Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Ambarwati
"Cekaman genangan merupakan kondisi pori-pori tanah terisi oleh air sehingga menurunkan pasokan oksigen. Penurunan pasokan oksigen menghambat pertumbuhan akar sehingga menurunkan serapan unsur hara. Hasilnya, daun klorosis dan gugur serta pertambahan tinggi tanaman terhambat. Cekaman genangan juga menyebabkan akumulasi Reactive Oxygen Species (ROS) sehingga terjadi cekaman oksidatif pada tanaman. Asam salisilat secara eksogen merupakan solusi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pada cekaman genangan melalui peningkatan aktivitas antioksidan. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pemberian asam salisilat dengan konsentrasi 0,1 mM, 0,5 mM, dan 1 mM terhadap pertumbuhan dan aktivitas antioksidan selada (Lactuca sativa L.) yang mengalami cekaman genangan setinggi dua cm di atas permukaan media tanam selama tiga hari. Perlakuan asam salisilat diberikan dua hari sebelum cekaman genangan dengan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas lima perlakuan dan lima ulangan. Pertumbuhan tanaman yang diukur antara lain tinggi tanaman dan jumlah daun. Aktivitas antioksidan diuji dengan metode 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan asam salisilat 0,1 mM, 0,5 mM dan 1 mM belum memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan aktivitas antioksidan selada pada cekaman genangan.

Waterlogging stress is a condition in which the soil pores are filled with water, thereby reducing the supply of oxygen. Decreased oxygen supply inhibits root growth thereby reducing nutrient uptake. As a result, chlorosis and fall leaves and stunted plant height increase. Waterlogging stress also causes the accumulation of Reactive Oxygen Species (ROS) resulting in oxidative stress in plants. Salicylic acid exogenously is a solution to increase plant growth in waterlogging stress by increasing antioxidant activity. The aim of the study was to determine the effect of salicylic acid application at concentrations of 0.1 mM, 0.5 mM, and 1 mM on the growth and antioxidant activity of lettuce (Lactuca sativa L.) which was subjected to waterlogging stress as high as two cm above the surface of the planting medium for three days. Salicylic acid treatment was given two days before waterlogging stress in a randomized block design consisting of five treatments and five replications. Plant growth measured includes plant height and number of leaves. Antioxidant activity was tested using the 2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) method. The results showed that the administration of 0.1 mM, 0.5 mM and 1 mM salicylic acid solution had no effect on plant height, number of leaves and antioxidant activity of lettuce under waterlogging stress."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silfia Nurliana
"Kekeringan merupakan salah satu cekaman abiotik yang paling sering dijumpai dalam bidang agrikultur. Cekaman kekeringan dapat diatasi dengan penggunaan senyawa antitranspiran. Kitosan sebagai salah satu senyawa antitranspiran dapat meningkatkan pertumbuhan berbagai tanaman hortikultura. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kitosan terhadap pertumbuhan tanaman selada pada kondisi kekeringan. Penelitian ini mengggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas 5 perlakuan dan 5 ulangan. Tiga variasi konsentrasi kitosan yang diuji yaitu (0,1; 0,2 dan 0,3 g/L). Parameter penelitian yang diteliti meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, ukuran daun, berat segar dan berat kering tanaman serta kandungan klorofil daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan 0,1 dan 0,2 g/L memberikan efek signifikan dalam meningkatkan jumlah daun, ukuran daun dan berat segar serta berat kering tanaman. Sementara itu, kitosan 0,3 g/L hanya memberikan efek signifikan terhadap lebar daun. Berdasarkan hasil tersebut, konsentrasi kitosan 0,1 g/L dan 0,2 g/L menunjukkan hasil yang sama baiknya dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman selada, sehingga dipilih konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0,1 g/L sebagai konsentrasi yang paling optimal.

