Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Athiyyah Maudy Untoro
Abstrak :
Pada penelitian ini, asam laurat diesterifikasi dengan dengan senyawa antioksidan butil hidroksi anisol (BHA) dan butil hidroksi toluen (BHT). Sintesis ester asam laurat-BHA dan ester asam laurat-BHT dilakukan melalui reaksi esterifikasi Steglich menggunakan reagen kopling DCC dan katalis DMAP. Sebelum digunakan sebagai agen antibakteri, perlu dilakukan uji toksisitas. Uji toksisitas pada produk ini dilakukan dengan menggunakan uji Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) terhadap larva Artemia salina L. dan diperoleh nilai LC50 dari ester asam laurat-BHA sebesar 104,91 ppm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan bersifat toksik sedang pada ester asam laurat-BHA. Ester asam laurat-BHA dan ester asam laurat-BHT yang terbentuk tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri pada bakteri gram positif, Straphylococcus aureus. Adapun pada bakteri gram negatif, Escherichia coli, menunjukkan kemampuan inhibisi dengan efektivitas sedang, sehingga berpotensi sebagai agen antibakteri.
......In this study, lauric acid was esterified with antioxidant compounds BHA and BHT. Synthesis of lauric acid-BHA ester and lauric acid-BHT ester was carried out through the Steglich esterification reaction using DCC coupling reagent and DMAP catalyst. Before being used as an antibacterial agent, this ester product needs to be tested for toxicity. Toxicity test on this product was carried out using brine shrimp lethality test (BSLT) on Artemia salina L. larvae and obtained LC50 values of lauric acid-BHA esters of 104,91 ppm. These results indicated that the resulting product had medium toxic for the lauric acid-BHA ester. Lauric acid-BHA ester and lauric acid-BHT ester formed did not show any antibacterial activity on gram-positive bacteria, Straphylococcus aureus. As for the gram-negative bacteria, Escherichia coli, it showed an inhibitory activity with moderate effectiveness so it might be an antibacterial agent.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Fauzan Ghasani
Abstrak :
Karbon dioksida diklasifikasikan sebagai senyawa fouling pada gas buang yang dapat mengurangi nilai panas dan memiliki karakteristik korosif pada pipa. Salah satu metode pemisahan CO2 dari gas buang adalah dengan menggunakan kontaktor membran. Penggunaan kontaktor membran super hidrofobik kadang-kadang sebagai media alternatif karena kemampuannya dalam memisahkan CO2 dengan bidang kontak besar dalam ukuran yang kompak dan memiliki ketahanan yang baik terhadap serangkaian tindakan terjadi karena penyerap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan ide tentang bagaimana super hidrofobik membran kinerja kontaktor dalam menyerap gas CO2. Gas yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran CO2 dan N2 sebagai perkiraan gas buang yang sebenarnya. Dalam penelitian ini, CO2 - campuran gas N2 dilewatkan pada bagian shell dan penyerap DEA 5% di bagian lumen kontaktor membran. Pengambilan sampel dilakukan setelah 15 menit dan isi dari CO2 yang tersisa - N2 dianalisis dengan kromatografi gas. Variasi dalam penelitian ini adalah laju alir pelarut DEA dan jumlah kontaktor membran serat. Tertinggi massa nilai transfer koefisien 3.86 x 10-4 cm / s, dan flux CO2 dari 8,84 x 10-6 mmol / cm2s dicapai dengan menggunakan 500 ml / menit dari DEA debit dan 1000 jumlah serat membran. Jumlah maksimum CO2 yang diserap adalah 1,328, dan persentase penyerapan 96,21% yang dicapai dengan menggunakan 500ml / min dari DEA debit dan 5000 jumlah serat membran. ...... Carbon dioxide is classified as a fouling compound on flue gasses that can reduce the heat values and has corrosive characteristic on piping. One of the method of CO2 separation from flue gases is by using membrane contactor. The use of super-hydrophobic membrane contactor is occasionally as alternative medium due to its ability in separating the CO2 with large contact area in a compact size and has a good resistance towards a series of action occurred due to absorbent. The objective from this research is to discover the idea of how super-hydrophobic membrane contactor performance in absorbing CO2 gas. The gas used in this study is a mixture of CO2 and N2 as an approximation of the actual flue gas. In this study, the CO2 - N2 gas mixture is passed at the shell part and absorbent DEA 5 % in the lumen part of the membrane contactor. Sampling was done after 15 minutes and the content of the remaining CO2 - N2 analyzed by gas chromatography. Variations in this research are the DEA solvent flow rate and total fiber membrane contactors. The highest mass transfer coefficient value is 3.86 x 10-4 cm/s, and CO2 flux of 8.84 x 10-6 mmol/cm2s are achieved by using 500 ml/min of DEA flowrate and 1000 amount of membrane fibres. The maximum amount of CO2 absorbed is 1.328, and absorption percentage of 96.21% are achieved by using 500mL/min of DEA flowrate and 5000 amount of membrane fibres.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64684
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sifa Fadila Ansori
Abstrak :
Asam risinoleat merupakan salah satu senyawa yang banyak dikembangkan sebagai senyawa antimikroba karena strukturnya yang unik, sehingga memungkinkan senyawa tersebut untuk melalui berbagai modifikasi. Pada penelitian ini, asam risinoleat diesterifikasi dengan metanol dan katalis HCl pada suhu 60 ͦ C selama 6 jam. Spektrum FTIR metil risinoleat menunjukkan keberadaan gugus C=O dan penyempitan serapan gugus O-H pada bilangan gelombang 1734 cm-1 dan daerah 3700-3200 cm-1. Metil risinoleat yang terbentuk dihidrasi dengan katalis H2SO4 sehingga diperoleh metil risinoleat terhidrasi dan dibuktikan dengan hilangnya serapan Csp2-H pada daerah bilangan gelombang sekitar 3000 cm-1. Kemudian, metil risinoleat terhidrasi diamidasi dengan dietanolamina pada suhu 155 ͦ C dan diperoleh produk akhir berupa lipoamida yang dibuktikan dengan adanya gugus C=O amida pada 1623 cm-1. Produk yang terbentuk selanjutnya diuji toksisitasnya terhadap Daphnia magna dan aktivitas antimikrobanya terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil pengujian menunjukkan bahwa produk yang disintesis tidak terdeteksi aktivitas antimikrobanya pada konsentrasi 500 ppm. Hasil uji toksisitas menunjukkan senyawa lipoamida hasil sintesis bersifat toksik sedang dengan nilai LC50 sebesar 5,4 ppm.
......Ricinoleic acid is one of the compounds that has been widely developed as an antibacterial compound due to its unique structure, and can be modified in various ways. In this research, ricinoleic acid was esterified with methanol at 60 ͦ C for 6 hours using HCl as catalyst to produced methyl ricinoleate. FTIR spectrum of methyl ricinoleate showed the presence of C=O at 1734 cm-1 and smaller absorption peak of O-H compared to ricinoleic acid at 3700-3200 cm-1. Methyl ricinoleate underwent second modification by hydration with H2SO4 catalyst to produced hydrated ricinoleic acid that showed no absorption for functional group Csp2-H at around 3000 cm-1. Hydrated methyl ricinoleate then undergoes amidation with diethanolamine at 155 °C to obtain final product, which is lipoamide, that showed C=O absorption peak at 1623 cm-1. Afterwards, the product was tested for its toxicity against Daphnia magna and its antimicrobial activity against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The test results showed that the antibacterial activitiy of synthesized product was undetected at a concentration of 500 ppm. The toxicity test showed that the lipoamide was moderately toxic and had an LC50 value at concentration 5,4 ppm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library