Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
A. Wisnu Pamungkas
Abstrak :
Organisasi sebagai suatu sistem yang terbuka akan selalu mengalami perubahan. Sasaran dari perubahan adalah untuk menciptakan sistem yang mampu untuk hidup dan berkembang. Keberhasilan mengelola perubahan dalam organisasi belum mencukupi untuk menjadikan suatu organisasi mempunyai daya saing tinggi kecuali mengusahakan supaya organisasi tersebut mau belajar. Ada beberapa alasan mengapa learning organization sangat relevan. Pertama : Kecocokan dengan era informasi yang sedang dihadapi, dimana perubahan telah menjadi sesuatu yang konstan. Kedua : Pada era informasi, organisasi lebih mengandalkan pada pengetahuan di dalam membangun keunggulan kompetitif. Ketiga : Belum sepenuhnya dilakukan transformasi dan pengembangan menuju learning organization agar memungkinkan pengembangan kapabilitas inti yang berkelanjutan dari organisasi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik (BBKB) sebagai suatu organisasi pasti mengalami perubahan. Agar perubahan tersebut menjadikan BBKB suatu organisasi yang mempunyai daya saing, maka perlu menjadikan BBKB sebagai organisasi pembelajar. Oleh karena itu yang menjadi permasalahan : Bagaimana persepsi karyawan BBKB tentang organisasi pembelajar? Subsistem manakah yang mendorong pembelajaran BBKB? Subsistem manakah yang menghambat pembelajaran BBKB? Strategi yang bagaimana yang dapat meningkatkan efektifitas organisasi pembelajar BBKB? Penelitian tesis ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Marquardt, antara lain kuesioner tentang learning organization menggunakan indikator yang telah dikembangkan oleh Marquardt (1997, 222 - 226), yang pada dasamya berpedoman pada lima subsistem kekuatan organisasi pembelajar, yaitu : subsistem pembelajaran, subsistem organisasi, subsistem manusia, subsistem pengetahuan dan subsistem teknologi. Penelitian dilaksanakan di BBKB dengan obyek penelitian adalah seluruh karyawan. Namun, menyadari kesulitan teknis yang mungkin dihadapi, serta keterbatasan waktu, maka tidak semua populasi mengisi kuesioner, tetapi dengan meneliti sebagian dari populasi (sampel) dengan teknik random berstrata. Dengan jumlah karyawan 228 orang, maka diperlukan sampel sebanyak 62 orang, dengan rincian 6 orang pejabat struktural, 13 orang pejabat fungsional dan 43 orang staf/pelaksana (25 % dari jumlah karyawan). Hasil analisis dari learning organization profile menunjukkan bahwa di BBKB keseluruhan subsistem berada pads tingkatan diterapkan sekedarnya. Dengan demikian secara keseluruhan profile organisasi pembelajar BBKB masih lemah. Hal ini diperkuat dengan jumlah karyawan yang berpendapat profile organisasi pembelajar sedikit sekali diterapkan atau tidak sama sekali menduduki peringkat dua (2) pada semua subsistem, kecuali subsistem transformasi organisasi dimana peringkat dua (2) adalah pemyataan diterapkan secara luas. Subsistem Transformasi Organisasi bisa dikatakan pendorong profile organisasi pembelajar BBKB. Dilihat skor terbesar dari setiap pernyataan, secara keseluruhan berada pada tingkat diterapkan sekedarnya, kecuali beberapa pernyataan berada pada tingkat sedikit sekali diterapkan atau tidak sama sekali, yang merupakan penghambat organisasi pembelajar BBKB, yaitu : Pernyataan no.4 (karyawan diberi pelatihan bagaimana cara belajar), pernyataan no.8 (tim didorong untuk sating belajar dengan berbagai cara) dan pernyataan no.10 (tim dilatih tentang cara bekerja dan belajar dalam tim) dari subsistem dinamika belajar. Pernyataan no.8 (membagi pengetahuan dengan orang/kelompok lain) dari subsistem transformasi organisasi. Pernyataan no.2 (akses jalur cepat informasi), pernyataan no.4 (akses terhadap program belajar berbasis komputer) dari subsistem teknologi. Secara keseluruhan skor rata-rata tingkat penerapan pembelajaran BBKB masih di bawah skor rata-rata 500 perusahaan yang diteliti oleh Marquardt. Secara keseluruhan tingkat organisasi pembelajar di BBKB belum optimal, maka diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan efektifitas organisasi pembelajar dengan melaksanakan strategi yang disarankan oleh Marquardt, antara lain : faktor kepemimpinan, yaitu perlu mendorong pemimpin untuk mempunyai komitmen yang kuat menjadikan BBKB sebagai organisasi pembelajar. Karena fungsi kepemimpinan adalah menciptakan perubahan. Juga disarankan untuk segera melaksanakan perbaikan dengan melakukan program kegiatan yang dapat meningkatkan BBKB sebagai organisasi pembelajar, dengan berpedoman peda pernyataan-pernyataan yang menghambat organisasi pembelajar. Khusus untuk subsistem aplikasi teknologi, subsistem yang paling menghambat organisasi pembelajaran BBKB, disarankan untuk menciptakan SIM (Sistem Informasi Manajemen) yang dapat dipergunakan untuk akses jalur cepat informasi.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Satrio Budiman
