Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stanford: Stanford University Press, 1993
801.95 AIM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Elliot, T.S.
London: Methuen, 1960
801.9 ELI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Yulianto
"The purpose of this study is to find out the forms of social criticism in the short stories of the Angin Besar Menggerus Ladang-ladang Kami by Hajriansyah and Hitam Putih Kotaku by Rismivana The problems in this study are how the form of social criticism in the short stories ofAnstin Besar Menggerus Ladang-ladang Kami by Hajriansyah and Hitam Putih Kotaku by Rismiyana. The methodology used m analyzing the short stories is descriptive qualitative by using sociology of literature as the approach of this research. Based on the results of the analysis, it can be seen that there are many social criticism in both short stories as the object of study. Social critics include-criticism of the destruction of nature, criticism of the attitude of art, and criticism of promiscuity."
Jakarta: Kantor Bahasa Banten, 2017
400 BEBASAN 4:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Putri Astari
"Sastra imigran merupakan fenomena aliran sastra penting yang terjadi di Belanda. Pada beberapa resensi karya sastra, kritikus sering membahas mengenai tema menyangkut budaya Timur dalam karya penulis imigran dari Belanda. Jurnal ini membahas mengenai resepsi dari tiga karya Hafid Bouazza, seorang penulis Belanda kelahiran Maroko. Korpus data yang diteliti merupakan enam resensi jurnalistik, masing-masing dua resensi dari satu karya. Resensi-resensi tersebut didapatkan melalui akses situs online resmi Trouw dan NRCboeken. Teori yang digunakan sebagai landasan penelitian adalah klasifikasi penilaian karya sastra milik Balen. Masalah yang dibahas dalam jurnal ini adalah mengenai argumen apa saja yang muncul dalam enam resensi tadi menyangkut status stilistika Bouazza?; bagaimana penilaian yang menyangkut status imigran Bouazza?; Seberapa sering peresensi membahas latar belakang imigran Bouazza? Hasil penelitian menunjukkan bahwa stilistika Bouazza dalam karya dinilai positif oleh peresensi. Muncul beberapa penilaian menyangkut status imigran Bouazza yang ternyata juga dinilai positif. Latar belakang Bouazza muncul di hampir setiap resensi. Latar belakang yang dibahas menyangkut kontras budaya dan identitas.

Immigrant literature is an important literary phenomenon that occurs in the Netherlands. In some literary reviews, the literary critics have debated about theme in the writings of immigrant writers that related to Eastern culture. This article discusses the reception of three Hafid Bouazza's works, a Dutch writer of Moroccan origin. This study uses qualitative methods and descriptive analysis to analyze a corpus of six journalistic reviews, two reviews of each work, from the official website of Trouw and NRCboeken. The main approach in this article is the classification of literary judgement from Balen which consists of five arguments: reflection, mimesis, expressive, objective, pragmatic, and relativity. The author would like to see; which arguments related to stylistic occur in these six journalistic reviews; how the judgement is related to immigrant status of Bouazza; how often Benali's cultural background occurs in these reviews. The results show that stylistic in Bouazza's writings get positive responses from literary critics. There is also judgment which related to the immigrant status of Bouazza. It turns out that most of the reviewers gave positive judgement. Bouazza's cultural background occurs in most of the reviews. They disscus about the contrast between East and West and also identity problem of immigrants in the Netherlands.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Iser, Wolfgang
Baltimore: Johns Hopkins University Press, 1989
801.95 ISE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Mujiyanto
"Penelitian ini berlatar belakang asumsi bahwa novel mengandungi berbagai tindak tutur disektif (TTD) yang strategi pengujarannya dapat mengusik muka mitra tutur dan bahwa penerjemahan TTD dapat disertai dengan berbagai bentuk penggeseran kebahasaan yang pada gilirannya mungkin menimbulkan perbedaan derajat kesantunan TTD itu-Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini mengedepankan masalah penggeseran kebahasaan di dalam pengindonesiaan TTD, pengubahan derajat kesantunan TTD sebagai akibat penerjemahan, dan kaitan penggeseran itu dengan derajat kesantunannya. Tujuannya adalah memperoleh gambaran mengenai (1) hal-hal yang berkaitan dengan penggeseran tadi, (2) dampak penggeseran itu terhadap derajat kesantunannya, dan (3) kaitan penggeseran itu dengan kesantunan tersebut.
