Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ririn Astuty Ningsih
Abstrak :
Latar Belakang dan Tujuan: Penerbang bekerja di lingkungan ketinggian yang terpajan gaya G dan seiring peningkatan gaya Gz akan berbanding lurus dengan penurunan curah jantung dan oksigenasi otak hal ini akibat perubahan pertukaran gas di paru dalam kondisi hipergravitasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas difusi paru pada penerbang pesawat tempur serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode: Penelitian potong lintang yang dilaksanakan bulan Februari 2019 di Madiun dilakukan pada subjek laki-laki di instansi X Madiun. Jumlah sampel sebanyak 44 orang dipilih secara total sampling. Wawancara dilakukan untuk mengisi kuesioner data dasar, jam terbang dan lama berolahraga. Dilakukan pengukuran spirometri dan DLCO dengan menggunakan alat penggukur spirometri dan DLCO portable (Easyone TM Pro Lab). Hasil: Penelitian ini mendapatkan hasil sebagian besar peserta (93,2%) memiliki nilai spirometri yang normal hanya 3 peserta (6,8%) mengalami kelainan obstruksi dan tidak didapatkan kelainan restriksi sama sekali dengan nilai rerata VEP1 prediksi 103,3±10,60 % dan nilai median VEP1/KVP 84,5% dengan nilai minimum 63,5% dan nilai maksimum 92,5%. Pada nilai uji DLCO diperoleh hasil sebagian besar peserta (93,2%) memiliki nilai yang normal dan terdapat nilai DLCO mengalami penurunan ringan pada 3 peserta (6,8%) pada kelompok perokok. Kesimpulan: Nilai kapasitas difusi paru dan pemeriksaan spirometri pada penerbang secara umum normal terdapat sebagian kecil yang mengalami penurunan ringan namun tidak mempunyai hubungan yang bermakna antara parameter DLCO dengan usia, IMT, jam terbang tempur, total jam terbang, menit olahraga dalam sepekan serta indeks Brinkman dan nilai parameter spirometri.
Background: Pilot works in the high environment that exposed by G force. Increasing G force led to linear decreases in cardiac output and blood oxygenation of the brain. Thus, likely due to decreased lung gas exchange capacity in hypergravity. This study aims to investigate the pulmonary diffusing capacity test among Fighter pilots in Madiun. Methods: This study used cross sectional method conducted on February 2019 in Madiun. The total subjects consist of 44 Fighter pilots based on total sampling. Interview was done to fill out question about sociodemografic and smoking habit, flight hour data and physical fitness. Lung function measurement was done using portable spirometry and DLCO equipment (Easyone TM Pro Lab). Result: Spirometri result was found in the standard normal range in 41 subjects (93,2%) only 3 subject (6,8%) get obstruction abnormalities and none of them get restriction result. Average VEP1 prediction was 103,3±10,60 % and median range for VEP1/KVP was 84,5(63,5-92,5) %. Lung diffusion capacity measurement was found to be normal in 41 subject (93,2%) and to be deficient in 3 subject (6,8%) in smoker. Conclusion: This study demosntrated that diffusion capacity and spirometry test in Fighter pilots generally in normal range. Lung diffusion capacity has no association with age, BMI, flight hour, physical fitness, Brinkman index and spirometry parameters.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Suci Ramadhany
Abstrak :
Latar belakang: Stasiun pengisian bahan bakar umum SPBU semakin banyak didirikan untuk memenuhi kebutuhan bensin kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Petugas SPBU merupakan profesi yang memiliki risiko tinggi terpajan oleh polutan berbahaya yang berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor dan uap bensin terutama saat melakukan pengisian bensin. Kombinasi pajanan gas buang kendaraan dan uap bensin ini diduga berperan terhadap penurunan faal paru. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di SPBU wilayah Jakarta Pusat dan Utara pada bulan Agustus 2017-Februari 2018. Sebanyak 97 petugas SPBU diambil pada penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling. Subjek penelitian tersebut mengikuti wawancara dengan kuisioner, pemeriksaan spirometri dan foto toraks. Pengukuran kadar sulfur dioksida SO2 , nitrogen dioksida NO2 , karbonmonoksida CO , ozon O3 , particulate matter 2,5 PM 2,5 dan uap bensin benzene dilakukan di lokasi penelitian. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hasil spirometri normal pada 56,7 subjek, kelainan berupa restriksi sebanyak 42,3 subjek, obstruksi pada 1 subjek dan tidak ada yang mengalami kelainan campuran restriksi dan obstruksi. Sebagian besar subjek 84,6 tidak mengalami keluhan respirasi, sebanyak 10,3 subjek mengalami batuk kering dan 5,1 subjek mengeluh batuk berdahak. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara arus puncak ekspirasi APE dengan masa kerja dengan nilai p 0,011 namun tidak didapatkan hubungan yang bermakna dengan parameter kapasitas vital paksa KVP , KVP, volume ekspirasi paksa pada detik pertama VEP1 , VEP1 dan rasio VEP1/KVP. Kesimpulan: Prevalens kelainan faal paru petugas SPBU pada penelitian ini sebesar 43,3 dan keluhan respirasi pada 15,4 subjek. Diperlukan penelitian lebih lanjut secara kohort mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi faal paru pada petugas SPBU.
