Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Gusti Putu Sarjana
Abstrak :
ABSTRAK
Pada masyarakat Bali penyakit kusta dikenal dengan berbagai sebutan, yakni goring agung, penyakit leplep atau gering ila. Mereka percaya etiologi penyakit ini adalah Hukum Karma Phala (hasil perbuatan) negatif seseorang terhadap dewa atau roh leluhur. Di samping itu bisa juga terjadi etiologi penyakit kusta dihubungkan dengan desti (magik). Kepercayaan ini masih tetap hidup pada masyarakat Tegal Mengkeb, Abiansemal, dan Lod Tunduh. Bahkan yang tidak kalah pentingnya kepercayaan ini sesuai pula dengan isi beberapa rontal khusus tentang kusta seperti rontal Prabhu Janantaka, Cukil Daki dan Yarta Tatwa. Selanjutnya sebagai akibat dari perkembangan dunia kedokteran, mereka mengenal juga etiologi lain dari penyakit kusta, yakni bibit penyakit atau kuman. Dengan demikian pada dasarnya mereka mengenal dua jenis etiologi kusta, yakni super-natural (niskala) dan natural (sekala). Pengetahuan tentang etiologi natural belum sepenuhnya mampu menggeser etiologi supernatural. Oleh karena itu penjelasan mereka terhadap etiologi penyakit kusta adalah bersifat campuran, yakni etiologi supernaturalistik dan naturalistik.

Penyakit kusta juga dianggap penyakit menular, sulit disembuhkan, menjijikkan dan menakutkan. Bahkan yang tidak kalah pentingnya, penyakit kusta bisa pula menimbulkan keletehan terhadap mikrokosmos maupun makrokosmos. Hal ini membawa konsekuensi yakni menimbulkan malapetaka tidak saja pada diri si penderita tetapi juga terhadap lingkungan sosial dan lingkungan islam, sebagai akibat dari terganggunya keharmonisan hubungan membangun kedua lingkungan tersebut.

Kepercayaan dan pengetahuan budaya tersebut mempengaruhi perlakuan mereka terhadap penderita kusta, yakni mereka dicemohkan atau bahkan diasingkan, dikucilkan dari lingkungan sosial. Termasuk di dalamnya pelarangan mengikuti kegiatan adat dan agama. Perlakuan serupa itu dikenakan pula kepada bekas penderita kusta yang cacat.

Pengobatan penyakit kusta dilakukan dengan berbagai cara yang dipedomani oleh kepercayaan dan pengetahuan mereka terhadap etiologi penyakit kusta. Sejalan dengan itu, bentuk pengobatan yang digunakan adalah pengobatan. tradisional, antara lain memakai jasa dukun, ramuan obat Bali dan aneka ritual pengampunan baik terhadap dewa maupun leluhur. Selain itu digunakan pula pengobatan medis (biomedis) yang didapatkan di Puskesmas, rumah sakit, praktek dokter dan paramedis swasta. Bahkan mereka mengenal pula wasor kusta yang khusus menangani penyakit kusta. Wasor kusta dianggap lebih efektif dalam menunaikan tugasnya daripada petugas kesehatan lain, karena mereka memiliki kemampuan untuk mengembangkan suatu pendekatan yang mengakar pada sistem budaya masyarakat setempat. Meskipun demikian, dalam kenyataannya pengobatan tradisional dan medis satu lama lain tetap diterapkan bersamaan atau yang satu mendahului yang lain. Hal itu dilakukan untuk mempercepat proses penyembuhan.

Perlakuan masyarakat terhadap penderita kusta dan bekas penderita kusta serupa itu mengakibatkan mereka lebih senang berada pada dunianya sendiri. Hal ini dapat ditunjukkan dari adanya kenyataan bahwa banyak penderita kusta yang dinyatakan sembuh secara medis, tetap memilih bertempat tinggal di sebuah perkampungan kusta Yeh Putek. Namun di mana pun penderita kusta dan bekas penderita kusta bermukim, mereka selalu diliputi kondisi stres dan depresi. Kondisi ini adalah hasil akumulasi dari berbagai sumber penyebab stres dan depresi, yakni pengetahuan dan kepercayaan, tekanan adat dan agama, perlakuan keluarga maupun masyarakat, keadaan penyakit dan ciri-ciri ikutannya. Sedangkan untuk bekas penderita kusta hal itu ditambah lagi dengan adanya berbagai penyakit usia tua. Rehabilitasi sosial tidak banyak membantu mengurangi keadaan stres tersebut. Sebab kegiatannya kurang terpadu dan tidak banyak melibatkan keluarga maupun masyarakat.