Novel yang beriudul A Farewell to Arms karya E. Hemingway (1929) beserta teriemahannya Pertempuran Penghabisan oleh T.S. Bachtiar (1976) dijadikan sumber data. Hasil kajian terhadap sumber data ini digunakan sebagai dasar penyusunan angket yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan derajat kesantunan TTD tadi antara BSu dan BSa. Responden ditarik secara acak dari populasi yang terdiri atas penutur BSu dan penutur BSa. Data yang diperoleh diolah menggunakan beberapa uji statistik yang semuanya terdapat di dalam SPSS for Windows Release 6. Variabel utama penelitian ini adalah (1) TTD di dalam BSu dan BSa, yang dikelompokkan menurut faktor bahasa dan jenis penutur, dan (2) perbedaan derajat kesantunan TTD antara kedua bahasa tersebut. Variabel lainnya adalah jantina, kelompok usia, dan tingkat pendidikan responder.
Uji ANOVA sate-jalur yang digunakan untuk mengolab data di atas mengungkapkan adanya perbedaan derajat kesantunan antara TTD di dalam kedua bahasa. Walaupun secara statistik perbedaan ini signifikan, perbedaan harga-harga yang diperoleh dari uji tersebut sangat kecil sehingga uji komparasi ganda (uji Duncan) mengungkapkan bahwa di antara tiga puluh enam pasang kelompok data yang disusun menurut jenis penutur hanya sepuluh pasang yang menunjukkan perbedaan itu. lni menyiratkan bahwa penerjemah memilih strategi melakukan berbagai penggeseran dengan akibat pengubahan derajat kesantunan TTD yang diterjemahkannya.
Penelitian ini menyisakan pextanyaan yang menyangkut kaitan antara fitur suprasegmental dan kesantunan, kewajaran TTD di dalam novel, dan hubungan kesantunan dengan jarak sosial serta perbedaan status antara penutur dan petutur sebagaimana tertuang di dalam novel. Selain itu, kajian replikatif dapat pula dilakukan untuk mengulangtegaskan hasil penelitian ini.

This research is based on the assumptions that novels contain various types of directive speech acts (DSA's for short) which may threaten the hearer's face and that the translation of such DSA's may result in various types of shifts that, in turn, can lead to differences in their degrees of politeness. Based on the assumptions, this study puts forward questions on the shifts in translating English DSA's into Indonesian, the changes of their degrees of politeness as a result of the translation, and the relationship between such shifts and the degrees of politeness. This study aims at (1) revealing aspects related to the variety of shifts; (2) the impacts of such shifts on their degrees of politeness; and (3) the relationship between the shifts and the politeness.
A novel entitled A Farewell to Arms by E. Hemingway (1929) along with its translation, i.e. Pertempuran Penghabisan by T.S. Bachtiar (1976), is the source of data on the DSA's. The results of the study on it are used as the basis of compiling the questionnaire which has been designed to obtain pictures on differences in the degrees of politeness between the DSA's in the source language (Sr..) and their counterparts in the target language (TL). The respondents were randomly drawn from the population consisting of speakers of the SL as well as ones of the TL.
The data obtained from the sample are analyzed using a number of statistical tests contained in the SPSS for Windows Release 6. The major variables of this research are (I) the DSA's in the SL and their counterparts in the TL, which are categorized in accordance with the language and types of respondents, and (2) the differences in the degrees of politeness of the two languages. The other variables are the sexes, the age groups, and the levels of education of the respondents.
The one-way ANOVA employed to analyze the data reveals the differences in the degrees of politeness between the DSA's in the two languages. Despite the significance of the differences, the distinctions of values obtained from the analyses are so small that the multiple comparative (Duncan) tests reveal that among the thirty six pairs of data grouped on the basis of the types of respondents there are only ten pairs showing such distinctions. This implies that the translator has chosen the strategy of making shifts in the translation, resulting in changes in the degrees of politeness of the DSA's that he translates.
This study leaves behind questions on the connection between the suprasegmental features and politeness, the naturalness of DSA's within novels, and the relations between politeness and social distance as well as differences in social status among interlocutors in novels. Besides, replicative study could also be carried out in order to reconfirm the findings of this research.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titik Pudjiastuti
"PENDAHULUAN
'Sajarah Banten' adalah sebuah karya sastra klasik Jawa bersifat sejarah. Seperti halnya kebanyakan teks klasik Jawa, teks ini pun tidak menyebutkan nama penulis atau raja yang memerintahkan penulisannya. Menurut Braades dan Djajadiningrat mungkin sekali teksnya disusun pada tahun 1662/63 AD (Brandes, 1920: 112 catatan, Djajadiningrat, 1913: 10). Djajadiningrat menyatakan, pada tahun 1701/02 AD teks tersebut telah disadur dengan agak bebas dan atas dasar itulah muncul redaksinya yang termuda yang berangka tahun 1732 AD (1913: 10).