Background: To satisfy growing needs of petrol consumption in big city many new petrol stations has been built. Petrol station attendant is considered to have high risk exposure to dangerous pollutant from motor vehicle emission and petrol fumes, especially while filling up petrol tanks. Combination of those exhaust and petrol fumes is suspected to cause the reduction of lung function. Methods: This research is a cross sectional study done in petrol station in Central Jakarta and North Jakarta region between August 2017 and February 2018. A total of 97 petrol station attendants were taken in this research using consecutive sampling technique. The subjects were interviewed with questionnaires, spirometry and chest radiograph. Measurements of sulfur dioxide SO2 , nitrogen dioxide NO2 , carbon monoxide CO , ozone O3 , particulate matter 2,5 PM 2,5 and steam gasoline benzene concentrations were performed at the study sites. Results: In this study, normal spirometry results in 56.7 of subjects, abnormalities in the form of restriction in 42.3 of subjects, obstruction in 1 of subjects and none of which experienced mixed disorders of restriction and obstruction. Most subjects 84.6 did not experience respiratory complaints, as many as 10.3 of subjects had a dry cough and 5.1 of subjects complained of cough with phlegm. There was a statistically significant association between peak expiratory flow and duration of work with a p value of 0.011 but no significant association with other parameters such as forced vital capacity FVC , FVC, forced expiratory volume in the first second FEV1 , FEV1 and the ratio of FEV1/FVC. Conclusion: Prevalence of lung function abnormalities of petrol station attendant in this research is 43,3 and respiratory symptoms at 15,4 subject. Further cohort studies are needed on factors affecting lung function in gas station personnel.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Herman
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007
T59000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indah Indriani
Abstrak :
Latar Belakang: Petani sawit seringkali terpajan dengan berbagai macam polusi berupa debu dari pupuk dan pajanan pestisida.Pestisida yang paling sering digunakan adalah organofosfat (OP) dan insektisida karbamat (34%). Tingkat kejadian penyakit pernapasan yang berhubungan dengan pestisida di tempat kerja sebesar 1,17 per 100.000 penuh waktu pekerja setara (FTEs). Tujuan: Menilai faalparu dan kadar kolinesterse serum padapetani sawit di Kuantan Singingi, Propinsi Riau. Metode: Penelitian cross sectional pada petani sawit di Kuantan Singingi, Propinsi Riau  bulan Agustus 2018. Sampel diambil dengan teknik cluster sampling. Variabel yang dinilai adalah karakteristik sosiodemografik, klinis, spirometri dan serum kolinesterase. Analisis data menggunakan program SPSS 20.0 dengan hasil dinyatakan berbeda bermakna bila p<0,05. Hasil: Didapatkan 116 subjek penelitian dengan rerata usia 34,5±8 tahun, berjenis kelamin perempuan (87,1%), tingkat pendidikan terakhir SD (59,5%), tidak merokok (89,7%), dan masa kerja >2 tahun (84,5%). Indeks Massa Tubuh median 24,5 Kg/m2 (16,85 – 44,44 Kg/m2) dan rerata kolinesterase serum 8,1±1,5 kU/L. Hasil spirometri menunjukkan kelainan restrikif pada 21,6% dan obstruktif pada 0,9% subjek penelitian. Hasil analisis menunjukkan terdapat  hubungan antara lama pajanan (p=0,035) dengan kelainan faal paru. Analisis korelatif antara lama masa kerja dengan KVP (rs=-0,205; p=0,027), VEP1 (rs=-0,235; p=0,011) dan VEP1/KVP (rs=-0,234; p=0,011). Kesimpulan: Rerata kolinesterase serum petani sawit di Kabupaten Singingi, Propinsi Riau sebesar 8,1±1,5 kU/L dan terdapat hubungan antara lama pajanan pestisida dengan kelainan faal paru.
