Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lesti Setianingrum
Abstrak :

Teknologi Visible Light Communication (VLC) menjadi cukup menarik karena meningkatnya pengembangan Light Emitting Diode (LED) yang membawa karakteristik umur panjang, green technology, daya rendah, pencampuran warna, fast switching dll. Penelitian ini menyajikan potensial topik teknologi VLC di masa depan dengan menggunakan analisis paten. Metode ini dipilih sebagai jembatan bagi para peneliti, insinyur dan pemain industri untuk mengurangi subjektivitas mereka dalam membuat topik atau keputusan proyek dan menciptakan pemahaman lanjutan antara pengembangan teknologi dan pengembangan industri. Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap 329 paten dalam database USPTO dari tahun 1976-2017 menggunakan visible light communication sebagai syntax query. Temuan menunjukkan bahwa teknologi dasar paten VLC adalah sistem transmisi, komunikasi jaringan nirkabel dan pengaturan kontrol dan sirkuit untuk komunikasi. Selain itu, hasilnya menunjukkan beberapa teknologi yang muncul seperti kriptografi untuk keamanan dan konten interaktif, di mana topik ini menjadi populer karena meningkatnya kesadaran keamanan. Temuan terakhir adalah topik baru tentang bahan semikonduktor, transportasi dan efisiensi energi, dimana topik ini menjadi isu panas terkait kampanye green living di banyak sektor. Sehingga dari temuan yang didapat, dapat diambil kesimpulan bahwa strategi awal untuk implementasi VLC di Indonesia adalah pada infrastruktur bangunan baru dan lampu jalan yang dapat berimplikasi pada meningkatnya aksesbilitas dan nilai ekonomi masyarakat.


Technology of Visible Light Communication (VLC) is increasing due to the increasing of development of Light Emitting Diodes (LED) which bring characteristic of long lifetime, green technology, low power, color mixing, fast switching etc. This research is presented potential area of visible light communication in the future using patent analysis. This method is chosen as a bridge for researchers, engineers and industrial players to reduce their subjectivity for making topic or project decision and creating advanced understanding between technology development and industrial development. This research conduct patent analysis of 329 patents in USPTO database from year 1976-2017 using visible light communication as the syntax query. The finding shows that basic technology of VLC patents are transmission system, wireless network communication and arrangement of control and circuit for communication. Furthermore, the result shows several emerging technology such as cryptography for security and interactive content, where these topics become popular due to the increasing of security awareness. Last finding is new topic about semiconductor material, transportation and energi efficiency, whereas these topics become hot issue related green living campaign in many sectors. From these findings, it concludes that the initial strategy for implementing VLC in Indonesia is on new building infrastructure and street light which can have implications for increasing accessibility and economic value of the people.

2019
T53321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Handoyo
Abstrak :
Penggunaan LCU berirradiansi tinggi secara medis berpotensi merusak jaringan pulpa gigi akibat kenaikan suhu yang ditimbulkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh LCU LED dengan metode kombinasi PWM dengan durasi penyinaran selama 20 detik untuk mendapatkan irradiansi ≥ 1200 mW/cm2 dan suhu sinar output ≤ 37℃. Mode PWM disusun dengan menggunakan kombinasi penyinaran irradiansi sinar output rendah (PWM 3/7) dengan penyinaran irradiansi tinggi (PWM 6/7) dalam 5 mode. LED biru high power komersial Model Pl.02.Xl.04041 sebagai sumber sinar. Hasil menunjukkan bahwa irradiansi sinar output adalah 715 ± 24 mW/cm2 dan suhu sinar output adalah 37,4 ± 0,6 °C. Untuk menghasilkan irradiansi sinar output yang lebih tinggi, studi lebih lanjut akan meningkatkan metode kombinasi PWM dan LED untuk mencapai irradiansi sinar output ≥ 1200 mW/cm2 dengan mempertahankan suhu sinar output 37,5 ° C. ......The use of high-energy LCU LED may potentially damage dental pulp tissues due to temperature rise caused by. The objective of this research is to obtain a LED LCU using PWM combination methods with time irradiation of 20 seconds to obtain irradiance beam output ≥ 1200 mW/cm2 and light temperature output ≤ 37 ℃. PWM mode is programmed by combining a low output of  irradiance beam (PWM 3/7) with a high irradiance beam (PWM 6/7) into 5 modes. A 5 W blue LED high power Model Pl.02.Xl.04041 was used as a source of light. Results showed that the irradiance beam output was 715 ± 24 mW/cm2 and the temperature output was   37.4 ± 0.6 ° C. To produce a higher irradiance beam output, further study would be to improve the combination of PWM method and LED source  in order to reach the irradiance beam output ≥ 1200 mW/cm2 with maintained light temperature output of  37.5 °C.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daris Alfafa