Drought stress is one of the most common abiotic stress in agriculture. The use of antitranspirant agents to reduce the effect of drought stress on crops has been considered as a potential method. Application of chitosan as an antitranspirant agent has been reported to be effective in several crops. This study was aimed to analyze the effect of chitosan application on growth of lettuce under drought condition. This experiment used Randomly Block Design with 5 treatments and 5 replicants. Three concentrations of chitosan (0.1 g/L; 0.2 g/L; 0.3 g/L) were tested in this study. The parameter observed were the height of the lettuce, number of leaves, leaf size, root length, the fresh and dry weight, as well as chlorophyl content on the leaves. The results showed that chitosan 0.1 and 0.2 g /l gave significant effect in increasing the number of leaves, leaf size and fresh weight as well as dry weight of plants. Meanwhile, chitosan 0.3 g/L only has a significant effect on the width of the leaves. Based on these results, chitosan concentrations of 0.1 and 0.2 g/L showed equally good results in improving the growth of lettuce, so lower concentration of 0.1 g/L was chosen as the most optimal concentration. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Fatiya Fawwaz
"Selada merupakan tanaman yang sensitif terhadap cekaman kekeringan karena membutuhkan lebih banyak air dalam budidaya. Salah satu cara untuk mengurangi dampak kekeringan adalah penggunaan kaolin, sebagai antitranspiran. Namun, pengaruh pemberian kaolin  terhadap pertumbuhan selada pada kondisi kekeringan belum pernah dilaporkan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian kaolin terhadap pertumbuhan selada pada kondisi kekeringan. Pemberian kaolin (2%, 3%, dan 5%) secara foliar application diuji pada kelompok yang terdiri dari 5 tanaman selada yang ditanam pada kondisi kekeringan di rumah kaca. Jumlah daun, tinggi tanaman, panjang akar, panjang dan lebar daun, berat segar dan kering tanaman, serta kandungan klorofil daun diamati sebagai parameter pertumbuhan. Pemberian kaolin meningkatkan pertumbuhan selada hampir di seluruh parameter dibandingkan dengan kontrol negatif (kondisi kekeringan, tanpa kaolin). Pemberian kaolin 3% memberikan perlakuan terbaik untuk meningkatkan parameter pertumbuhan. Sementara itu, perlakuan kaolin tidak mempengaruhi kandungan klorofil secara signifikan pada kondisi kekeringan. Namun, pemberian kaolin 5% menunjukkan kandungan klorofil tertinggi dibandingkan dengan konsentrasi kaolin lainnya. Berdasarkan penelitian ini, kaolin berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan selada pada kondisi kekeringan serta kaolin 3% menunjukkan hasil yang paling baik.

 


Lettuce is a crop sensitive to drought stress as it needs more water in cultivation. Kaolin reduce the impact of drought stress in plants, as an antitranspirant. However, the effect of kaolin to growth of lettuce under drought condition has not been reported yet. In this study, the effect of kaolin on the growth of lettuce under drought condition was investigated. Kaolin foliar application (2%, 3%, and 5%) was tested on a group consisted of 5 lettuce plants grown under drought condition in a greenhouse. Number of leaves, plant height, root length, leaf length and width, fresh and dry weight of plant, and leaf chlorophyll content were observed as the growth parameters. Kaolin applications increased the growth of lettuce in most parameters compared to negative control (drought condition, without kaolin). Kaolin 3% application presented the best treatment to increase growth parameters. All kaolin applications did not affect the chlorophyll content significantly under drought condition. However, kaolin 5% application presented the highest chlorophyll content compared to the application of other kaolin concentrations. In this study, kaolin application effect significantly on the growth of lettuce under drought and kaolin 3% show the best results.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erikha Maurizka Mayzarah
"ABSTRAK
Masalah utama pada penelitian ini adalah penggunaan metode koagulasi membutuhkan biaya yang sangat besar dan koagulan yang berbahan kimia dapat menimbulkan efek jangka panjang, sehingga memerlukan metode pengolahan air limbah yang lebih ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat efisiensi metode koagulasi yang telah dilakukan PT. Vale Indonesia, menganalisis tingkat efisiensi metode fitoremediasi untuk mengurangi kandungan kromium heksavalen, dan menganalisis persepsi stakeholders terkait metode fitoremediasi. Metode analisis tingkat efisiensi digunakan untuk menentukan tingkat efisiensi metode koagulasi dan fitoremediasi, Analisis untuk menentukan pengaruh berat tanaman kayu apu Pistia stratiotes terhadap tingkat efisiensi penyisihan kromium heksavalen, dan analisis ANOVA two ways untuk mengetahui pengaruh dari sumber tanaman dan HRT terhadap efisiensi fitoremediasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi metode koagulasi pada tahun 2017 sebesar 95 . Tingkat efisiensi metode fitoremediasi skala batch sebesar 60-100 dengan variasi konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 5 ppm, dan 7 ppm. tingkat efisiensi metode fitoremediasi skala kontinyu 27-30 dengan HRT 1,5 jam, 2 jam, 3 jam dan sumber tanaman D-Lagoon. Persepsi stakeholders mengungkapkan metode fitoremediasi mampu memberikan manfaat pada aspek triple bottom lines pada waktu jangka panjang. Kesimpulannya adalah penggunaan Tanaman Kayu Apu sebagai fitoremediator berpotensi dalam mereduksi kromium heksavalen.

