Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Watson, C.W.
Abstrak :
Kho ping Hoo (1926-1994) is the most well-know of all Indonesian writers of popular silat stories, largely set inChina, which describe the adventures and romance of legenday hereos famed for their skill in martial arts. It is less well-know that he began his career writing critical stories about socio-economics condition in the llate 50s and early 60s. This paper discusses one of these stories. It place the story in the context of political development of the time, in particular as they affected the Chinese Indonesia community. The paper argues that this story and or two other like it come a the end of a radition of sino-Indonesian literature which had flourished from the end of the nineteenth century until the mid 1950s. After 1960, Chinese-Indonesian writer cease writing realist fiction of any kind and write either silat stories or romantic stories set in middle class urban envirnments.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
909 UI-WACANA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Nagara
Jakarta: Media Kita, 2019
899.221 WIR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vianen, Bea
Den Haag: Uitgeverij Conserve, 1997
BLD 839.313 VIA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Salter, James
Amsterdam: Meulenhoff, 2007
BLD 839.313 SAL s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hoff, Kay
Abstrak :
Buku ini merupakan sebuah karya sastra jerman, novel, yang menceritakaan mengenai keseharian di sebuah kota kecil bernama Boedelstedt.
Munchen: Deutscher Taschenbuch, 1969
JER 833.9 HOF b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Nagara
Jakarta: Media Kita, 2019
899.221 WIR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Teks Asmarasupi ini mengisahkan kepahlawanan seorang putra Raja Bandaralim dari kerajaan Puserbumi bernama Raden Abdullah Asmarasupi (sering pula disebut Raden Arya Jayengtilam, Jayengsari, Jayengperang, Raden Sunu, Raden Mantri, Raden Asmarabrangti, Raden Arya Kusuma, Imam Suwangsa atau Iman Sujana) tatkala berkelana mencari obat untuk penawar sakit putri Purbaningsih dari kerajaan Ngesam. Pada akhir cerita Raden Asmarasupi berhasil mendapatkan obat lalu diserahkan kepada Raja Ngesam untuk diberikan kepada Purbaningsih. Penyakit sang putri dapat disembuhkan dan sebagai tanda sukacita dari Raja Ngesam, Raden Asmarasupi dinikahkan dengan Dewi Purbaningsih. Serat Asmarasupi merupakan salah satu karya yang cukup populer dalam tradisi penyalinan naskah-naskah pasisir Jawa. Kepopulerannya dapat dikatakan sejajar dengan teks roman Islam lainnya, terutama Menak, Ambiya, dan Yusup. Catatan resensi beberapa teks Asmarasupi telah disebutkan dalam Poerbatjaraka dkk. 1950: 82-84 (Br 30, Br 51, dan KBG 543); Vreede 1892: 189-194, 373-374 (LOr 1798, LOr 2017); Brandes I, 1901: 117-118 dan Juynboll II, 1911: 79-90 (LOr 4077). Keterangan bibliografis mengenai teks-teks yang lain termuat pula dalam berbagai sumber: Pigeaud (1967:223) mencatat teks Asmarasupi dengan nomor kode LOr 2194, 4077, 10.737, 10.836, dan BCB prtf 215. Masing-masing naskah yang termuat dalam Pigeaud tersebut, telah' diresensi dalam catatan Soegiarto (LOr 10.867). Perpustakaan Museum Sonobudoyo Yogyakarta mengoleksi enam naskah yaitu MSB/L.48-50 dan 52-54. Di Sasana Pustaka, tepas kapujanggan keraton Surakarta, tercatat empat naskah dengan nomor kode SMP/KS.467-470. Ricklefs (1977: 61) mencatat satu naskah Asmarasupi yang dikoleksi oleh India Office Library, London, dengan nomor kode IOL Jav. 26, isinya dikatakan sebagai salinan dari teks keraton Yogyakarta semasa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana II. Untuk koleksi Pigeaud yang terdapat di FSUI tercatat sembilan naskah, berkode CS.l sampai dengan CS.9. Dalam proses perkembangannya, teks ini tidak terlepas kaitannya dengan teks dari siklus Menak dan Panji oleh Pigeaud (1967: 223) dikatakan tampak pada penonjolan unsur kepahlawanan dan pengembaraannya. Adapun naskah CS.l ini berasal dari Keraton Kanoman Cirebon. Isi ceritanya tidak tamat Mengingat banyak bagian kertas yang rusak, maka teks yang mencantumkan identifikasi waktu penyalinan menjadi kurang lengkap. Dari teks yang dapat dibaca, tercantum penanggalan sebagai berikut: Seiasa, 17 Jumadiiakir, tahun Alip, 1... Hijriah. Namun, dilihat dari materi kertas dan gaya penyalinannya, usia naskah ini masih tergolong 'muda.' Diperkirakan penyalinan teks berlangsung akhir abad ke-19, mungkin sekitar tahun 1880an. Naskah ini dihiasi dengan rubrikasi dan gambar sederhana pada setiap pergantian pupuh. Naskah diterima Pigeaud dari Ir. Moens di Yogyakarta, pada tanggal 27 Mei 1932. Isi teks telah dibuatkan ikhtisar dan daftar kata oleh Mandrasastra pada bulan Februari 1933. