Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lin Yuwarni
Abstrak :
Tesis ini untuk membuktikan hepotesa bahwa pajanan debu total pada industri semen memegang peran dominan dalam kasus terjadinya kelainan fungsi paru. Melalui studi ini, dicari hubungan antara kelainan paru obstruktif pada pekerja yang terpajan debu total di industri semen dengan (1) konsentrasi debu total terpajan, (2) umur pekerja, (3) lama pajanan, (4) kebiasaan merokok, dan (5) kebiasaan menggunakan alat pelindung diri (APD). Studi dengan teknik potong lintang (cross-sectional) ini dilaksanakan di sebuah pabrik semen di Jawa Barat pada 2003, di antara 604 pekerja yang menderita kelainan fungsi paru. Data pribadi (n = 104) dari pengukuran debu terisap menunjukkan pajanan rata-rata. Kuesioner digunakan untuk menggali data tentang kebiasaan merokok, kebiasaan menggunakan APD, dan lama pajanan. Fungsi paru diukur dengan spirometer untuk menentukan jenis kelainan. Pajanan debu total diperoleh melalui penggunaan personal dust sampler dan kemudian ditimbang dengan timbangan elektronik. Berdasarkan data yang dianalisis, tampak bahwa tidak terdapat hubungan di antara variabel-variabel. Kesimpulan dari studi ini adalah tidak adanya hubungan antara pajanan debu total di bawah nilai ambang batas (NAB) dan kasus terjadinya kelainan fungsi paru obstruktif.
Study on Cement Dust and Another Factors against Obstructive Lung DisfunctionThis thesis hypothesized in cement industry that expose to total dust plays dominant role in the incidence of obstructive lung disfunction. The purpose of this study was to relate the obstructive lung disjunction in workers exposed to total dust in cement industry to (1) the concentration of total exposed dust, (2) the worker's age, (3) the length of exposure, (4) the smoking habit, and (5) the usage of personal protective equipment (PPE). A cross-sectional study in a cement plant in West Java was done in 2003, among 604 workers who suffering from lung disfunction. Personal sampling (n --104) of inhalable dust measurements indicated average exposure. Questionnaires were used to explore data about the smoking habit, the usage of PPE, and the length of exposure. Lung function was measured with spirometer to determine the type of the disjunction. The total dust exposure obtained by personal dust sampler (IDS) and electronic scale weighted. According to the result of data analyses, there's no relations among the variables. The conclusion of this study was that there is no relationship between total dust exposure (below the TLVs) and the incidence of obstructive lung disfunction.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusak B. Ibrahim
Abstrak :
Ruang lingkup dan Cara penelitian : Bahan dasar uang kertas adalah serat kapas. Di Bank X uang kertas tak layak edar dihancurkan menjadi debu dan serpihan-serpihannya. Banyak laporan mengatakan debu dan serat kapas berpengaruh negatif pada fungsi paru tenaga kerja dengan menyebabkan terjadinya obstruksi. Selama ini belum diketahui dengan pasti pengaruh debu uang kertas terhadap fungsi paru. Suatu studi cross sectional dengan pembanding telah dilaksanakan di Bank X Jakarta untuk mengetahui prevalensi gangguan faal ventilasi paru yang berupa obstruksi kronik dan akut serta restriksi dan dianalisis hubungannya dengan kadar debu total, umur, lama kerja, kebiasaan merokok, gejala klinis serta riwayat alergi. Sampel adalah tenaga kerja di Bagian Kas sebagai kelompok terpajan dan tenaga kerja pada Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai kelompok tidak terpajan. Data keduanya dianalisis dan dibandingkan. Hasil dan Kesimpulan : Kadar rata-rata debu total pada Bagian Kas 243,0 hg/m3 dan Bagian SDM 42,8 pg/m3. Kadar debu tersebut berbeda bermakna ( p = 0,00 ). Kadar ini tidak dapat dibandingkan. Gejala klinis yang menonjol adalah batuk-batuk (pada Bagian Kas 51,3% dan Bagian SDM 11,3% ) yang secara statistik berbeda bermakna (p = 0,00 ). Prevalensi obstrukai kronik pada Bagian Kas 19,4% dan di Bagian SDM 32,3% ; obstruksi akut di Bagian Kas 7,7%, di Bagian SDM 8,1 %; dan restriksi di Bagian Kas 14,1 %, di Bagian SDM 11,3 % . Uji statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara obstruksi kronik dan akut serta restriksi dengan kadar debu, umur, lama kerja, merokok,- gejala klinis yang berupa batuk-batuk serta riwayat alergi. Efek debu uang kertas pada kelainan faal ventilasi paru belum terlihat.