Abstrak :
Skripsi ini meneliti mahasiswa Program Studi Inggris angkatan 2013 terkait perilaku pengucapan mereka pada kata-kata yang tergolong sebagai minimal pairs yang memiliki labiodental renggang (foneme /f/ dan /v/). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, penelitian ini menggunakan analisis spektrogram suara dengan melibatkan beberapa variabel pengukuran dalam produksi suara yang tergolong dalam labiodental renggang. Faktor yang dilihat dalam aspek minimal pairs ini adalah faktor posisi fonem /f/ dan /v/ (posisi awal, tengah, maupun akhir dari kata) dan dinamika sintaksisnya (tingkat kata, kalimat dan teks). Dari analisis secara kuantitatif, distribusi data terkait penyimpangan pengucapan fonem sesungguhnya dapat diperoleh untuk kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan Optimality Theory (OT). Hasilnya, para partisipan yang diteliti melakukan substitusi suara /v/ dengan /f/ maupun /fh/. Selain itu, penyimpangan pada derajat kalimat untuk semua posisi fonem paling banyak terjadi daripada derajat kata maupun teks. ......This thesis examines the students from English Studies Program at the University of Indonesia, class of 2017, concerning their pronunciation behavior towards the words in minimal pairs containing both voiced and voiceless labiodental fricatives (/f/ and /v/ sounds). This research is basically a quantitative and qualitative study. Quantitatively, this research utilized spectrogram analysis by involving some variable of measurements that is best measuring the production of labiodental fricatives. The factors observed in the minimal pairs are the position of the phonemes (/f/ and /v/) that can be in the initial, medial, and final position (as the first factor), and the second factor is its syntax dynamics (word, sentence, and text level). By this quantitative analysis, the data distribution of pronunciation deviation from the ideal phonemic structure is obtained and is then analyzed quantitatively by utilizing Optimality theory (OT). The findings appears to be that the majority of the participants examined did substitution of /v/ sound into /f/ and /fh/ sounds. Moreover, most deviation made by the participants occurs at sentence level, particularly medial position compared to word and text levels.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarone, Elaine
Oxford: Oxford University Press, 1991
407 TAR f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fatina Zahra Aurelia
Abstrak :
ABSTRAK Persaingan antar perusahaan pada masa ini membutuhkan ide inovatif dari karyawannya. Kemampuan inovatif karyawan dapat dilihat sejak individu masih menjadi mahasiswa. Salah satunya dalam bagaimana mahasiswa mempersepsikan kemampuan, potensi, dan peran yang dimilikinya dalam lingkungan belajar, dikenal juga sebagai pemberdayaan pembelajar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pemberdayaan pembelajar dengan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada 539 mahasiswa Universitas Indonesia yang berada di atas semester 3. Penelitian kuantitatif ini menggunakan dua instrumen, yaitu Innovative Work Behavior Scale dari Janssen (2000) dan Learner Empowerment Scale dari Frymier dkk. (1996). Teknik analisis yang digunakan adalah Pearson Correlation, Independent Sample T-Test, dan One-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Pemberdayaan Pembelajar dan Perilaku Kerja Inovatif pada mahasiswa. Ketiga dimensi pemberdayaan pembelajar (meaningfulness, competence, impact) juga secara signifikan berhubungan dengan perilaku kerja inovatif, dengan dimensi impact sebagai penentu terkuat. Penelitian lanjutan yang dapat dilakukan adalah mencari faktor yang mampu menjelaskan hubungan kedua variabel ini.