Abstrak :

Organic Light Emitting Diode (OLED) adalah divais electroluminescent yang diprediksi akan menjadi sumber cahaya di masa depan. Laminasi adalah metode yang dapat digunakan untuk fabrikasi OLED. Metode ini menawarkan kemudahan, harga yang murah, dan potensi untuk fabrikasi divais berskala besar. Pada karya ilmiah ini, pengaruh dari ukuran substrat dan elektroda serta ketebalan katoda pada karakteristik elektris dan optis di analisis. Ditemukan bahwa divais berukuran substrat 30 x 30 mm dan berketebalan katoda 30 μm memiliki unjuk kerja dan karakteristik yang paling baik. Selain itu, efek degradasi divais juga di amati. Dalam studi sebelumnya, di hipotesiskan bahwa mekanisme degradasi yang terjadi pada OLED yang difabrikasi ini adalah mekanisme degradasi electro-oxidation, yang mungkin terjadi bersamaaan dengan pengaruh termal. Untuk mengkonfirmasi hipotesis ini, suhu operasional OLED diteliti saat diaktifkan. Dari hasil pengujian, ditemukan bahwa tidak terjadi perubahan suhu yang signifikan dan dapat disimpulkan bahwa divais-divais OLED ini tidak mengalami degradasi suhu.

 


Organic Light-Emitting Diodes are electroluminescent devices that are expected to be the light source of the future. Lamination is one method that can be used for OLED fabrication. This method offers simplicity, low cost, and compatibility for large-area devices. In this paper, we fabricate and analyze the effect of substrate/electrode size and cathode thickness on electrical and optical characteristics. It was found that the larger device and the cathode with a thickness of 30 𝜇m had better characteristics. However, the device was still experiencing degradation. It was previously found that the degradation might be caused by electro-oxidation, which may occur due to thermal influence. In order to confirm this, the operating temperature of the OLED is monitored during operation. From the measurement results, it was found that the device did not experience significant temperature changes; therefore, it can be concluded that the device did not experience thermal degradation.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Averaldo Razkyano
Abstrak :
Organic Light Emitting Diode(OLED) adalah divais semikonduktor dengan material organik sebagai lapisan emisi yang dapat menghasilkan cahaya ketika diberikan energi listrik. OLED memiliki kelebihan sebagai sumber pencahayaan, yaitu tegangan aktif dan konsumsi daya yang rendah serta dapat difabrikasi dalam thin film, sehingga fleksibilatas tinggi. Fabrikasi OLED menggunakan material emisi PFO dengan teknik fabrikasi laminasi telah berhasil dilakukan di Lab Nano Device Universitas Indonesa tetapi penggunaan material emisif Alq3 belum banyak dilakukan dan .Alq3 merupakan material yang pertama kali digunakan dalam fabrikasi divais OLED pada tahun 1987 oleh Tang, et al. Pada skripsi ini akan dilakukan fabrikasi OLED dengan material emisi Tris(8-hydroxyquinolinato)aluminium (Alq3) menggunakan metode fabrikasi teknik laminasi. Penelitian akan memfabrikasi divais dengan variasi jumlah deposisi lapisan emisi. Hasil fabrikasi dan pengukuran menunjukkan bahwa jumlah deposisi lapisan emisif yang optimal adalah sebanyak 5 kali dengan rata-rata arus tertinggi sebesar 49,325µA dengan kurva yang menyerupai karakteristik dioda. Deposisi dibawah 5 kali menghasillkan kurva dioda yang linear, dan deposisi diatas 5 kali menghasilkan rata-rata arus yang lebih rendah. Divais deposisi 5 kali juga mempunyai tingkat keberhasilan farbikasi terbesar dengan nilai 26,2%. ......Organic Light Emitting Diode, also known as OLED is a semiconductor device with organic material as an emissive layer that could produce light when electrical current runs through the device. OLEDs have lower operational voltage and power consumption with high flexibility compared to its non-organic variants. Nano Device Laboratory in Universitas Indonesia has successfully fabricated OLED with PFO as the emissive layer with lamination fabrication method but the use of Alq3 or Tris(8-hydroxyquinolinato)aluminium is still not