Analysis on the Relationship between Exposure to Paper-Money Dust and Lung Function Disturbances in Workers of Bank X, 1996Scope and methods : The main ingredient of paper money is cotton fibers. In Bank X used paper money which is not proper for circulation is destroyed into dust and very fine pieces. Many reports state that cotton dust and fibers negatively affect the lung function by causing obstruction. So far until recently the actual effects of paper money dust to the health of the lungs have not been exactly known. A cross-sectional study with the use of control group has been carried out in Bank X, Jakarta to ascertain the prevalence of pulmonary ventilator disturbances in the forms of chronic and acute obstruction as well as restriction, and analysis has been done on their correlations with total dust concentration in the workroom air, age, length of employment, smoking habits, clinical symptoms and history of allergy. The study samples have covered the workers of the Division of Finance as the exposed and entire workers of the Division of Human Resources Development (HRD} as the unexposed group. Data collected from these two groups were analyzed and compared. Results and Conclusions : The average concentrations of paper-money dust were 243.0 ug/m3 at the Division of Finance and 42.8 ug/m" at the Division of HRD. These dust concentrations were of statistically significant difference ( p = 0.00 ). The prominent clinical symptom was coughs found in 51.3 % of workers of the Division of Finance and 11.3 % in the Division of HRD. Statistical analysis has shown significant difference (p = 0.00). The prevalence rates of chronic obstruction were 19.4 % in the Division of Finance and 32.3 % in the Division of HRD. The prevalence rates of acute obstruction were found 7.7 % in the Division of Finance and 8.1 % in the Division of HRD_ The prevalence rates of restriction were 14.1 % in the Division of Finance and 11.3% in the Division of HRD. The statistical analysis has not shown significant correlations among chronic and acute obstruction as well as restriction with dust concentration, age, length of employment, smoking habits, and clinical symptom (coughs) and history of allergy. Exposure to paper-money dust has resulted in clinical symptom i.e. coughs, but its effects to the lung function have not been revealed by this study.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
L. Meily Kurniawidjaja
Abstrak :
Latar Belakang. Industri semen di Indonesia telah berkembang dengan pesat, terutama dalam tahun-tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan antara lain karena permintaan yang meningkat baik dari dalam maupun luar negeri. Peningkatan industri semen di dalam negeri sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemakaian semen meningkat sesuai dengan peningkatan pembangunan di sektor pemerintah maupun swasta, seperti pembangunan prasarana jalan dan jembatan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, bendungan dan irigasi. Gambar 1 menunjukkan kenaikan konsumsi semen di dalam negeri dari tahun 1978 sampai dengan tahun 1990 <1). Peningkatan permintaan dari luar negeri dimulai sejak awal 1988. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena Jepang mengurangi produksi semennya secara drastis. Sebelumnya Jepang adalah pemasok semen terbesar di dunia dengan kapasitas lebih dari 70 juta ton pertahun (2). Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan ASEAN yang mengalami surplus semen, dengan kapasitas terpasang nasional sebesar 17,41 juta ton per tahun pada akhir Pelita 2 lalu. Semen Indonesia yang diproduksi oleh 10 grup pabrik semen, berpeluang besar untuk meningkatkan produksi pada tahun-tahun mendatang. Gambar 1. Konsumsi Semen di Indonesia, 1978 ? 