ABSTRACT
The main problem is research is the use of coagulation methods requires many costs and chemical coagulants can have long term effects that require more ecofriendly methods of wastewater treatment. This study aims to analyze the efficiency level of coagulation method that has been done by PT. Vale Indonesia, analyzed the efficiency of phytoremediation methods to reduce hexavalent chromium content, and analyzed stakeholder perceptions regarding phytoremediation methods. Efficiency level analysis method was used to determine the efficiency level of coagulation and phytoremediation method, Analysis to determine the influence of weight of water lettuce Pistia stratiotes on the efficiency level of hexavalent chromium removal, and ANOVA two ways analysis to determine the effect of plant source and HRT on phytoremediation efficiency. This study shows that the efficiency level of coagulation method in 2017 is 95 . The efficiency level of batch scale phytoremediation method is 60 100 with concentration variation of 0.5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 5 ppm and 7 ppm. Efficiency level of continuous scale phytoremediation method 27 30 with HRT 1.5 hours, 2 hours, 3 hours and source of D Lagoon plant. Stakeholders 39 perceptions reveal phytoremediation methods capable of providing benefits to long term aspects of triple bottom lines. The use of P. stratiotes as a phytoremediator shows potential in removing hexavalent chromium. "
[, ]: 2018
T51008
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Putri Septiyani
"Keterbatasan lahan dan kualitas panen menjadi masalah yang dihadapi oleh pembudidaya selada merah (Lactuca sativa var. crispa L.). Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) dan penggunaan elisitor berupa asam salisilat. Asam salisilat berpotensi digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari tanaman selada merah yang ditumbuhkan pada sistem hidroponik NFT. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian asam salisilat terhadap pertumbuhan dan organoleptik selada merah. Perlakuan asam salisilat (0, 50 dan 100 ppm) diberikan dengan cara disemprotkan pada tiga plot tanaman dengan sembilan ulangan. Penyemprotan dilakukan selama tiga periode (31, 32 dan 37 Hari Setelah Tanam). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah daun, kandungan klorofil relatif, berat segar dan berat kering dari selada merah. Akan tetapi, terdapat perbedaan signifikan pada perlakuan asam salisilat 100 ppm terhadap tinggi tanaman. Berdasarkan uji organoleptik, selada merah yang diberi perlakuan elisitor asam salisilat 100 ppm memiliki skor penampilan, rasa dan tekstur yang lebih baik. Terdapat indikasi pemberian asam salisilat kurang optimal terhadap pertumbuhan selada merah karena nilai kelembapan udara saat penelitian lebih rendah dibandingkan dengan nilai POD (Point of Deliquescence) dari asam salisilat yang dilarutkan. Selain itu, diduga asam salisilat tidak optimal diserap oleh daun karena berkaitan dengan umur fisiologis daun.

Land limitation and harvest quality are problems faced by red lettuce (Lactuca sativa var. crispa L.) farmers. Nutrient Film Technique (NFT) hydroponic system and the use of salicylic acid as an elicitor are alternatives to solve the problems. The use of salicylic acid has the potential to increase the quantity and quality of red lettuce. This study aimed to examine the effect of salicylic acid on the growth and organoleptic of red lettuce. Three concentrations (0, 50, and 100 ppm) of salicylic acid were applied to three plots of plants with nine replications. Salicylic acid spraying was carried out at three time periods (31, 32, and 37 Days After Planting). The results showed that there was no significant difference in the number of leaves, total chlorophyll content, fresh and dry weight of red lettuce. However, there was a significant difference in plant’s height after foliar application with 100 ppm of salicylic acid. Organoleptic test showed the application of 100 ppm salicylic acid elicitor gave a higher score for the appearance, taste, and texture. There were indications that the effects of foliar application of salicylic acid was less than optimal for the growth of red lettuce because the humidity value was lower compared to the POD (Point of Deliquescence) value of the salicylic acid. In addition, there is a possibility that salicylic acid is not optimally absorbed by the leaves because it is related to the physiological age of the leaves."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library