properly researched. Alq3 is the first emissive layer material used in OLED fabrication in 1987 by Tang et al. This research tried to fabricate and analyze OLED with an emission material that is yet to be researched thoroughly in Nano Device Laboratory that is Alq3. Fabrication is given a variants in its emissive layer deposition step to gauge the effects of the thickness or emissive layer deposition count on the I-V characteristics and light emissions of the device. The result shows that devices with total of 5 depositions produces the highest average current with 49.325µA and a curve that shows diode characteristics. Devices with 5 depositions also show highest success rate in fabrication with 26.2% success rate
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiemas Muhammad Naufal Elsinaz
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak penyinaran terhadap kekuatan tarik diametral dari material restorasi resin komposit alkasit. Tigapuluh dua spesimen material restorasi resin komposit alkasit Cention-N, Ivoclar-Vivadent, Liechtenstein berbentuk lempengan dengan ketebalan 3 mm dan diameter 6 mm n=32 dibagi menjadi dua kelompok dengan jarak penyinaran 0 dan 2 mm n=16 . Spesimen dipolimerisasi menggunakan LED curing unit, iradiansi 800 mW/cm2 selama 30 detik. Spesimen diuji menggunakan Universa Mechanicall Testing Machine 250 kgf, 0,5 mm/menit, Shimadzu, Japan untuk mendapatkan nilai kekuatan tarik diametral. Hasil uji statistik Independent Sample T-Test menunjukkan bahwa kekuatan tarik diametral menurun namun tidak signifikan terutama pada kelompok dengan jarak penyinaran 2 mm. Disimpulkan bahwa jarak penyinaran dapat mempengaruhi nilai kekuatan tarik diametral.
ABSTRACT
The aim of this study is to analyze the effect of light curing distance on diametral tensile strength of alkasite composite resin restoration material. Thirty two disc shaped specimens of alkasite composite restoration material Cention N, Ivoclar Vivadent, Liechtenstein with 3 mm thickness and 6 mm of diameter n 32 were divided into two different light curing distance groups 0 and 2 mm n 16 . All Specimens were polymerized using LED curing unit, irradiance 800 mW cm2 for 30 s. Specimens were tested using Universal Mechanical Testing Machine 250 kgf, 0,5 mm menit to determine its diametral tensile strength. The statistical results from Independent Sample T Test, showed that diametral tensile strength of 2 mm light curing distance group were decreased, but not significantly .It was concluded that light curing distance has effect on the diametral tensile strength of composite resin alkasite material.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daris Alfafa
Abstrak :
Organic Light Emitting Diode (OLED) dipercaya sebagai sumber cahaya masa depan. OLED memiliki unjuk kerja yang baik dan dapat difabrikasi dengan teknik yang sederhana. Lab Nano Device Universitas Indonesia sudah mengembangkan OLED yang difabrikasi menggunakan metode laminasi. OLED yang dikembangkan sudah berhasil menghasilkan karakteristik arus dioda, menghasilkan cahaya, dan memiliki sifat flexible thin film. Tetapi, OLED tersebut masih memiliki besar arus, tingkat keberhasilan fabrikasi, dan umur hidup (lifetime) yang relatif rendah. Pada skripsi ini dilakukan optimasi struktur OLED menggunakan dua Kapton untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan hasil fabrikasi dan karakterisasi, ditemukan bahwa OLED yang difabrikasi menggunakan dua Kapton dapat meningkatkan keberhasilan fabrikasi dari 57% menjadi 84% dan meningkatkan besar arus dibandingkan dengan struktur satu Kapton. Namun demikian, struktur ini tidak memberikan lifetime yang lebih baik. Untuk menjelaskan lifetime OLED yang rendah ini, dilakukan pengujian pengaruh waktu dan aplikasi tegangan untuk mengetahui mekanisme penyebab penurunan performa yang paling dominan. Dalam pengujian variasi ini, ditemukan bahwa mekanisme degradasi yang terjadi adalah mekanisme irreversible. Mekanisme ini kemungkinan besar disebabkan oleh reaksi elektrokimia dan termokimia dari partikel debu dan permukaan tidak rata yang menyebabkan arus dan suhu tinggi yang terlokalisasi. ......Organic Light Emitting Diodes (OLEDs) have the potential to be the futures primary light source. OLEDs have excellent performance and can be fabricated with simple procedures. Universitas Indonesias Nano Device Lab has previously developed OLEDs fabricated using the lamination process. We have successfully fabricated flexible, thin-film OLEDs that produced diode current characteristics and emitted blue light. However, there were