1990 (Untuk melihat gambar silahkan link ke file pdf.) Meningkatnya produksi semen sangat berpengaruh terhadap peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, kewaspadaan terhadap kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses produksi semen harus selalu mendapat perhatian. Termasuk dampak negatif debu semen yang beterbangan di udara. Paparan debu semen dengan kadar tertentu di udara dapat menimbulkan penyakit, seperti penyakit saluran napas, penyakit kulit serta penyakit saluran cerna (3 - 9). Penelitian mengenai pengaruh debu semen terhadap saluran napas telah banyak dilakukan. Di Indonesia penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Hariadi dan Hargono di Surabaya (1979), Harsono dan Musauaris {1983). Soedirman (1987) dan Hariana di Citeureup {I98E3) (10-14). Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan keragaman hasil sesuai dengan latar belakang penelitian masing-masing, namun pada umumnya menyimpulkan bahwa upaya perlindungan khusus terhadap bahaya debu semen belum sepenuhnya dilakukan secara memadai dan menyeluruh. Lebih lanjut dikemukakan bahwa, untuk mencegah timbulnya penyakit saluran napas perlu dilakukan upaya pemantauan secara berkelanjutan. Dengan pemantauan ini diharapkan bahwa apabila sewaktu-waktu terjadi penyimpangan dapat segera diketahui dan segera dilaksanakan tindakan koreksi yang diperlukan (3,15). Pemantauan ini secara khusus dilaksanakan terhadap para pekerja, untuk mendeteksi kemungkinan timbulnya penyakit sedini mungkin melalui pemeriksaan kesehatan berkala serta pemantauan terhadap lingkungan kerja. Cara ini dapat dipandang sebagai diagnosis dini yang mempunyai peran amat penting, sebagai salah satu indikator paparan debu di lingkungan kerja, untuk kemudian dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan bila perlu pengobatannya (3,15)?
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Kasmara
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Dalam proses produksinya suatu pabrik semen telah menyebabkan pencemaran limbah debu di lingkungan kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa disamping manfaatnya dalam pembangunan, proses produksi semen juga dapat mengganggu kesehatan paru tenaga kerja. Berhubung masih terdapat kontroversi mengenai jenis kelainan paru yang disebabkan debu semen, maka dilakukan penelitian di pabrik semen. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data mengenai prevalensi penyakit dan gangguan faal paru di kalangan tenaga kerja Plan III/IV pabrik semen dan kadar debu rata-rata dimana tenaga kerja- terpapar, serta melihat hubungan antara kadar debu dan lama paparan dengan prevalensi tersebut. Secara deskriptif menggunakan disain 'cross sectional' telah diperiksa sejumlah 176 tenaga kerja laki-laki berumur 18-55 tahun dan telah bekerja selama 2 tahun. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik, faal paru dan foto toraks. Pengukuran kadar debu dilakukan dengan teknik 'low volume dust sampler' sedangkan untuk silika bebas dengan mikroskop polarisasi. Hasil dan Kesimpulan: Kadar silika bebas di beberapa tempat menunjukkan kadar >1% dan kadar debu di beberapa tempat melebihi NAB. Prevalensi penyakit yang ditemukan rendah sekali, yaitu silikosis 1,13%, tersangka silikosis 1,7%, asma 0,6%, TB 3,4%, sedangkan bronkitis dan emfisema tidak ditemukan. Gangguan faal restriktif ditemukan sebesar 19,9% dan gangguan obstruktif 2,3%. Tidak ditemukan hubungan antara besar risiko dengan gangguan faal paru dan prevalensi penyakit. Demikian pula tidak ditemukan hubungan antara gangguan faal paru dengan kelainan radiologis, umur dan kebiasaan memakai pelindung. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan gangguan faal paru; gangguan restriktif lebih banyak ditemukan pada bukan perokok (p <0,05).