ABSTRACT Competition between companies nowadays relies on innovations from their employees. Potential of innovative employees could be seen since they were college students. One of the many ways to see their potential is by looking at how they perceive their capabilities, impacts, and meaning in academic settings, also known as learner empowerment. This study aims to look at the relationship between Learner Empowerment and Innovative Work Behavior in University of Indonesia college students. This research was conducted to 539 students from the University of Indonesia who are above freshman year. This quantitative research uses two instruments, the innovative work behavior scale by Janssen (2000) and the learner empowerment scale by Frymier et al. (1996). Analysis techniques used are Pearsons Correlation, Independent Sample T-Test, and One-way ANOVA. Results showed that there's a significant relationship between learner empowerment and innovative work behavior. Also the three dimensions of learner empowerment (meaningfulness, competence, impact) have significant relationships to innovative work behavior, with impact as the strongest determinant. Further research that can be done is to explore factors that explains the relationship between these two variables.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viola
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang resiliensi dan tipe nilai serta melihat hubungan antara kedua variabel tersebut pada anak jalanan peserta didik nonformal. Gambaran resiliensi yang dipakai merujuk pada tiga karakteristik resiliensi Grotberg (2005), yaitu I Am, I Have, dan I Can. Skor resiliensi diperoleh dengan menggunakan alat ukur CD-RISC 10 item. Gambaran tipe nilai merujuk pada 10 tipe nilai dasar Schwartz (2012), yaitu universalism value, benevolence value, power value, self direction value, stimulation value, hedonism value, achievement value, security value, tradition value, dan conformity value.Gambaran tipe nilai diperoleh dengan menggunakan alat ukur Portrait Values Questionnaire (PVQ) 40 item. Penelitian ini dilakukan di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Depok, dan Tangerang. Partisipan penelitian berjumlah 111 orang dan 3 orang diantaranya diwawancara secara mendalam. Rentang usia partisipan berkisar mulai dari 12 hingga 18 tahun. Melalui penelitian ini didapatkan tiga hasil penelitian.Pertama, anak jalanan peserta didik nonformal memiliki karakteristik dan kemampuan resiliensi yang baik.Kedua, tipe nilai yang paling penting pada anak jalanan peserta didik nonformal adalah conformity value, sedangkan power value berada di urutan terendah.Ketiga, terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dengan security value, universalism value, stimulation value dan self direction value. ...... The major purposes of this studywere to get an overview of resilience and type of values as well as to determine the relationship between the two variables on the street children of nonformal learners. The definition of resilience refered to the three characteristics of resilience from Grotberg (2005), which were: I Am, I Have, and I Can. Resilience score wasmeasured by the Connor Davidson Resilience Scale 10 items measurement. Type of values refered to the typology of Schwartz’s 10 basic values (2012), whichwere: universalism value, benevolence value, power value, self-direction value, stimulation value, hedonism value, achievement value, security value, tradition value, and conformity value. Valueswere measured bythe Portrait Values ​​Questionnaire (PVQ) 40 items measurement. Thisstudy was conducted in North Jakarta, Central Jakarta, East Jakarta, South Jakarta, Depok and Tangerang. In all, 111persons, age 12 to 18 years old participated in the studyand 3 persons were interviewed in depth. Through this study, the three research results. First, street children of nonformal learners had resilience capability and showed the characteristic of resilience. Second, the most important type of values in the street children of nonformal learners was conformity value, while the power value was in the lowest order. Third, there was significant positif relationship between the resilience and the security value, Universalism value, self-direction and stimulation value.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Elizabeth
