Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danang Swastiko
Abstrak :
Metode magnetotellurik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk memetakan resitivitas batuan di bawah permukaan bumi. Metode ini biasa digunakan pada daerah prospek panas bumi. Di tengah penggunaannya yang massive di Indonesia, keberadaan software pengolahan data MT masih terbatas pada software yang dikeluarkan oleh produsen alat MT itu sendiri. Penulis berupaya mengembangkan software untuk mengolah data MT berbasis MATLAB. Penelitian yang penulis lakukan difokuskan pada metode seleksi data parsial (crosspower) yang merupakan bagian dari metode statistik yang digunakan untuk menghilangkan data yang menyimpang. Untuk mendapatkan pengukuran berulang, data MT pada domain waktu dibagi kedalam sejumlah segmen. Setiap segmen di asumsikan sebagai satu kali pengukuran. Dari sejumlah segmen tersebut, kemudian dilakukan regresi linier sehingga menghasilkan satu nilai impedansi. Data crosspower adalah data parsial yang diperoleh dari pengolahan langsung setiap segmen sehingga menghasilkan satu nilai respon untuk setiap segmen tersebut. Setelah dilakukan seleksi crosspower, penulis melakukan perbandingan antara data yang dihasilkan oleh pengolahan menggunakan program berbasis MATLAB dengan data hasil seleksi program komersil MTEditor. Hasil inversi dari kedua program tersebut memiliki kesesuaian. Nilai kesalahan relatif terhadap kurva yang dihasilkan MTEditor, turun dari 67.04% menjadi 40.35% setelah dilakukan seleksi. Kurva hasil seleksi memiliki trend yang lebih jelas dan bentuk yang lebih baik. ......Magnetotelluric method is one of geophysical method used to map the subsurface resistivity. This method is often used for geothermal prospecting. Magnetotelluric has been widely used in Indonesia. However, the presence of MT data processing is limited. In this work, we develop software to process MT data base on MATLAB. This research is focused on the method to select partial data (crosspower) involving statistical method to remove the outlier. Time domain MT data is divided in to segments to get a number of measurements. One segment is assumed as one measurement. From these segments, we can perform linear regression that produced one value of impedance. Crosspower data is the partial MT data obtained by direct process from each segment. Comparison is carry out to the data obtained by this software and MTEditor. Inversion results from both softwares are similar to each other. The relative error compared with MTEditor curve is decrease after selection process. The mean literature error before crosspower selection is 64.04%, and become 40.35 % after selection. Trend and shape of the curve are also getting better. I believe that our finding may be used in science and exploration worlds.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.R. Annas Qahhar
Abstrak :
Daerah Lawu terletak di Kabupaten Karanganyar - Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan - Jawa Timur. Dari data geologi, daerah gunung Lawu terdiri dari lava yang terjadi secara berkala dimana umur lava tersebut termasuk dalam umur batuan kuarter (Plistosen). Lawu merupakan zona vulkanik. Daerah Lawu merupakan daerah prospek Geothermal yang ditandai oleh adanya manifestasi permukaan seperti fumarole dan mata air panas dan telah dilakukan survey untuk memastikan itu. Survey yang dilakukan adalah survey Geofisika dengan metode Magnetotellurik untuk memastikan permukaan di dalam tanah. Dalam metode Magnetotellurik ini ada tahapan-tahapannya seperti : akuisisi, processing dan interpretasi. Dalam tahap processing nantinya akan ada tahap pre-processing, yaitu mengubah domain waktu ke frekuensi, parameter robust dan seleksi cross power, tahap koreksi statik, dan tahap inversi. Setelah mendapatkan hasil inversi, maka akan dilakukan korelasi antara data geologi dan data geokimia untuk tahapan interpretasi. Hasil dari keseluruhannya tersebut akan dibentuk dalam satu model sehingga akan terlihat gambaran di bawah permukaan tanah tersebut. Dari hasil didapatkan bahwa top reservoar terdapat pada elevasi 500-1000 m. Sedangkan dari data geokimia, untuk pendugaan temperatur sekitar 250 oC dengan menggunakan termometer gas CO2. Jadi, sistem geothermal yang ada di daerah lawu merupakan sistem geothermal tipe moderate.