Penderita kusta maupun bekas penderita kusta memiliki cara-cara tertentu untuk menanggulangi keadaan stres dan depresi. Misalnya berserah diri pada Tuhan, membuat tempat-tempat suci sehingga mereka bisa melakukan persembahyangan secara rutin, mengembangkan suatu penilaian bahwa penyakit kusta sebagai takdir, nasib atau garis hidup dan lain-lain. Namun, mengingat sumber stres dan depresi itu bersifat kompleks, yakni terkait dengan sistem sosial, sistem budaya, dan aspek medis, maka akibatnya mereka sulit keluar dari kondisi stres dan depresi. Meskipun demikian, bukti-bukti menunjukkan bahwa ada di antara mereka yang berhasil keluar dari kondisi stres dan depresi karena setelah melakukan ritual pembersihan mereka dapat berintegrasi dengan lingkungan masyarakat di mana mereka berada. Selain itu mereka memperoleh pula pekerjaan yang layak sehingga mampu mengembangkan kemandirian dalam rangka m
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jons Peri
Abstrak :
ABSTRAK Penyandang kusta yang menderita luka pada kaki sebagian besar mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan yang berakibat menjadi luka kronis. Perawatan luka dengan topikal madu adalah upaya untuk meningkatkan penyembuhan luka terutama pada fase proliferasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas perawatan luka dengan madu terhadap perkembangan jaringan granulasi luka penyandang kusta. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental pretest-posttest design with control group, dan teknik pengambilan sampel secara Total sampling. Besar sampel 24 responden (12 responden kelompok intervensi dan 12 responden kelompok kontrol). Hasil analisis statistik didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna perkembangan jaringan granulasi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah intervensi dengan nilai p = 0,021 (p value< 0,05). Perawatan luka dengan menggunakan topikal madu efektif dapat meningkatkan perkembangan jaringan granulasi pada luka kronis penyandang kusta.
ABSTRACT Most patients with leprosy who suffer from lesions on their feet fail to experience full recovery to the extent that the lesions develop into chronic lesions. The application of topical honey on lesions is an effort to enhance the recovery of the lesions, especially during the proliferation phase. This research seeks to measure the effectiveness of topical honey application in enhancing the development of granulation tissue on the chronic lesions in leprosy patients. This quasiexperimental research is carried out by applying the ?pretest-posttest design with control group? as research method and total sampling as sample collection technique. Samples consist of 24 participants who are divided into two groups: the intervention group (12 participants) and the control group (12 participants). The results of statistical analysis show a significant difference between the development of granulation tissue in the intervention group and that in the control group with p-value = 0.021, which indicates the p-value < 0.05. Therefore, it can be concluded that the application of topical honey has been proven to be effective in enhancing the development of granulation tissue on the chronic lesions in leprosy patients.
2016
T45380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destiawan Eko Utomo
Abstrak :
Penyakit kusta merupakan salah satu dari delapan penyakit terabaikan atau Neglected Tropical Disease (NTD) yang masih ada di Indonesia Beban akibat penyakit kusta bukan hanya karena masih tingginya jumlah kasus yang ditemukan tetapi juga kecacatan dan kualitas hidup yang diakibatkannya. Bertujuan untuk mengidentifikasi tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien kusta yang mengalami kecacatan di Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Kota Tangerang. Penelitian kuantitatif non eksperimen menggunakan desain crossectional. Dengan besar sampel yang digunakan adalah 96 responden. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan secara signifikan antara umur (p 0,253), jenis kelamin (p 1,000), pendidikan (1,000), penghasilan (p 1,000), tingkat kecacatan (p 0,397), proses penyakit (1,000), Pengetahuan (0,626), stigma (p 0,955) dengan kualitas hidup. Ada hubungan yang signifikan antara keterbatasan aktivitas fungsional (p 0,002), koping (p 0,006) dan dukungan sosial (0,002) terhadap kualitas hidup. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup adalah keterbatasan aktivitas fungsional. Penyusunan standar asuhan keperawatan pasien kusta yang mengalami kecacatan diharapkan mempertimbangkan keterbatasan fungsional, koping individu dan dukungan sosial. ......Leprosy is one of the eight neglected tropical diseases (NTD) that still exist in Indonesia. Although the disability rate declines but the impact on quality of life remains. The purpose of this study was to explain the factors related to quality of life in leprosy patients with disabilities in Leprosy Hospital Dr Sitanala Kota Tangerang. The method of this research is non-experimental quantitative method and crossectional study design. The sample was 96 respondents of leprosy patients with disability. The results showed no significant relation age (p 0.253), sex (p 1,000), education (1,000), income (p 1,000), disability rate (p 0.397), disease process (1,000), knowledge (p 0.626) , stigma (p 0.955) on quality of life. There are significant relationship among functional activity limitations (p 0.002), coping (p 0.006) and social support (0.002) on quality of life. Conclusion: There are relationship between the limitations of functional activity, individual coping and social support with quality of life. Implication standard care should involved disability, limited functional, coping and social support.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Nurahma