Background: Palm oil farmers are in risk to be exposed to various kinds of pollution, pesticide and fertilizer. Organophosphate (OP) and carbamate 34% insecticidesare the common pesticides used in palm oil farms. The incidence rate of pesticide-related respiratory diseases at work is 1.17 per 100.000 full-time equivalent workers (FTEs).This studyaims to characterize lung function and serum cholinesterase levels of palm oil farmers in Kuantan Singingi Regency, Riau, Indonesia. Methods: This cross-sectional study involved oil palm farmers in the study location on August 2018 by cluster sampling design. Sociodemographic, clinical, spirometry and serum cholinesterase level characteristics were observed and statistically analyzed. Results: The study involved 116 subjects with mean age of 34.5±8 y.owhich predominated by females (87.1%), elementary school degrees (59.5%), non-smokers (89.7%) and workers with working period >2 years (84.5%). Mean body mass index was 24.5kg/m2 (16.85–44.44 Kg/m2) and mean serum cholinesterase was 8.1±1.5kU/L. Spirometric examination showed restrictive (21.6%) and obstructive (0.9%) lung function. There was a significant correlation between length of working period and FVC (r=-0.205; p=0.027), VEP1 (r=-0.235; p=0.011) and VEP1/FVC (r=-0.234; p=0.011). There was no significant difference of serum cholinesterase level between abnormal lung function groups (p> 0.05). Conclusions: The mean serum cholinesterase of palm oil farmers was 8.1±1.5kU/L. The study showed there wascorrelation between the duration of exposure to pesticides and lung function abnormalities.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasmi Maha
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurvidya Rachma Dewi
Abstrak :
Latar belakang: Gangguan kognitif memiliki prevalens yang tinggi pada orang dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan dapat menunjukkan hambatan kognitif di berbagai aspek, termasuk waktu reaksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan waktu reaksi pada kelompok pengemudi taksi PT “X” di Jakarta yang PPOK dan bukan PPOK. Metode: Total 99 orang pengemudi taksi PT “X” di Jakarta dilibatkan dalam penelitian potong lintang ini dan menjalani beberapa pemeriksaan. Kuesioner dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik dasar, latar belakang pendidikan, faktor pekerjaan dan status merokok. Pemeriksaan spirometri dan uji bronkodilator dilakukan untuk menilai faal paru dan mendeteksi gangguan saluran napas. Versi Indonesia dari uji Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) digunakan untuk menilai adakah gangguan kognitif pada subjek. Waktu reaksi subjek diukur dengan menggunakan alat reaction timer Lakassidaya L-77 (Biro Konsultasi Departemen Kesehatan, Keselamatan dan Produktivitas Kerja, Yogyakarta, Indonesia). Hasil: Proporsi PPOK pada pengemudi taksi PT “X” di Jakarta adalah 9,47%, dengan 84,62% dari pengemudi taksi dengan PPOK memiliki gangguan kognitif. Hasil rerata waktu reaksi pada kelompok PPOK lebih lambat bila dibandingkan dengan kelompok bukan PPOK yaitu sebesar 252,18 milidetik dibandingkan dengan 202,73 milidetik. Kesimpulan: Proporsi PPOK pada pengemudi taksi PT “X” di Jakarta adalah sebesar 9,47%. Sebagian besar dari pengemudi taksi yang PPOK tersebut memiliki gangguan kognitif yang dapat mempengaruhi waktu reaksi dan selanjutnya dapat berpengaruh terhadap performa mengemudi.
Background: Cognitive impairment is prevalent in chronic obstructive pulmonary disease (COPD) and is detrimental to work performance, including reaction time. This study investigates the comparison of reaction times between taxi drivers with COPD and without COPD. Method: This cross-sectional study included 99 male taxi drivers of a taxi company in Jakarta, Indonesia, as subjects. Subjects were questioned and examined to obtain their basic characteristics, educational backgrounds, occupational factors, and smoking status. Lung function tests were used to detect respiratory airway disorders. The Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) test was used to determine cognitive impairment. The reaction times were measured using reaction timer Lakassidaya L-77 (The Occupational Health, Safety, and Work Productivity Consultative Bureau, Yogyakarta, Indonesia). Result: The proportion of COPD was 9.47%, and 84.62% of which had cognitive impairment. The mean reaction time of the COPD group was slower than the non-COPD group (252.18 ms vs. 202.73 ms). Conclusion: The proportion of taxi drivers with COPD in this study was 9.47%. Most of them had a cognitive impairment, which affected their reaction time and ultimately impaired their driving performance.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library