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) mijil; (3) pangkur; (4) kinanthi; (5) sinom; (6) dhandhanggula; (7) sinom; (8) kinanthi; (9) pangkur; (10) durma; (11) sinom; (12) mijil; (13) kinanthi; (14) asmarandana; (15) dhandhanggula; (16) sinom; (17) pangkur; (18) mijil; (19) dhandhanggula; (20) durma; (21) pucung; (22) maskumambang; (23) asmarandana; (24) dhandhanggula; (25) pangkur; (26) durma; (27) dhandhanggula; (28) asmarandana; (29) pangkur; (30) durma; (31) sinom; (32) sinom; (33) dhandhanggula; (34) pangkur; (35) durma; (36) asmarandana; (37) sinom; (38) dhandhanggula; (39) pangkur; (40) asmarandana; (41) sinom; (42) kinanthi; (43) mijil; (44) dhandhanggula; (45) maskumambang; (46) durma; (47) kinanthi; (48) asmarandana; (49) mijil; (50) sinom; (51) asmarandana; (52) durma; (53) dhandhanggula; (54) mijil; (55) pucung; (56) maskumambang; (57) sinom; (58) mijil; (59) sinom; (60) asmarandana; (61) dhandhanggula; (62) mijil; (63) dhandhanggula; (64) asmarandana.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.1-NR 200
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Teks ini berkisah tentang petualangan tokoh Raden Abdullah Asmarasupi, putera raja kerajaan Bandaralim. Cerita diawali ketika Raja Bandaralim yang sudah tua, ingin menyerahkan tampuk kekuasan kepada putera sulungnya, Raden Asmarasupi. Namun keinginannya tidak terwujud karena puteranya belum bersedia, bahkan ia meninggalkan kerajaan tanpa sepengetahuan siapa pun. Kepergiannya diikuti oleh abdi setianya, Marbot Sangubrangta. Mulai di sini cerita berkembang. Raden Asmarasupi kemudian menikmati perjalanannya dengan ikut terlibat dalam berbagai kejadian, seperti peperangan, percintaan dengan banyak wanita, berguru pada banyak syeli mengenai Islam maupun kepercayaan kejawen, dan upaya pengislaman orang-orang kafir. Puncak dari petualangannya adalah mengikuti sayembara yang diadakan oleh Raja Ngesam, yakni mendapatkan obat yang dapat menyembuhkan penyakit Dewi Purbaningsih. Dengan perjuangan yang keras akhirnya Raden Asmarasupi berhasil memenangkan sayembara itu. Sebagai balas budi, Raja Ngesam mempersandingkannya dengan Dewi Purbaningsih yang jelita. Selanjutnya Raden Asmarasupi yang juga bernama Jayengtilam dinobatkan sebagai Raja Ngesam. Versi Serat Asmarasupi FSUI/CS.2 ini tersusun dalam 85 pupuh. Menurut kolofon depan maupun belakang, naskah disalin antara Februari sampai dengan September 1902, oleh Warsawijaya suami-isteri, di tempat yang tidak disebutkan. Maksud Warsawijaya menyalin naskah dinyatakan sebagai berikut: kinarya ngegah nendra, yaitu sebagai salah satu upaya tapabrata. Disebutkan Warsawijaya suami-isteri (sarimbit), mungkin karena yang satu membacakan babon, sedangkan yang satunya sibuk menuliskannya. Pigeaud membeli naskah ini di Yogyakarta pada tanggal 30 Mei 1933. Kemudian pada bulan Desember tahun yang sama, oleh Mandrasastra dibuatkan ikhtisar isi berikut catatan pupuh dan bait dalam sebuah uittreksel yang dapat ditemui pada koleksi FSUI. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) mijil; (4) dhandhanggula; (5) pangkur; (6) sinom; (7) durma; (8) mijil; (9) pangkur; (10) kinanthi; (11) mijil; (12) sinom; (13) dhandhanggula; (14) asmarandana; (15) kinanthi; (16) pangkur; (17) durma; (18) sinom; (19) mijil; (20) kinanthi; (21) asmarandana; (22) dhandhanggula; (23) sinom; (24) pangkur; (25) maskumambang; (26) durma; (27) pucung; (28) maskumambang; (29) asmarandana; (30) dhandhanggula; (31) kinanthi; (32) dhandhanggula; (33) pangkur; (34) dhandhanggula; (35) pangkur; (36) durma; (37) dhandhanggula; (38) girisa; (39) dhandhanggula; (40) asmarandana; (41) pangkur; (42) pucung; (43) durma; (44) pangkur; (45) asmarandana; (46) kinanthi; (47) dhandhanggula; (48) kinanthi; (49) sinom; (50) asmarandana; (51) sinom; (52) durma; (53) sinom; (54) dhandhanggula; (55) pangkur; (56) kinanthi; (57) mijil; (58) sinom; (59) dhandhanggula; (60) pangkur; (61) asmarandana; (62) sinom; (63) dhandhanggula; (64) gambuh; (65) durma; (66) dhandhanggula; (67) mijil; (68) megatruh; (69) sinom; (70) dhandhanggula; (71) asmarandana; (72) dhandhanggula; (73) durma; (74) pangkur; (75) durma; (76) dhandhanggula; (77) pangkur; (78) sinom; (79) durma; (80) pangkur; (81) durma; (82) dhandhanggula; (83) durma; (84) pangkur; (85) dhandhanggula.