Abstrak :
Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Kusta menyebabkan gangguan fisik, psikologik, dan sosial, yang menurunkan kualitas hidup penderita. Deformitas yang terlihat pada pasien kusta adalah salah satu penyebab utama stigma yang mempengaruhi perilaku pencarian kesehatan dan inklusi sosial. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil bentuk dan derajat kecacatan pada pasien kusta di Poliklinik Dermatologi dan Venereologi. Metode Penelitian dilakukan secara retrospektif terhadap data pasien kusta di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo selama periode Januari 2022 - September 2023 dengan variabel penelitian, yaitu usia, jenis kelamin, klasifikasi, bentuk dan derajat cacat, serta tindak lanjut pengobatan cacat kusta. Hasil Pada 83 subjek penelitian, didapatkan paling banyak pasien pada kelompok usia dewasa dengan jenis kelamin laki-laki dan tipe multi basiler. Ditemukan paling banyak pasien dengan cacat kusta dengan didominasi pasien cacat tingkat 1. Frekuensi paling banyak cacat pada ekstermitas atas dan/atau bawah. Tindak lanjut pengobatan pasien cacat kusta menunjukan paling banyak pasien yang tidak dirujuk balik. Kesimpulan Didapatkan profil pasien kusta terkait bentuk dan derajat kecacatan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Terdapat rekam medis yang tidak lengkap terhadap pemeriksaan cacat pada pasien kusta. ......Introduction Leprosy is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae. Leprosy causes physical, psychological and social disorders, which reduce the quality of life. The deformities seen in leprosy patients are one of the main causes of stigma that influences health-seeking behavior and social inclusion. This research was conducted to determine the profile of the shape and degree of disability in leprosy patients at the Dermatology and Venereology Polyclinic. Method This research was conducted retrospectively on data from leprosy patients at Dr. Cipto Mangunkusumo during the period January 2022 - September 2023 with research variables, namely age, gender, classification, shape and degree of disability, and the follow-up treatment. Results In the 83 research subjects, the majority of patients were in the adult age group with male gender and multi bacillary type. The highest number of patients with leprosy defects were found, with the majority being patients with grade 1 defects. The highest frequency of defects was in the upper and/or lower extremities. Follow-up treatment of disabled leprosy patients showed that most patients were not referred back. Conclusion Profiles of leprosy patients were obtained regarding the form and degree of disability at Dr. Cipto Mangunkusumo. There are incomplete medical records regarding examinations of defects in leprosy patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Handayani
Abstrak :
Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan masalah yang kompleks, bukan hanya masalah pada segi medis namun dapat meluas hingga pada masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Tahun 2016, angka kasus kusta baru di Indonesia dilaporkan mencapai 16.826 kasus, diantara kasus baru tersebut 83% merupakan kasus kusta dengan tipe Multi Basiler (MB), 9% kasus cacat tingkat dua dan 11% kasus pada anak. Promosi kesehatan dilakukan dilakukan dengan berbagai upaya kepada masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan promosi kesehatan yang ada di puskesmas salah satunya adalah dengan kegiatan penyuluhan. Kegitan penyuluhan ini menggunakan media digital yang dipaparkan melalui leaflet dan video menggunakan platform WhatsApp dan Youtube. Tujuan: Mengetahui karakteristik dan pengaruh pemberian edukasi pasien kusta di Poli Sangkuriang Puskesmas Kecamatan Cakung. Metode: Desain dalam penelitian ini merupakan studi observasional. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Kesimpulan: Karakteristik jenis kelamin pasien kusta didominasi oleh laki-laki dan pengetahuan yang dimiliki oleh pasien kusta di poli sangkuriang puskesmas kecamatan Cakung termasuk dalam kategori baik. ...... Leprosy is an infectious disease that can cause complex problems, not only in medical terms but can extend to social, economic, cultural, security and national security issues. In 2016, the number of new leprosy cases in Indonesia was reported at 16,826 cases, of which 83% were Multi Bacillary (MB) type leprosy cases, 9% were second degree disability cases and 11% were cases in children. Health promotion is carried out with various efforts to the community so that they are willing and able to improve and maintain their own health. One form of health promotion activity at the puskesmas is counseling. This counseling activity uses digital media which is presented through leaflets and videos using the WhatsApp and Youtube platforms. Objective: To determine the characteristics and effect of providing education for leprosy patients at the Sangkuriang Poly of the Cakung District Health Center. Methods: The design in this study is an observational study. The type of data used is primary data. Conclusion: The gender characteristics of leprosy patients are dominated by men and the knowledge possessed by leprosy patients at the Sangkuriang clinic of the Cakung sub-district health center is in the good category.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Syarifah
Abstrak :
Kusta merupakan penyakit yang menyerang sel saraf tepi dan organ tubuh dalam jangka panjang sehingga mengakibatkan sebagian anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi dengan normal. Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Saat ini Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit kusta. Menurut data WHO tahun 2020, Indonesia masih menjadi negara dengan kasus baru Kusta nomor 3 terbesar di dunia dengan jumlah berkisar 8% dari kasus dunia. RSUP Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit yang melayani pengobatan untuk penyakit kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan obat kusta dan sekaligus mengetahui jumlah pasien yang melakukan pengobatan selama periode Mei – Agustus 2023. Pengambilan data dilakukan dengan melihat arsip data resep fisik dan nantinya data akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia dan terapi yang digunakan serta lama pengobatannya. Terdapat 84 pasien yang mengidap kusta pada periode Mei – Agustus 2023 yang terdiri dari 26 wanita dan 58 pria dalam rentang usia anak anak hingga lansia. Jenis obat yang digunakan juga beragam dari jenis MB (multibasiller) sampai PB (pausibasiller). ...... Leprosy is a disease that affects the peripheral nerves and internal organs in the long term, resulting in some of the patient's body parts being unable to function normally. Leprosy is caused by the bacterium Mycobacterium leprae. Currently, Indonesia still faces various challenges in the prevention and control of leprosy. According to WHO data in 2020, Indonesia remains the third largest country in terms of new leprosy cases globally, comprising approximately 8% of worldwide cases. RSUP Fatmawati is one of the hospitals that provides treatment for leprosy. This study aims to identify the usage of leprosy drugs and simultaneously determine the number of patients undergoing treatment during the period from May to August 2023. Data collection was conducted by examining physical prescription records, which will later be categorized by gender, age, type of therapy used, and duration of treatment. There were 84 leprosy patients during the period from May to August 2023, consisting of 26 women and 58 men spanning from children to the elderly. The types of drugs used varied from multibacillary (MB) to paucibacillary (PB).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Murray, Les A.
Sydney: Duffy and Snellgrove, 1998
823.914 MUR f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Leprosy (Hansen?s disease) is an infectious disease caused by mycobacterium leprae. It is one of the most disabling disorders in developing countries, with a peak incidence in the tropics and subtropics. With globalization, leprosy is now increasingly spreading to the western world. The impact of this infectious disorder is relevant for the human community due to its transmissible nature, and also important for the individual because of its debilitating consequences. Leprosy is a multifaceted systemic disease with variable presentation and clinical picture. Its identification may therefore not be straightforward, especially outside endemic areas. During its chronic course, leprosy is characterized by acute phases during which there may be exacerbation of symptoms and rapid progression of damage. When leprosy affects the eyes, nerves, and kidneys, it can represent a true medical emergency. The aim of this book is to make the reader familiar with the characteristic signs of disease, including abnormalities of the skin, nerves, eyes, hands, feet, testes, and bone. Early identification of the disease is critical to prevent patient disability and establish appropriate therapy. Emphasis will be given to the current diagnostic tools to identify and quantify the organ damage, including electrophysiology, ultrasonography, magnetic resonance imaging, laboratory tests, and histopathology. Specific topics such as leprosy and pregnancy, leprosy and HIV infection, epidemiology, and leprosy control will also be covered.
Milan: Springer-Verlag, 2012
e20426097
eBooks  Universitas Indonesia Library