Pulmonary Diseases And Lung Function Abnormalities Among Workers At A Cement FactoryScope and Method of Study: The main hazard during cement processing is dust. This indicates that besides its benefit on our National Development, the cement industry may have some drawbacks on our workers' health. A cement factory was surveyed, since there are still different opinions on the pulmonary effects of cement dust until now. The aim of this study is to measure the level of dust exposure and the silica content at Plant II1/IV of the factory, to study the prevalence of pulmonary diseases and lung function abnormalities of cement workers at Plant III/IV and to observe if there is any relationship between both studies. In this cross-sectional study, 176 cement workers of Plant II1/IV aged between 18 to 55 years were surveyed. A questionnaire, physical examination, chest roentgenogram and Spiro gram were obtained on each person. Dust concentrations were measured with a low volume dust sampler and free silica was measured with a polarizing microscope. Findings and Conclusions: At some workplaces the dust and silica concentrations were above the threshold limit value. The overall prevalence rate of silicosis was 1.13%, suspect silicosis 1.7%, tuberculosis 3.4% and asthma 0.6%, while no signs of bronchitis and emphysema were noted. The vital capacity in 19.9% workers and the FEV1 in 2.3% workers was reduced. No relationship was noted between dust exposure, pulmonary diseases and lung function abnormalities. Neither was there any relationship noted between lung functions abnormalities, smoking habits, roentgen graphic changes, age and the usage of respiratory protective. A significant relationship was noted between smoking habits and lung function abnormalities; restrictive impairments were most pronounced in nonsmokers (p C 0.05).
Jakarta: Universitas Indonesia, 1988
T3429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita R. M. Berliana S.
Abstrak :
Produksi semen telah diketahui menyebabkan pencemaran pada lingkungan termasuk tenaga kerja. Hasil sampingan saat diproduksinya semen adalah debu yang merugikan, secara pembangunan nasional meningkatnya produksi semen menguntungkan akan tetapi juga menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan para pekerja. Tujuan penelitian untuk mengetahui prevalensi gangguan fungsi paru pada karyawan dan faktor yang berhubungan. Penelitian bersifat deskriptif menggunakan disain cross sectional, data didapatkan melalui laporan observasi, kuesioner, pemeriksaan fisis, pengukuran kadar debu dan spirometri. Jumlah yang diperiksa sebanyak 138 karyawan, dilakukan analisa dan hasil yang didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antar gangguan faal paru restriksi atau obstruksi dan umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, masa kerja, perokok dan penggunaan Alat Pelindung. Hubungan antara pajanan debu dengan gangguan fungsi paru tidak diidentifikasi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan Personal Dust Sampler serta pemeriksaan foto toraks.
Cement production was known as the source of pollution in the environment as well as to the workers. Cement dust is very hazardous which is one of the main side products of the factory while at the other side; cement production was really needed for the physical development of the country. The study was aiming to improve cement "col." factory's workers through identifying the lung function disorders and the related factors. The design of study was cross sectional and data were collected through observations report, questionnaires, physical examination, dust measuring and spirometer. There were 138 samples analyzed and results of study reported no significant relationship existed between lung obstruction and age, level of education, work status, duration of work, smoking behavior, and using of mask. Relationship between dust exposure and lung function disorders were not yet identified As suggested, extension of study should be done using personal dust samplers as well as photo thorax measurement.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlinah Jalil
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Pneumokoniosis terjadi hampir diseluruh dunia dan merupakan masalah yang mengancam para pekerja semen. Beberapa kelainan serologis dapat ditemukan pada pasien pneumokoniosis. Kadar surfaktan SP-D serum meningkat pada pekerja yang terpajan silika sehingga mungkin dapat dijadikan sebagai penanda hayati untuk diagnosis awal penyakit paru kerja tetapi penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectionaldengan cara pemilihan sampel secara consecutive sampling pada bulan September 2017- Maret 2018. Jumlah total subjek sebanyak 61 subjek terdiri dari 44 subjek penelitian dan 17 subjek kontrol. Pemeriksaan kadar SP-D menggunakan metode ELISA. Subjek penelitian merupakan pekerja semen pada area produksi dan bahan mentah. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hasil dengan karakteristik total subjek laki-laki 100 dan rerata umur 42.5 tahun, subjek termuda 21 tahun dan subjek tertua 55 tahun, Kelompok IMT normal terbanyak pada subjek penelitian yaitu 21 subjek 47.7 diikuti IMT lebih 14 subjek 2.3 , obesitas 8 subjek 18.2 dan IMT kurang sebanyak 1 subjek 4.6 . Riwayat merokok ditemukan terbanyak bukan perokok 26 subjek 59.1 diikuti perokok sebanyak 12 subjek 27.3 dan bekas perokok 6 subjek 13.6 . Lama pajanan ABSTRACT
