Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
Haar, Charles M.
Boston: Little, Brown, 1977
346.04 HAA p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Popy Zuchrainiati
1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bambang Surjana
Abstrak :
ABSTRAK
Pasal 224 Reglemen Indonesia Yang Diperbaharui merupakan suatu
pasal yang dibuat oleh pembentuk undang-undang untuk memberi
kemudahan kepada kreditur dalam ~al debitur melakukan wanprestasi.
Dengan adanya pasal tersebut maka kreditur dapat langsung mengeksekusi
barang jaminan debitur tanpa harus ada keputusan Pengadilan
yang telah berkekuatan tetap. Adapun grosse akta yang dapat
dieksekusi secara langsung telah ditentukan secara limitatif oleh
pembentuk undang-undang yaitu hanya grosse akta pengakuan hutang
dan grosse akta hipotek saja.
Pada tahun 1985 Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui
surat Nomor: 213/229/85/II/Um.Tu/Pdt tertanggal 16 April 1985
telah memberi suatu fatwa grosse akta, yang menyebutkan bahwa
dalam suatu grosse akta hanya berisi kewajiban untuk membayar
sejumlah uang tertentu saja. Dalam suatu grosse akta tidak dapat
ditambahkan pers~aratan-persyaratan lain terlebih lagi apabila
persyaratan-persyaratan tersebut berbentuk perjanjian.
Adapun maksud pengeluaran fatwa grosse akta oleh Hahkamah
Agung Republik Indonesia ialah untuk melindungi kepentingan debitur.
Hal ini disebabkan telah timbul penyalah-gunaan grosse
akta dalam masyarakat di mana semua bentuk perjanjian - apapun
bentuknya - dibuat dalam bentuk grosse akta, bila terjadi wanprestadi
maka kreditur dapat langsung mengeksekusi barang jaminannya.
Dengan demikian segala upaya hukum yang berkenaan dengan perjanjian
tidak mempunyai arti lagi. l1ahkamah Agung Bepublik Indonesia
juga menyatakan bahwa perjanjian kredit tidak dapat dibuat dalam
bentuk grosse akta pengakuan hutang karena perjanjian kredit bukan
pengakuan sepihak debitur untuk membayar sejumlah uang tertentu.
Dengan adanya fatwa Mahkamah Agung Republik Indonesia mengenai
grosse akta tersebut timbul reaksi dari kalangan perbankan.
Kalangan perbankan berpendapat dengan adanya fatwa tersebut memberi
peluang kepa~a debitur yang nakal untuk mengulur-ulur waktu
pembayaran hutangnya dengan mengajukan gugatan di depan~engadilan.
Kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan sebagaiman diketahui
sebagian besar merupakan kredit rekening koran yang jumlah
butangnya tidak tertentu, tetapi berubah-rubah sesuai dengan
pembayaran yang dilakukan oleh bank dan pengembaliannya oleh debitur
yang dapat dilakukan sewaktu-waktu. Di samping itu dalam
perjanjian kredit juga terdapat banyak persyaratan-persyaratan/
perjanjian-perjanjian lain seper~i: jumlah hutang; bunga; jangka
waktu; jaminan da~·-lain-lain. Kalangan perbankan berpendapat
dengan adanya fatwa Mahkamah Agung Republik Indonesia tersebut
maka penyelesaian kredit macet hanya dapat dilakukan melalui gugatan
biasa di depan ~engadilan yang agak berbelit-belit.
Sedangkan Mahkamah Agung Republik Indonesia berpendapat p~m~
batasan terhadap lembaga grosse akta itu perlu untuk melindungi
debitur dari tindakan·sewenang-wenang kr~ditur. Dengan adanya
jumlah hutang yang sudah pasti maka pihak kreditur - dalam hal
ini bank - yang kebanyakan mempunyai kedudukan yang kuat tidak
dapat dengan seenaknya menentukan jumlah hutang debitur, tetapi
jumlah yang dapat dieksekusi hanya yang tercantum dalam grosse
akta saja.
Inti persoalan yang timbul mengenai grosse akta ialah:
1. Apakah untuk suatu grosse akt~ dapat ditambah dengan syaratsyarat
lain selairi kew~jiban untuk.membaya~ sejumlah uang tertentu;
2. apakah untuk jumlah hutang yang pasti dapat dikaitkan dengan
jumlah hutang yang tertera dalam rekening koran bank.
Mahkamah Agung Republik Indonesia sampai saat ini tetap pada
pendiriannya yaitu pengertian grosse akta tidak perlu diperluas
demi untuk melindungi kepentingan debitur, jika ada debitur
yang nakal penyelesaian hutangnya dapat melalui Badan Urusan Piutang
Negara.