The area of Lawu is located in Karayanyar Regency – East Java and Magenta Regency - Central Java. From geological data, the Lawu mountain area consist of lava that happens regularly where the lava are included in the old of quarter (Pleistocene). The Lawu is a volcanic zone. The area of Lawu is geothermal prospect areas are characterized by the presence of surface manifestations such as fumaroles and hot springs and have conducted a survey to ascertain that. Survey is a conducted by the Geophysical magnetotelluric method to ensure the soil surface. In the magnetotelluric method there its phases such as: acquisition, processing and interpretation. In a later phase of processing will be pre-processing phase, which convert the time domain to the frequency, and the selection of robust parameter cross power, static correction phase, and phase inversion. After getting the results of the inversion, there will be a correlation between the data for geological and geochemical data interpretation phases. The results of the whole will be formed into a single model that will look the picture below the soil surface. From the results it was found that there is a top reservoir at an elevation of 500-1000 m. while from geochemical data, to estimate the temperature around 250oC by CO2 thermometer. So, geothermal systems in areas of the Lawu are moderate type of geothermal system.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46237
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Erick Avrianto
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah yang sering dihadapi dalam pengolahan data Magnetotelluric (MT) biasanya berada dalam penentuan trend kurva rho dan phase dari data yang terinduksi oleh noise yang tinggi. Noise dan real data, terekam oleh alat pada saat yang bersamaan, namun noise dan data memiliki karakter yang berbeda. Sebagian besar noise yang terekam adalah random noise yang bergantung pada waktu, sedangkan real data tidak bergantung pada waktu. Noise dapat digambarkan dengan nilai error atau simpangan nilai dari nilai data terbaik. Untuk itu dilakukan upaya pemilihan waktu yang memiliki faktor noise yang rendah, sebagai upaya mengurangi nilai error rho dan phase pada suatu periode tertentu. Kasus yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data yang terinduksi noise yang tinggi pada frekuensi kurang dari 1 Hz. Dengan pemilihan waktu yang tepat, maka kita dapat mengurangi nilai error akibat noise pada hasil pengolahan datanya.
ABSTRACT
Problems in data processing Magnetotelluric (MT) data is usually located in the determination of the trend curve rho and phase of the data that is induced by high noise. Noise and real data recorded by instruments at the same time, but the noise and the data has a different character. Most of the recorded noise is random noise that is independent of time, while the real data does not depend on time. Noise can be described by the value of the error or deviation of the value of the value of the data best. For that, the timing that have low noise factor, as an effort to reduce the error value of rho and phase in a given period. The case study is by the data that induced high noise at frequencies less than 1 Hz. With the right timing, then we can reduce the error rate due to noise on the results of data processing.
Universitas Indonesia, 2014
S57224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Noor Ichwan
Abstrak :
ABSTRAK
Inversi data magnetotellurik merupakan suatu proses mengubah data magnetotellurik menjadi penampang resistivitas. Salah satu metode inversi yang digunakan adalah inversi 3D. Inversi 3D magnetotellurik mengasumsikan bahwa bumi memiliki variasi resistivitas baik arah vertikal maupun lateral. Inversi tersebut menghasilkan model yang paling mendekati keadaan lapisan bumi yang sebenarnya. Akan tetapi, inversi 3D dimensi membutuhkan memori serta waktu yang lama dalam prosesnya. Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan variasi model awal sebagai pengontrol proses inversi. Model awal yang dapat digunakan adalah resistivitas hasil inversi 1D dimana hasil inversi tersebut memiliki kemiripan dengan hasil inversi 3D. Pada penelitian ini, penulis melakukan inversi data riil magnetotellurik dengan memvariasikan beberapa model awal. Variasi 'inversi dengan menggunakan model awal 1D menunjukkan bahwa model awal 1D mampu mengontrol proses inversi 3D dilihat dari kesesuaian hasil inversi 3D dengan model awal yang digunakan. Selain itu, hasil inversi dengan menggunakan model awal data inversi 1D menunjukkan hasil yang lebih baik pada model yang menggunakan lebih banyak mesh grid. Hal tersebut dapat dilihat dari RMS error model terhadap data observasi.