Abstrak :
ABSTRAK
Tes Cambridge International General Certificate of Secondary Education Cambridge IGCSE Indonesian merupakan tes bahasa Indonesia sebagai bahasa asing yang terstandardisasi internasional. Umumnya tes itu diselenggarakan di akhir kelas 10 di sekolah-sekolah Satuan Pendidikan Kerja Sama SPK di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesahihan isi tes Cambridge IGCSE Indonesian Paper 2 Reading membaca dan Paper 4 Writing menulis tahun 2016 ??2017 karena pada kedua tes itu terdapat revisi yang signifikan pada tahun 2016. Agar tujuan itu dapat tercapai, peneliti menelisik komponen input dan respons yang diharapkan pada tes-tes itu kemudian membandingkannya dengan silabus tes/dokumen-dokumen terkait. Selain itu, peneliti juga berusaha untuk mengetahui pandangan pengajar terhadap isi tes-tes itu dengan melakukan wawancara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pemilihan pengajar sebagai subjek penelitian adalah dengan teknik purposful sampling dan intensity sampling. Berdasarkan kajian atas komponen-komponen input dan respons yang diharapkan pada tes Paper 2 Reading dan Paper 4 Writing tahun 2016 ??2017 serta hasil wawancara dengan pengajar dapat disimpulkan bahwa kedua tes itu memperlihatkan kesahihan isi yang besar atau tinggi.
ABSTRACT
The Cambridge International General Certificate of Secondary Education Cambridge IGCSE Indonesian is an Indonesian as foreign language test. The test is generally held at the end of grade 10 in Satuan Pendidikan Kerja Sama SPK schools in Indonesia. The purpose of this study was to evaluate the content validity of Paper 2 Reading and Paper 4 Writing tests in years 2016 2017 since there have been significant revisions in those tests starting in 2016. To achieve the purpose, this study explored the characteristics of input and expected response of the tests and compared the tests to test syllabus and related documents. Teachers were also interviewed to gain their views on the content of the tests. A qualitative method was applied in this study. The teachers were selected by using purposeful sampling and intensity sampling techniques. Based on the results of exploring the characteristics of input and expected response and teachers rsquo interview, the Paper 2 Reading and Paper 4 Writing tests in years 2016 2017 revealed a high content validity.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T52081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Princesslady Kezia Hillary
Abstrak :
ABSTRAK Keterbatasan pendidikan yang dimiliki para pendatang Ibu Kota Jakarta, menyebabkan mereka harus melakukan pekerjaan informal dengan penghasilan rendah, dan membentuk kelompok-kelompok masyarakat marjinal dengan beragam masalah sosial, salah satunya adalah masalah akses terhadap hak atas pendidikan bagi anak. Masyarakat Lapak Pancoran merupakan salah satu contoh kasus dari masyarakat marjinal di Jakarta dengan masalah akses terhadap hak atas pendidikan. Riset ini ditujukan untuk menganalisa efektivitas kebijakan pemerintah tentang pendidikan sebagai tanggung jawab pemerintah/negara dalam memberikan akses terhadap hak atas pendidikan bagi masyarakat marjinal Lapak Pancoran, di Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian sosio-legal dengan menggunakan pendekatan kualitatif, melalui teknik wawancara secara mendalam kepada para narasumber dari perwakilan pihak pemerintah sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan, yaitu Suku Dinas Pendidikan Wilayah II Jakarta Selatan, Kecamatan, Kelurahan, Ketua RT Lapak Pancoran serta pihak masyarakat lapak pancoran. Penelitian ini berhasil menemukan fakta kondisi pendidikan di kalangan masyarakat marginal lapak pancoran sebagai contoh kasus dari proses maupun hasil implementasi kebijakan pemerintah terkait akses terhadap hak atas pendidikan bagi masyarakat marjinal. Kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta berkaitan dengan akses dan bantuan dana pendidikan bagi masyarakat Lapak Pancoran, hingga saat ini masih perlu dianalisa kembali pelaksanaan serta manfaatnya bagi para anak