Sedangkan mengenai eksekusi grosse akta hipotek tidak terdapat
masalah yang besar karena .. telah mempunyai peraturan yang
lengkap, asal saja dokumen-dokumennya telah dibuat secara lengkap.
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Erwin Kallo
Yogyakarta: Ombak, 2004
346.07 ERW a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
O.K. Saidin
Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1997
346.048 SAI a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Erwin Kallo
Jakarta: Ombak, 2003
346.07 ERW a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Desrezka Gunti Larasati
Abstrak :
The topic of this paper is to describe the defining criteria of originality of song works. The aspect
of originality is important to make such work be protected by Copyright Law. In this research, the
criteria to define originality are based on certain doctrines and/or theories of originality that may
vary case by case. The use of such doctrines and/or theories is necessary, since the stipulations
regarding originality in the Indonesian Copyright Act has not been considered suffice. With
regard to the song works, the criteria of originality may be different from other works. Therefore,
a comprehensive research on the characteristics of song as a work is also important. This research
is a qualitative research with prescriptive design. The research depicts the use of certain doctrines
and/or theories as supplementary provisions to the Copyright Law in defining the originality of
songs, which have specific characteristics resulted from their author’s creations and intellectuals.
Topik makalah ini adalah untuk menggambarkan kriteria yang menentukan orisinalitas karya
lagu. Aspek orisinalitas penting untuk membuat pekerjaan tersebut dilindungi oleh Undang-
Undang Hak Cipta. Dalam penelitian ini, kriteria untuk menentukan keaslian didasarkan pada
doktrin dan / atau teori orisinalitas yang mungkin berbeda kasus per kasus tertentu. Penggunaan
doktrin dan / atau teori-teori tersebut diperlukan, karena ketentuan mengenai orisinalitas
dalam UU Hak Cipta Indonesia belum dianggap cukup. Berkenaan dengan karya-karya lagu,
kriteria orisinalitas mungkin berbeda dari karya-karya lain. Oleh karena itu, penelitian yang
komprehensif tentang karakteristik lagu sebagai karya juga penting. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan desain preskriptif. Penelitian ini menggambarkan penggunaan
doktrin dan / atau teori ketentuan tambahan Undang-Undang Hak Cipta dalam menentukan
keaslian lagu, yang memiliki karakteristik tertentu yang dihasilkan dari kreasi penulisnya dan
intelektual tertentu.
University of Indonesia, Faculty of Law, 2014
pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Cita Citrawinda Priapantja
Abstrak :
Industrial property is is being used by an increasing number of
developing countries as an important tool of technological and
economic development. Developing countries have also been made
aware that it is in their best interest to establish national industrial
property systems. Indonesia as a signatory member of the Agreement
on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) of
the World Trade Organization (WTO), Indonesia has enacted Law No.
31 of 2000 concerning Industrial Design on 20 December 2000. Since
the enactment of Law No. 31 of 2000 several cases have occurred and
been brought before the Commercial Court involving the cancellation
of lawsuits with regard to issues of the lack of ?novelty? of an industrial
design which have already been granted to other people. There are
several weak aspects of Law No. 31 of 2000 which in practice can
create legal uncertainty and may potentially cause a barrier towards
the effectiveness of the implementation of Law No. 31 of 2000.
University of Indonesia, Faculty of Law, 2013
pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ashoya
Abstrak :
Sebagai negara maritim seharusnya pemerintah Indonesia memberikan sorotan khusus terhadap sektor perhubungan laut agar supaya negara Indonesia dapat bersaing lebih kuat dalam arena internasional. Bila kita tinjau peraturan-peraturan yang diberlakukan bagi pendaftaran dan hipotik atas kapal laut sebenarnya peraturan-peraturan ini belum dapat menunjang pengembangan armada nasional yang kuat. Hal ini menyebabkan jumlah kedudukan kapal milik asing yang beroperasi di perairan Indonesia setiap tahun meningkat. Selain hambatan diatas terbatasnya jumlah ship owning dan ship financing company juga menimbulkan kesulitan-kesulitan bagi perusahaan pelayaran nasional dalam mengembangkan usahanya. 0leh karenanya sektor perhubungan laut benar-benar membutuhkan perhatian pemerintah untuk diberikan jalan keluar yang paling tepat, baik untuk mendorong berdirinya lembaga-lembaga keuangan atau sejenisnya yang sanggup membiayai dan mengarahkan usaha di bidang maritim, maupun menciptakan ketentuan-ketentuan hipotik kapal sebagai landasan yuridis.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000
S20605
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
R. Wirjono Prodjodikoro, 1903-
Djakarta: Soeroengan, 1960
346 WIR h
Buku Teks Universitas Indonesia Library