ABSTRACT
Inversion of Magnetotelluric data is a process to obtain resistivity variation from magnetotelluric data. 3D Inversion of magnetotelluric data is a method that usually used. Those method assume that earth has resistivity variation along vertical and lateral direction. It can produce the most similliar earth resistivity model to the real earth. However, 3D inversion method need high amount of CPU memory and calculation time. In order to cover that weakness, initial model is used to control the inversion process. The initial model used is resistivity variation from 1D inversion of magnetotelluric data. Resistivity variation of 1D inversion has simmiliar pattern with resistivity variation of 3D inversion. 3D inversion is done on real magnetotelluric data with variation of initial model. The variabels which are used initial model are resistivity variation and number of mesh grid blocks. The results of 3D inversion using 1D resistivity initial model show that initial model can control the inversion process. The result of 3D inversion have similiar pattern with the inisial model which is used. The results of 3D inversion using 1D resistivity initial model show better result than 3D inversion using homogenous resistivity initial model on larger number of mesh grid, it can be proven by its RMS errors.
2015
S58259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhara Adhnandya Kumara
Abstrak :
Dewasa ini Indonesia tengah berusaha untuk memenuhi kebutuhan energi untuk tujuan ketahanan energi nasional. Salah satu energi yang tengah diusahakan adalah energi baru dan terbarukan yang salah satunya adalah energi panas bumi. Untuk mencapai target ini, eksplorasi energi panas bumi perlu digencarkan. Dalam eksplorasi panas bumi, metode yang sering digunakan adalah metode magnetotellurik. Dalam melakukan survei magnetotellurik terdapat banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk membuat suatu desain survei. Salah satu parameter penting dalam proses akuisisi data adalah mengetahui jumlah dan jarak antar stasiun yang tepat untuk memberikan gambaran bawah permukaan terbaik. Jarak antar stasiun sebaiknya tidak terlalu besar, dikhawatirkan apabila terlalu besar resolusi yang didapatkan terlalu rendah dan juga terjadi ekstraplorasi pada saat pengolahan data. Namun, apabila membuat jarak terlalu rapat itu juga akan menguras biaya dan waktu selama pengukuran. Terutama dalam survei magnetotellurik, untuk mendapatkan data yang dalam diperlukan waktu pengukuran yang semakin lama. Biasanya dalam eksplorasi panas bumi, pengukuran data magnetotellurik dapat dilakukan hinnga 24 jam. Sehingga apabila semakin banyak titik yang diukur semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk mengukur. Pada saat ini, belum ada penelitian yang membahas berapa jarak optimum dalam akuisisi data magnetotelurik untuk eksplorasi panas bumi. Penggunaan jarak antar stasiun pada penelitian-penelitian sebelumnya sangatlah bervariatif. Hal ini tentunya berpengaruh pada gambaran sistem panas bumi hasil pengolahan data magnetotelurik tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak antar stasiun yang paling optimum untuk eksplorasi pada lapangan panas bumi. Dimana penelitian ini akan dilakukan dengan melakukan pemodelan kedepan (forward modelling) dan pemodelan inversi (inverse modelling). Dengan membuat beberapa model dan melakukan variasi jarak stasiun, jarak antar stasiun yang optimal dapat disimpulkan. Berdasarkan studi yang dilakukan diketahui bahwa dengan jarak 500-1000 meter untuk daerah interest sudah mampu menggambarkan batasan clay cap dengan baik sehingga jarak ini sudah optimum. Sementara itu, diluar daerah interest diperlukan beberapa stasiun pengikat dengan jarak 1000 meter. Dibandingkan dengan inversi 2D, inversi 3D mampu menggambarkan sistem dengan lebih baik.