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.2-NR 249
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Isi teks mengisahkan petualangan seorang putra-raja kerajaan Bandaralim bernama Raden Asmarasupi tatkala berupaya mencarikan obat untuk penawar sakit Dewi Purbaningsih. Halaman pertama teks naskah ini tidak ada (mungkin robek). Teks uga belum selesai. Di bagian akhir, teks cerita belum menunjukkan adanya penyelesaian, kemungkinan ada bagian besar yang hilang atau tercecer sehingga tidak ikut terjilid. Teks Asmarasupi ini tersusun dalam 34 pupuh. Jika dibandingkan dengan versi-versi lain, ternyata pupuh 5-27 teks ini memperlihatkan pola metrum yang identik dengan teks FSUI/CS.l, pupuh 21-43. Walaupun demikian teks ini tetap merupakan variasi bacaan yang berbeda mengingat struktur pupuh lainnya menunjukkan pola yang tidak sama. Untuk dapat mengetahui keterangan bibliografis yang lebih lengkap tentang korpus teks Asmarasupi dapat dilihat pada deskripsi naskah FSUI/CS.l. Dalam teks tidak ditemui identifikasi waktu penyalinan, karena halaman depannya hilang. Dari materi kertas yang dipakai tampak jika usia naskah masih muda. Diperkiran penyalinan naskah ini belum lama, kurang lebih pada dasawarsa terakhir abad 19. Naskah ini masuk koleksi FSUI pada tanggal 25 September 1942 (tahun Jepang 2602), yaitu pada waktu Pigeaud bersembunyi di rumah dan koleksinya mulai dirawat oleh Tjan Tjoe Siem. Naskah berasal dari Supardi asal Yogyakarta.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.3-NR 528
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Naskah ini berisi teks Serat Asmarasupi, tersusun dalam 36 pupuh. Setelah dibandingkan dengan versi-versi lain, ternyata teks Asmarasupi ini merupakan versi tersendiri. Lihat di bawah untuk daftar pupuh serta cuplikan bait pertama. Tentang korpus sastra Serat Asmarasupi pada umumnya, lihat deskripsi naskah FSUI/CS. 1. Naskah beraksara pegon ini disalin oleh pemuda bernama Wiriyadireja, yang oleh orang lain diberi julukan Gatiwangsa. Wiriyadireja tinggal di daerah 'Pasisir', diminta untuk menyalin teks ini oleh temannya, Pak Kimin. Penyalinan teks dimulai pada tanggal 25 April 1912. Selain memuat teks Serat Amarasupi, naskah ini juga memuat lebih dari 200 gambar (lihat Gbr. 8, 21-25, 27 & 31 dalam jilid ini). Dikatakan dalam kolofon depan bahwa yang menggambar pada naskah ini adalah seorang 'bocah mencul' (anak yang kurang dalam tata-krama), berpredikat dalang muda yang 'maksih kurang duga'. Selain itu, kolofon juga memuat amanat kepada mereka yang membaca naskah ini: 'yen sampun maca, layang punika sampeyan gurokaken kasane wuninga awak dika dhewe'. Pigeaud membeli naskah ini dari Dr. Klaverweiden (di Surabaya) sekitar tahun 1927. Naskah kemudian dibuatkan uittreksel oleh Mandrasastra pada bulan Agustus 1938. Sebelumnya, pada bulan Oktober 1928, R.M. Suwandi telah membuat salinan alih aksaranya, yaitu FSUI/CS.5. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) sinom; (3) pangkur; (4) durma; (5) pucung; (6) wirangrong; (7) asmarandana; (8) dhandhanggula; (9) pangkur; (10) durma; (11) dhandhanggula; (12) asmarandana; (13) sinom; (14) dhandhanggula; (15) pangkur; (16) asmarandana; (17) durma; (18) asmarandana; (19) dhandhanggula; (20) sinom; (21) maskumambang; (22) durma; (23) asmarandana; (24) dhandhanggula; (25) sinom; (26) mijil; (27) asmarandana; (28) pangkur; (29) sinom; (30) durma; (31) dhandhanggula; (32) durma; (33) dhandhanggula; (34) asmarandana; (35) durma; (36) dhandhanggula.
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.4-NR 43
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>