Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angella Natalia Ghea Puspita
Abstrak :
Indonesia merupakan salah satu negara yang tercatat sebagai negara ketiga yang mempunyai cadangan Laterit terbesar setelah New Caledonia dan Filipina (PSDMBP, Kementrian ESDM, 2015). Bijih nikel laterit umumnya terbagi menjadi 2 tipe bijih yaitu bijih limonite yang memiliki kandungan Fe besar dan Ni kecil (sekitar 0.8-1.5%) dan bijih saprolit yang memiliki kandungan Fe kecil dan Ni besar (sekitar 1.5-2.5%) (Chen, Shiau, Liu, Hwang, 2016). Untuk meningkatkan nilai tambah bijih nikel, maka perlu dilakukan pengolahan/pemurnian bijih nikel. Penggunaan komposit pelet sebagai material memunculkan gagasan untuk menggunakan bijih besi dengan kadar rendah dalam menghasilkan pig iron (Kawigraha A., et.al. 2013). Selain komposit, proses reduksi memiliki peranan penting dalam pembuatan nikel. Parameter rasio batubara, temperatur proses dan waktu proses dalam proses reduksi, rasio penambahan zat aditif (Na2SO4) (Yongli Li et al., 2012) juga dijadikan sebagai parameter proses reduksi komposit bijih saprolit. Parameter-parameter yang digunakan adalah % rasio batubara, temperatur, durasi waktu dan jenis zat aditif dengan masing-masing 3 level dengan variabel responnya yaitu % mass Ni. Kandungan mineral Ni (% mass Ni) didapatkan dari hasil analisis XRF. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi parameter optimal proses reduksi komposit bijih saprolit pada Tube Furnace dan menghitung biaya operasional untuk 1x batch pilot plant pada tungku Tunnel Kiln berdasarkan kombinasi parameter yang paling optimal. Untuk mendapatkan metode optimasi terbaik dari metode RSM, ANN, ANFIS dan SVM serta kombinsi parameter paling optimal berdasarkan nilai MSE terkecil. Nilai MSE metode RSM yaitu 0.007110, metode ANN yaitu 0.004604, metode ANFIS yaitu 0.014625 dan metode SVM yaitu 0.015338. Sehingga metode optimasi terbaik adalah metode ANN. Kombinasi parameter yang paling optimal adalah kombinasi yang memiliki % mass Ni 1.2 dengan % rasio batubara 15, temperatur 1200 0C, durasi tahan 3 jam dan jenis zat aditif Ca2S04 atau komposit SB15Ca10P2 pada temperatur 1200 0C ditahan selama 3 jam.
Indonesia is one of the largest in the world as the third country that has the largest laterite reserves in the world after New Caledonia and Philippines (PSDMBP, Ministry of Energy and Mineral Resources, 2015). Laterite nickel ore is generally divided into 2 types of ore, namely limonite ore which has large Fe content and small Ni (around 0.8-1.5%) and saprolite ore which has small Fe content and large Ni (around 1.5-2.5%) (Chen, Shiau, Liu, Hwang, 2016). To increase the added value of nickel content, it is necessary to process/refine nickel ore. To use of composite pellets as material raises the idea of using low grade iron ore to produce pig iron (Kawigraha et.al. 2013). In addition to composites, the reduction process, the ratio of addition of additives (Nas2SO4) (Yongli Li et.al, 2012) are also used as parameters for the reduction of saprolite ore composites. The parameter used are % coal ratio, temperature, duration time and type of additive with each 3 level and the response variable is % mass Ni. The content of mineral (% mass Ni) is obtained from the result of XRF analysis. The purposes of this study was to obtain a combination of optimal parameters for the reduction of saprolite ore composites in the Tube Furnace and calculate operational cost for 1x batch pilot plant in Tunnel Kiln furnace based on optimal parameter combination. To get the best optimization method from RSM, ANN, ANFIS and SVM method and optimal parameter combination based on the smallest MSE value. The MSE value of RSM method is 0.007110, ANN method is 0.004604, ANFIS method is 0.014625, and the SVM method is 0.015338. So, the best optimization is ANN method. The most optimal combination of parameter is a combination with % mass Ni 1.2, % coal ratio 15, temperature 1200 0C, duration time 3 hours, and type of additive is Ca2SO4 or composite SB15Ca10P2 with temperature 1200 0C for 3 hours.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Nusyura Al Islami
Abstrak :
ABSTRAK
Lempung serpih dalam kondisi alami memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Namun karena pelapukan yang disebabkan oleh paparan udara dan air, kekuatannya menurun secara signifikan. Propylene glycol digunakan sebagai inhibitor shale yang efektif dalam cairan bor berbasis air. Efek pencampuran propilen glikol dengan serpih lempung terhadap kekuatannya perlu didiskusikan. Sampel serpih lempung Citereup telah dicampur dengan Propylene glycol dengan rasio 0,3, 0,5, dan 0,7 dari kadar air optimumnya. Uji California Bearing Ratio dan Triaksial UU telah dilakukan untuk menentukan kekuatan bantalan serpih lempung. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa stabilisasi serpih lempung menggunakan propilen glikol 30 dapat meningkatkan kekuatan dalam kondisi tidak terendam. Campuran tanah laterit juga memberikan daya dukung tambahan untuk spesimen serpih lempung.
ABSTRACT
Clay shale in natural condition has a very high strength. But due to weathering caused by exposure with air and water, its strength decreased significantly. Propylene glycol is established as an effective shale inhibitor in water based muds. The effect mixing propylene glycol with clay shale to its strength is needs to be discussed. Sample of Citereup clay shale has been mixed with propylene glycol with ratio 0.3, 0.5, and 0.7 of its optimum water content. California Bearing Ratio test have been performed to determine clay shale bearing strength. Result from study indicate that clay shale stabilization using 30 propylene glycol can increase strength in unsoaked condition. Laterite soil mix were also give additional bearing strength to clay shale specimen.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yunan Hasbi
Abstrak :