Dari penelitian naskah 'Sajarah Banten' yang telah dilakukan, ditemukan dua puluh buah naskah yang berisi duapuluh empat teks. Sebelas teks merupakan 'Sajarah Banten Besar' yang --lima di antarauya-- menyebutkan tahun 1732 AD sebagai sumber penyalinannya, sedangkan sisanya bersumber dari naskah bertanggal lebih muda yang disebut dengan 'Sajarah Banten Kecil' (D jajadiningrat,1983:14--15).
Karya sastra sejarah (kranik) seperti 'Sajarah Bunten' ini di Jawa lazim disebut babad. Dalam bahasa Jawa babad berarti menebang pohon-pohonan di hutan atau memangkas semak belukar (Gericke-Roarda 1901. Poervvadruminta 1939). Berdasarkan arti ini Darusuprapta (1975 : 3-4) mengemukakan suatu perkiraan mengenai penggolongan babad yaitu:
1) yang melukiskan cerita pembukaan suatu daerah atan hutan untuk kemudian didirikan suatu ibu kota kerajaan atau pusat pemerintahan di atasnya, seperti: Babad Majapahit, BabadMataram, Babad Kartasura, BabadNgayogyakarta;
2) yang pusat ceritanya menitikberatkan kepada hal ihwal dalam suatu daerah tertentu, seperti: Babad Banten, Babad Cirebon, Babad Kebumen, Babad Pasaraan, Babad Besuki, Babad Belambangan, dan
3) yang pusat ceritanya berupa peristiwa-peristiwa dalam suatu babakan waktu tertentu, seperti: Babad Pacinan, Babad Paliban Nagari, Babad Pakepung, Babad Dipanegara, den Babad Surenglagan.
Sementara itu, Brander seperti yang dikemukakan oleh Berg (1974: 80), mengelompokkan babad menjadi tiga golongan besar, yakni:
1) yang isinya tidak sesuai dengan judulnya; artinya judulnya tidak mencerminkan isi ceritanya, seperti: Babad Jenggala, Babad Majapahit, Babad Demak, Babad Pajang, Babad Mataram, dan Babad Kartasura;
2) yang isinya menceritakan sejarah setempat; artinya isinya banya menceritakan tentang sejarah suatu daerah tertentu saja, seperti: Babad Banten, Babad Cirebon, Babad Banyumas dan Babad Blambangan, dan
3) yang menceritakan suatu periode tertentu dari sejarah Jawa; maksudnya menceritakan suatu peristiwa yang terjadi pada suatu mesa tertentu, seperti: Babad Bedab Ngayogyakarta den Babad Mangkanegaran.
Walaupun Brandes dan Daresuprapta telah mengelompokkan babad dalam 3 golongan, namun menurut penulis masih terdapat 1 golongan babad lagi yang belum dinyatakan oleh kedua ahli tersebut. Golongan yang ke-4 adalah babad yang isi ceritanya seawal dengan judulnya, seperti: Babad ing Sengkala.
Darusuprapta, selain mengungkapkan masalah penggolongan babad juga menyatakan pendapatnya tentang perbedaan istilah babad berdasarkan has cakupan daerahnya. Umiak membedakan babad yang lebih luas cakupan daerahnya seperti "Babad Tanah Jawi" , 'Sajarah Banten? disebut dengan istilah babad pasisir (Darusuprapta, 1974: 4).
Apabila ditinjau dari isinya, sebagian besar cerita 'Sajarah Banten? memang merupakan untaian peristiwa sejarah yang berlangsung di Banten pada kurun waktu abad 16 -- 17, sedangkan sisanya adalah uraian mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di Jawa sebelum Islam. Sebagai karya sastra sejarah, dalam uraian mengenai rangkaian peristiwanya terlihat kandungan nilai sastra yang menyatu dengan kroniknya. Nilai sastra itu berupa aspek estetis dan fiktif (Berg 1974, Darusuprapta 1975, Teeuw 1976). Menurut Darusuprapta, kedua aspek ini menjadi ramuan di dalam struktur sastranya yang terwujud dalam bentuk: mitologi, lagenda, lagiografi, dan simbolisme (1975:6)?."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pirie, David B.
London: Roetledge, 1985
R 808.066 8 PIR h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 1991
R 801.95 ENC
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Gale Research, 1991
R 801.95 ENC
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>