problems; they had low current, fabrication success rate, and lifetime. In this project, we optimize the use of the Kapton tape on the OLED structure by using two Kapton pieces. Fabrication and characterisation results showed the two Kapton structure OLEDs to have an improved fabrication success rate (84% from 57%) and produced a higher average current compared to the single Kapton structure. Despite the improvements, the new structure did not give better device lifetimes. To explain the low OLED lifetime, we evaluated the effect of time and voltage application to find the most dominant degradation mechanism. With variations on time and voltage application, it was found that the OLED degradation was irreversible. There was also an indication that the most probable cause of degradation is the electrochemical and thermochemical mechanism. The likely causes of this mechanism are trapped dust particles and uneven surface, causing localized high currents and temperatures.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arkhan Pradanugraha
Abstrak :
Gedung K FTUI memiliki beberapa ruang perkuliahan yang masih kurang dalam tingkat pencahayaan ruang. Studi ini bertujuan untuk mengganti sumber penerangan menggunakan lampu LED pada ruang perkuliahan sesuai standar pencahayaan yang berlaku, hemat energi, dan mengetahui biaya investasi dan operasional penerangan dalam ruang perkuliahan. Skenario penggantian pertama adalah mengganti jenis lampu tanpa merubah titik lampu yang telah terpasang. Skenario pertama ini berlaku pada ruang yang sesuai standar pencahayaan namun mengalami boros energi. Skenario penggantian kedua adalah mengganti jenis lampu dan titik lampu. Skenario kedua ini berlaku pada ruang yang belum sesuai dengan standar pencahayaan yang berlaku. Standar pencahayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah SNI 03-6575-2001 tingkat pencahayaan ruang kuliah sebesar 250 lux. Lampu dalam penelitian adalah lampu X dengan arus cahaya sebesar 2.500 lumen. Hasil audit penelitian ini adalah tingkat pencahayaan terendah 164 lux di ruang K205 dan tertinggi adalah 385 lux di ruang K106. Analisis arus cahaya menunjukkan jumlah lampu ideal ruang kuliah kecil adalah 16 buah dan ruang kuliah besar adalah 28 buah. Hasil analisis tingkat pencahayaan ruang menunjukkan perubahan tingkat pencahayaan tertinggi pada ruang K205 dari 164 lux menjadi 294 lux. Hasil analisis konsumsi daya menunjukkan pada kondisi eksisting adalah 11.200 watt dan pada kondisi skenario penggantian 1 dan 2 adalah 6.696 watt. Hasil analisis konsumsi energi menunjukkan pada kondisi eksisting adalah 2.240 KWh dan pada kondisi skenario penggantian adalah 1.339,2 KWh. Hasil analisis biaya skenario penggantian menunjukkan biaya investasi sebesar Rp128.629.000,00 dan persentase penghematan biaya operasional sebesar 29,21%. ......Building FTUI has several lecture halls which are still lacking in the level of room lighting. This study aims to replace the lighting sources using LED light in the lecture room according to applicable lighting standards, energy saving, and know the cost of installation and operation lighting in a lecture room. This research method uses of two scenarios. The first replacement scenario is to change the type of lamp without changing the installed light points. The first scenario applies to spaces that are in accordance with lighting standards but experience energy waste. The second replacement scenario is to replace the type of lamp and the point of the lamp. This second scenario applies to spaces that are not in accordance with applicable lighting standards. The lighting standard used in this study is SNI 03-6575-2001 for the lighting level of lecture rooms by 250 lux. The audit results of this study are the lowest lighting level of 164 lux in room K205 and the highest is 385 lux in room K106. Light current analysis shows ideal number of lamps for small lecture halls are 16 and large lecture halls are 28. The results of the analysis of the room lighting level showed change in the highest lighting level in the K205 from 164 lux to 294 lux. The result of the analysis of power consumption show that the existing conditions are 11.200 watts and the replacement scenario are 6.696 watts. The result of the energy consumption analysis show that the existing condition is 2.240 KWh and the replacement scenario is 1.339,2 KWh. The result of the replacement analysis show the installation costs are Rp128.629.000,00 and the percentage of operational cost savings of 29,21%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library