan dikirim ke server yang menampung semua pesan teks dan menyimpan ke dalam database sesuai grup masing-masing. Setelah itu anggota grup lain bisa mengambil semua pesan dalam grup tersebut. Aplikasi Messaging-List pada ponsel dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Java 2 Micro Edition (J2ME) dengan memanfaatkan layanan teknologi GPRS untuk komunikasi data. Sedangkan untuk Message Manager pada servernya dibangun dengan PHP dan MySQL sebagai DBMSnya. Dari pengamatan jumlah data yang dikirim dan diterima pada saat ponsel mclakukan koneksi, didapat bahwa biaya aplikasi Messaging List relatif lebih murah dari Instant Messaging maupun SMS Group baik untuk pengiriman pesan secara point-to-point maupun one-to-many. Hal ini mcnjadi salah satu kelebihan dari Messaging List.
384 JURTEL 11:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Saat ini terdapat beberaha bentuk komunikasi seluler dengan tujuan sejumlah pelanggan sekaligus, di antaranya SMS Group dan Instant Messaging (Chat). Karena menggunakan SMS, maka SMS Group pasti lebih mahal, sedangkan Chat mengharuskan semua penggunanya untuk sama-sama online. Pada jurnal ini dibuat suatu sistem aplikasi Messaging-List agar pengguna ponsel dapat mengirimkan pesan ke banyak orang dalam suatu komunitas tertentu (grup). Aplikasi ini berfungsi sebagai suatu alternatif sarana diskusi dan sharing informasi berupa pengiriman pesan ke dalam suatu grup komunitas tertentu. Pesan dikirim ke server yang menampung semua pesan teks dan menyimpan ke dalam database sesuai grup masing-masing. Setelah itu anggota grup lain bisa mengambil semua pesan dalam grup tersebut. Aplikasi Messaging-List pada ponsel dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Java 2 Micro Edition (J2ME) dengan memanfaatkan layanan teknologi GPRS untuk komunikasi data. Sedangkan untuk Message Manager pada servernya dibangun dengan PHP dan MySQL sebagai DBMSnya. Dari pengamatan jumlah data yang dikirim dan diterima pada saat ponsel mclakukan koneksi, didapat bahwa biaya aplikasi Messaging List relatif lebih murah dari Instant Messaging maupun SMS Group baik untuk pengiriman pesan secara point-to-point maupun one-to-many. Hal ini mcnjadi salah satu kelebihan dari Messaging List.
384 JURTEL 11:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library