Currently Indonesia is trying to meet energy needs for national energy security goals. One of the energies being consideredis new and renewable energy, one of which is geothermalenergy. To meet this goal, exploration for geothermalenergy need to be intensified. The geophysics method which usually used for geothermal energy exploration is the magnetotelluric method. One of the important parameters in the data acquisition is decidingthe number and spacing for eachstation to provide the best sub-surfaceimage. The distance between stations should not be too large, that caused the resolution obtained will betoo low and extrapolation also occurs when the data processing obtained. However, if the distance too denseit will also drain the cost and time during the measurement. Especially in magnetotelluric surveys, to obtain deep depthrequires a longer measurement time. Usually in geothermalexploration, measurement of magnetotelluric data can be done up to 24 hours. Thus, whenmore points are measured the longer the time needed to measure. At present, there is no research that discusses the optimum distance in magnetoteluric data acquisition for geothermal exploration. The use of distance between stations in previous studies ishighly varied. This certainly affects the imaging of the geothermal system resulting from the processing of the magnetoteluric data. This study aims to determine the most optimum distance between stations for exploration on geothermal fields. Where this research will be carried out by doing forward modeling and inverse modelling. By building several models and varied the station spacing, optimum spacing in geotermalarea could be concluded. The study result shown that the optimum spacing is 500-1000 meters for the interest zone, it is capable to delineate the Top of Resevoar. Moreover, outside the interest zone several stasion should be put with the station spacing for about 1000 meters. 3D inversion shown better result in the ability on mapping the system compared with 2D inversion.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Zanuar
Abstrak :
Tujuan Penelitian: 1. Mempelajari proses akuisisi data metode magnetotellurik secara langsung di lapangan 2. Mempelajari lebih dalam karakteristik objek yang mengandung potensi panasbumi 3. Mempelajari lebih dalam prosedur pemrosesan dan pemodelan data metode magnetotellurik 4. Memodelkan penampang resistivitas batuan sistem panasbumi secara 2-dimensi dengan metode magnetotellurik 5. Menggambarkan model konseptual sistem panasbumi dibantu dengan data pendukung untuk mengetahui keberadaan daerah up flow dan out flow.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29366
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dzil Mulki Heditama
Abstrak :
Sekarang ini metode MT cukup berkembang dan seringkali digunakan sebagai metode geofisika yang mampu memetakan kondisi bawah permukaan dengan baik, khususnya sistem panasbumi. Namun di sisi lain, keberadaan software atau program yang dapat digunakan untuk melakukan pengolahan data MT masih terbatas dan harganya relatif mahal. Dengan demikian penulis berupaya untuk melakukan penelitian dalam pembuatan program pengolahan data MT tersebut, terutama yang dapat mengolah data mentah MT berupa time series sampai menjadi data resistivitas semu dan fase. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada pembuatan program menggunakan MATLAB yang dapat melakukan pengolahan data time series menjadi resistivitas semu dan fase. Ada beberapa tahapan penting yang perlu dilakukan dalam melakukan proses pengolahan data time series, yaitu proses transformasi Fourier dengan teknik Fast Fourier Transform (FFT) yang bertujuan untuk mentransformasi data dari domain waktu menjadi domain frekuensi. Selanjutnya dilakukan penentuan interval frekuensi yang nantinya akan diproses pada tahapan selanjutnya. Kemudian dilakukan teknik robust processing yang tujuannya adalah untuk membuat data menjadi lebih smooth. Setelah itu dapat dihitung nilai tensor impedansinya untuk perhitungan resistivitas semu dan fase. Adapun hasil pengolahan data MT dari program yang telah dibuat sangat baik, dimana terdapat adanya kesesuaian antara kurva resistivitas semu dan fase yang dihasilkan dari program yang dibuat dan yang dihasilkan dari software komersial (SSMT2000). Perbandingan dengan menggunakan hasil inversi 2-D dengan input berupa data resistivitas semu dan fase dari kedua program pun menunjukkan adanya kesesuaian. ......Recently, Magnetotelluric (MT) Method has been developed and often used as geophysical method which has good ability for subsurface mapping, especially geothermal system. However, software and program that could be used to carry out MT data processing is limited and expensive. Accordingly, the author attempted to do research in developing MT data processing program, especially time series data processing to be apparent resistivity and phase data. In this research, the author focuses on developing the computer program using MATLAB to proces the time series data transformation to be apparent resistivity and phase. There are several important steps to do in time series data processing, firstly Fourier transformation using Fast Fourier Transform (FFT) technique to transform the data from time domain to frequency domain. The next step is determination of frequency interval to be used for the next step. After that, a robust processing technique is performed to make the data smoother. Then, further step is calculation of tensor impedance for calculating apparent resistivity and phase. The MT data processing result produced from the computer program is excellent, where there is similarity between the apparent resistivity and phase curve produced from the computer program and those produced from the commersial software (SSMT2000). Comparison using 2-D inversion by inputting the apparent resistivity and phase data produced from both computer programs shows good agreement.