marginal. Persyaratan administrasi untuk mengakses pendidikan, seperti KTP yang dibutuhkan dalam rangka mengakses kebijakan/program pendidikan tersebut dinilai menjadi penghalang/pembatas bagi para masyarakat. Kurangnya tingkat kesadaran orang tua akan pendidikan juga menjadikan para anak Lapak Pancoran tidak memiliki semangat juang untuk melanjutkan pendidikan melalui fasilitas yang telah tersedia. Akses Pendidikan bagi masyarakat marginal di Lapak Pancoran sangatlah penting. Peran pemeritah daerah sendiri secara umum sudah baik dengan memberikan program KJP bagi masyarakat. Namun dibutuhkan mekanisme pelaksanaan yang lebih komprehensif yang dapat di jangkau oleh kelompok masyarakat marjinal Lapak Pancoran.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyantika Afiatna Maharani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membahas kesalahan bentuk verba kala lampau yang sering dilakukan oleh mahasiswa pemelajar bahasa Inggris beserta faktor penyebabnya. Dalam penelitian ini, jenis verba yang diteliti difokuskan pada penggunaan verba tidak beraturan (VTB), verba beraturan (VB), verba be, verba modal, dan verba did. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif paling dominan digunakan untuk mendeskripsikan kesalahan bentuk verba kala lampau. Metode kuantitatif digunakan untuk melihat frekuensi kemunculan kesalahan bentuk verba kala lampau. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil tulisan mahasiswa pemelajar bahasa Inggris dari semester 2, semester 4, dan semester 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 341 kesalahan bentuk verba kala lampau yang dilakukan oleh informan dari semester 2 sampai semester 6. Kesalahan bentuk verba kala lampau yang paling banyak ditemukan adalah VTB, yaitu sebanyak 147 atau 43%. Sementara itu, kesalahan bentuk verba kala lampau yang paling sedikit ditemukan adalah verba do, yaitu sebanyak 25 atau 7%. Kesalahan-kesalahan tersebut paling banyak ditemukan pada tulisan mahasiswa dari semester 6, yaitu sebanyak 129 atau 38%. Sementara itu, kesalahan yang ditemukan pada tulisan mahasiswa dari semester 2 dan 4 memiliki jumlah yang sama, yaitu masing-masing sebanyak 106 atau 31%. Faktor terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut didominasi oleh adanya faktor intrabahasa, kemudian faktor antarbahasa. Artinya, kesalahan-kesalahan yang ditemukan pada hasil tulisan mahasiswa pemelajar bahasa Inggris semester 2, 4, dan 6 disebabkan oleh kesulitan mereka dalam mempelajari kaidah gramatika bahasa Inggris.
This study aims at discussing the most frequent errors of tenses application made by college students learning English along with its factors. In this study, the focuse is on the use of irregular verbs (VTB), regular verbs (VB), be, modals, and did. Both qualitative and quantitative methods are employed in this study. However, the most dominant method used is the qualitative method to describe the errors in past tense verb form. On the other hand, quantitative method was utilized to help the researcher to discover the frequency of the appearance of errors in using past tense verbs. The data were collected from the texts written by college students who are learning English from semester 2, 4, and 6. The result of this study indicates that there were 341 past tense verb errors made by informants from semester 2 until semester 6. The most dominant error is VTB which is 147 errors or equals to 43%. On the other hand, the least dominant error is do, appearing only 25 errors or 7%. Those errors are mostly found in the writings of semester 6 students, 129 occurence or 38%. Mean while, errors found in the writings of semester 2 and 4 students are 106 occurance or 31% respectively. Factors underlying those errors are mostly dominated by intralingual, and then interlingual factors. It means that those errors found in the semester 2, 4, and 6 students writings are caused by the difficulty faced by them in learning English grammatical rules.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T54723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moran, Patrick R.
Boston, Massachusetts: Heinle, Cengage Learning, 2001
418.007 1 MOR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>