Background:Pneumoconiosis occurs almost in entire worldwide. Pneumoconiosis has threaten cement workers. Serologic abnormalities has been found in pneumoconiosis. Surfactant Protein D SP-D levels increased in silica exposed workers. Surfactant Protein D SP-D may be useful using biomarkers for early diagnosis of pneumoconiosis but It has not yet been studied in Indonesia. Method:Design of this study was observational with cross sectional.Sampling of cement from exposed workers were done by consecutive sampling. Total subjects were 61, approach population of 44 cement exposed workers from September 2017-March 2018and 17 healthy people as control. Serum level of SP-D was measured by ELISA method.Cement exposed workers are workers in production area and workers in quarry area. Results:This study found that total characteristic subjects were male 100 and mean of age was 42.5 years old, youngest subject was 21 years old and oldest subject was 55 years old. Normal weight group greatest number was found 21 subjects 47.7 , followed by overweight 12 subjects 22.3 , obesitas 8 subjects 18.2 and underweight 1 subject 2.3 . Based on history of smoking, this study found that 26 subjects 59.1 had never smoked,12 subjects 27.3 as smokers and 6 subjects 13.6 as former of smokers. Duration of exposure
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Royani Nurrohman
Abstrak :
Latar belakang : Kemajuan sektor industri memberi dampak baik dan buruk. Debu yang dihasilkan dalam proses industri dapat berdampak buruk terhadap kesehatan paru. Belum ada penelitian tentang efek debu karbon hitam terhadap keluhan respirasi dan gangguan faal paru di Indonesia. Tujuan : Penelitian ini mencari keluhan respirasi dan faal paru pekerja yang terpajan debu karbon hitam di PT X Bogor yang berdiri tahun 2006. Metode : Penelitian potong lintang sejak bulan November 2012-April 2013. Sejumlah 248 subjek diperiksa dengan total coverage sampling kemudian dipilih sesuai kriteria inklusi. Dilakukan wawancara dengan kuesioner, pemeriksaan fisis, foto toraks, spirometri dan pemeriksaan carbonmonoxyde (CO). Hasil : Ada 207 subjek inklusi dengan kebanyakan laki-laki (81,2 %), didapatkan keluhan respirasi sejumlah 68 (32,8 %) berupa flu, sesak, batuk, dahak kronik, batuk dahak, dahak, batuk kronik dan mengi. Hasil spirometri rerata VEP1/KVP 93,5± 4,4 (79,2 - 98,8). Tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik antara jenis kelamin, usia subjek, tingkat pendidikan, status gizi, status perokok, kadar CO, kondisi debu, penggunaan masker, kelainan foto toraks dan lama kerja dengan terdapatnya kelainan faal paru.Terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin laki-laki, status perokok aktif dan kadar CO ≥10 dengan terdapatnya keluhan respirasi dengan nilai p < 0,05. Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara kadar debu dengan keluhan respirasi dan kadar debu dengan faal paru yang bermakna secara statistik pada penelitian ini. ......Background : Advances in the industrial sector gives good and bad impact. Dust generated in industrial processes may adversely affect the health of the lungs. No studies on the effects of carbon black dust on respiratory complaints and lung function disorders in Indonesia. Objective : This research looks at respiratory complaints and lung function of workers exposed to carbon black dust X Factory in Bogor which was founded in 2006. Methods : A cross-sectional study from November 2012-April 2013. A total of 248 subjects examined by total coverage sampling then selected according to the inclusion criteria. Conducted interviews with questionnaires, physical examination, chest Xray, spirometry and carbon monoxide (CO) inspection. Results : There were 207 subjects with the inclusion of mostly male (81.2%), respiratory complaints obtained a number of 68 (32.8%) in the form of the flu, tightness, cough, chronic sputum, phlegm cough, phlegm, chronic cough and wheezing. Spirometry results mean 93.5 ± 4.4 FEV1/FVC (79.2 to 98.8). No statistically significant between sex, age of subjects, level of education, nutritional status, smoking status, the rate of CO, dust conditions, the use of masks, chest X-ray abnormalities and work duration with lung function abnormalities. There is a significant relationship between male gender, current smoking status and CO levels ≥ 10 with the presence of respiratory complaints with p <0,05. Conclusion : There is no correlation between the dust with respiratory complaints and of dust with lung function statistically significant in this study.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library