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1204
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Rulia
Abstrak :
Daerah Marana terletak di Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Ditinjaudari data geologi, daerah ini didominasi oleh batuan granit berumur Eocene-Tersier dan berada pada zona tektonik. Daerah Marana diduga memiliki prospek panasbumi yang ditandai dengan kemunculan manifestasi permukaan berupa mata air panas. Untuk memperjelas pendugaan tersebut telah dilakukan survey metode Magnetotellurik (MT). Data MT yang diperoleh dari akuisisi lalu dilakukan pengolahan dengan tahapan sebagai berikut: seleksi data time-series, transformasi Fourier, robust processing, seleksi cross power, koreksi static shift, dan kemudian dilakukan inversi 2-dimensi menggunakan program WinGlink. Hasil pengolahan data MT 2-dimensi diintegrasikan dengan data geologi, geokimia, metode gravitasi, dan sumur landaian suhu untuk memperoleh suatu model konseptual dari sistem panasbumi di daerah Marana yang ditampilkan dengan program GeoSlicer-X. Model konseptual tersebut menunjukkan bahwa terdapat reservoir panasbumi di bawah komplek mata air panas Masaingi pada kedalaman 750-1500 m. Pendugaan temperatur reservoir dari data geokimia menunjukkan kisaran temperatur 154-237ºC sehingga sistem panasbumi Marana termasuk kedalam moderate temperature geothermal system yang diduga memiliki potensi sekitar 33 MWe. ......Marana area is located at Donggala District, Central Sulawesi Province. Observed from geological data, this area is dominated by granite (Eocene-Tertiary age) and located in a tectonic zone. Marana area is estimated as a geothermal prospect area based on the appearance of hot springs in the area. To verify this, a geophysical survey has been conducted using Magnetotelluric (MT) method. The MT data obtained from acquisition was processed in stages as follow: time-series data selection, Fourier transformation, robust processing, cross power selection, static shift correction, and 2-dimensional inversion using WinGlink software. The result of 2-dimension MT processing was then integrated with geological, geochemical, gravity method, and shallow depth well data of temperature to obtain a conceptual model of geothermal system in Marana area which is performed by using GeoSlicer-X software. The conceptual model shows that there is a geothermal reservoir below a series of Masaingi hot springs at the depth of 750-1500 m. The reservoir temperature is estimated between 154-237ºC from available geochemical data. Hence, geothermal system in Marana field is classified as moderate temperature geothermal system which has an estimated potential reserve of 33 MWe.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1978
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Dewi
Abstrak :
Pengembangan teknologi magnetotellurik (MT) mutlak diperlukan dalam rangka menyelamatkan ?million dollar decision? dalam rangka eksplorasi panasbumi. Namun, software pengolahan data MT kebanyakan masih merupakan buatan luar negeri. Dalam rangka pengembangan teknologi MT di Indonesia, penulis berupaya mengembangkan software pengolahan data MT berbasis MATLAB yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya, yaitu Dzil Mulki Heditama. Software ini dimodifikasi dengan menambahkan proses perhitungan kalibrasi. Proses kalibrasi sendiri dilakukan karena adanya proses pengubahan sinyal berupa gelombang elektromagnet menjadi angka-angka integer dalam proses perekaman data. Proses kalibrasi dilakukan dalam 4 tahap, yaitu perhitungan frequencydependent calibration, frequency-independent calibration, analog to digital converter calibration, dan yang terakhir dengan mengalikan ketiga kalibrasi tersebut dengan nilai medan magnat dan medan listrik terekam. Pengolahan data dengan menggunakan software ini pun dilakukan untuk melihat hasilnya. Untuk melihat tingkat kebenaran hasil pengolahan data dengan mengunakan software ini dilakukan pula pengolahan data dengan SSMT2000 dan membandingkan hasil inversi keduanya. Perbandingan hasil keduanya memperlihatkan bahwa terdapat kesesuaian antara keduanya, dan hasil pengolahan dari software ini kualitas datanya lebih bagus. ......Development of Magnetotelluric (MT) technology is absolutely needed in case of saving the ?million dollar decision? in geothermal exporation. But, software to process MT data are mostly made by other countries. In case of development of MT technology in Indonesia, writer try to develop MT data processing software using MATLAB which has made before by Dzil Mulki Heditama. This software is modified by adding calibration calculation process. Calibration process is used because the signal received, in form of electromagnetic waves, is changed to integer numbers form in storing process. Calibration process include 4 steps, calaculation of frequency-dependent calibration, frequency-independent calibration, analog to digital converter calibration, and the last is multiplying all calibration with magnetic and electric field recorded. Data processing using this software is done to know the result. Accuration is seen by comparing with the result of processing using SSMT2000 and comparing the result of inversion for both processings. The comparing result shows that there is similarity between two of them, and the quality of the result of data processing using this software is better.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42776
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Najmiah Tullailah
Abstrak :
ABSTRAK
Area X, Cekungan Sumatera Utara merupakan target eksplorasi hidrokarbon dengan mengejar target lapisan dalam sebagai prospek baru. Metode seismik telah dilakukan namun hasilnya masih memiliki ambuigitas dalam menggambarkan bentuk bawah permukaan khususnya lapisan dalam di antaranya keberadaan basement sebagai dasar dari lapisan sedimen di atasnya yang menjadi target eksplorasi. Metode Gaya Berat dan Magnetotellurik dilakukan untuk mengkonfirmasi keberadaan basement yang menjadi dasar intrepretasi pada seismic. Metode Magnetotellurik dilakukan untuk menunjukkan distribusi nilai resistivitas litologi di bawah permukaan, dalam hal ini nilai resistivitas antara basement dan formasi lain di sekitarnya. Berdasarkan hasil inversi 2D dan 3D MT pada lintasan 4 dan 6 menunjukkan adanya kontras resistivitas yaitu zona resistivitas tinggi (Rho=102 - 103 ohm.m) pada bagian SW dari lintasan dan pada kedalaman 6000 meter kebawah yang mengindikasikan lapisan formasi yang lebih tua dan dalam hal ini juga diindikasikan sebagai basement , sedangkan di sebelah NE dari lintasan tersebut tampak litologi yang lebih konduktif (Rho= 1-101 ohm.m) dan berada bagian atas dari lintasan yang menunjukkan lapisan formasi yang lebih mudah diindikasikan sebagai lapisan sedimen. Metode Gaya Berat akan menunjukkan distribusi nilai densitas yang diperoleh dari hasil gravity forward modelling. Hasil dari metode gaya berat menunjukkan adanya kontras densitas di bagian sisi kiri dan kanan dari lapangan, dimana berdasarkan peta regional terdapat anomali nilai rendah berkisar 26-42 mGal dan anomaly tinggi berkisar 48-66 mGal. Hasil pemodelan gravity 2D pada lintasan 4 dan 6 menunjukkan keberadaan basement pra-tersier berada pada kedalaman 6000 m kebawah dengan beberapa formasi diatasnya yang terdiri dari formasi pratersier dan formasi yang terbentuk pada tersier. Formasi pada lapisan dalam yang berpotensi sebagai reservoar yang baik adalah Formasi Tampur yang merupakan batu gamping serta Formasi Parapat yang merupakan batu pasir.
ABSTRACT
Area X, North Sumatra Basin is a target for hydrocarbon exploration by pursuing the inner layer target as a new prospect. Seismic methods have been carried out but the results still have ambiguity in describing subsurface forms, especially the inner layers, including the presence of basements as the base of the sediment layer above which is the target of exploration. The Gravity and Magnetotelluric methods are carried out to confirm the existence of the basement which is the basis of the interpretation of seismic. The Magnetotelluric method is performed to show the distribution of lithological resistivity values below the surface, in this case the resistivity value between the basement and other formations around it. Based on the results of 2 D and 3D MT inversion on tracks 4 and 6, the contrast resistivity is high resistivity zone (Rho =Rho=102 - 103 ohm.m) on the SW portion of the track and at a depth of 6000 meters down which indicates the older formation layer and in this case also it is indicated as a basement, while in the NE from the track it appears more conductive lithology (Rho= 1-101 ohm.m) and is located at the top of the track which shows the formation layer which is more easily indicated as a sediment layer. The gravity method will show the distribution of density values obtained from the gravity forward modeling. The results of the gravity method show that there is contrast density on the left and right sides of the field, where based on regional maps there are low value anomalies ranging from 26-42 mGal and high anomalies ranging from 48-66 mGal. The gravity 2D modeling results on tracks 4 and 6 show the existence of a pre-tertiary basement at a depth of 6000 m below with some formations above which consists of pre-tertiary formations and tertiary formation. Formations in the inner layer which have the potential as a good reservoir are the Tampur Formation which are limestone and Parapat Formation.
2019
T51936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>