Penelitian ini bertujuan memperoleh parameter optimal variabel proses dalam menghasilkan baja bainit Fe-Ni dengan kekuatan mencapai 1400 MPa yang mengacu standar rel tipe R60. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan kandungan Ni yaitu 0%, 1%, 2%, 3% dan 4% berat. Selanjutnya sampel baja dilakukan canai dingin dengan variasi reduksi 10%, 30%, 50% dan 70%. Proses pemanasan diawali dengan austenisasi pada suhu 945 °C selama 20 menit dan dilanjutkan proses austemper pada suhu 400 °C selama 30 menit kemudian didinginkan menggunakan dua jenis media pendingin yaitu air dan udara. Struktur mikro dari analisis metalografi menggunakan etsa warna menunjukkan fasa bainit mulai terbentuk pada sampel Fe-3Ni. Ukuran butir semakin kecil seiring peningkatan unsur Ni. Adanya unsur Si mampu menekan pembentukan sementit karbida dengan dibuktikan tidak adanya kemunculan karbida melalui analisis Scanning Electron Microscopy (SEM). Analisis fasa juga dilakukan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD). Pengujian tarik menunjukkan nilai optimal diperoleh pada baja Fe-4Ni red.70% berpendingin udara dengan nilai mencapai 972 MPa. Nilai kekerasan juga mengalami peningkatan seiring peningkatan unsur Ni.


The purpose of this study is to obtain optimal parameters from each variable process in producing Fe-Ni bainite steel with the target tensile strength up to 1400 MPa that fulfill the R60 standard. The study was conducted by varying the Ni content in steel which is 0%, 1%, 2%, 3% and 4% wt. Furthermore, steel specimens were carried out through cold rolled with various reduction of 10%, 30%, 50%, and 70%. The heating process starts at 945° C for 20 minutes and followed by austempering at 400 ° C for 30 minutes then cooled using two types of cooling media namely water and air. The microstructure of metallographic by color etching showed that the bainite phase appears to form in Fe-3Ni specimens for all cooling media. Grain size gets smaller as the nickel content increases. There was no indication about the existence of cementite carbide as evidenced by Scanning Electron Microscopy (SEM) analysis. Phase analysis was also carried out using X-Ray Diffraction (XRD) for further information. Tensile testing shows that the optimal value was obtained in red.70% Fe-4Ni steel with air cooling that is 972 MPa. The hardness also increases as Ni content increase.

Keywords: Lateritic steel, austempering, cold rolling, nickel, mechanical properties, railrod

2019
T53206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Anisha Utari
Abstrak :
Dalam perencanaan tambang terbuka, memastikan stabilitas lereng dan memitigasi risiko tanah longsor merupakan pertimbangan penting, terutama di daerah dengan kerentanan tinggi terhadap bahaya tersebut seperti Kabupaten Kolaka di Provinsi Sulawesi Tenggara. Faktor keamanan (FK) lereng berfungsi sebagai parameter kritis dalam penilaian ini, dan penentuannya biasanya dicapai melalui analisis stabilitas lereng. Pendekatan analisis 2D tradisional sering mengabaikan faktor-faktor berpengaruh tertentu, seperti gaya penahan sisi normal dan horizontal di sepanjang massa geser. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan analisis 3D untuk memberikan gambaran perilaku dan stabilitas lereng yang lebih akurat. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak geometri lereng terhadap stabilitas dengan membandingkan nilai FK yang diperoleh dari analisis 2D dan 3D. Selain itu, ia berusaha untuk merekomendasikan konfigurasi geometri lereng yang optimal di bawah kondisi statis dan dinamis untuk tambang lubang terbuka nikel laterit. Kondisi ini dipertimbangkan karena aktivitas seismik terkini di wilayah tersebut dan frekuensi historis gempa bumi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Metodologi yang digunakan melibatkan metode kesetimbangan batas dengan menggunakan prinsip Bishop (1955) dan kriteria kegagalan Mohr-Coulomb. Analisis berfokus pada lereng tunggal mengalami kondisi statis dan dinamis. Hasil menunjukkan bahwa material limonit dan saprolit menunjukkan nilai FK yang stabil pada kisaran ketinggian 4 hingga 6 meter dan sudut kemiringan berkisar antara 50° hingga 80°. Sebaliknya, material batuan dasar menunjukkan nilai FK tinggi secara konsisten dan stabilitas relatif di berbagai variasi geometris. Studi lebih lanjut membagi area desain pit menjadi dua bagian, yaitu Penampang A dan Penampang B. Penampang A dicirikan oleh desain lereng yang stabil, sedangkan satu lereng di Penampang B menunjukkan indikasi ketidakstabilan. Berdasarkan analisis, desain geometri lereng yang direkomendasikan untuk stabilitas optimal memerlukan pengurangan sudut lereng secara keseluruhan. ......In planning an open pit mine, ensuring slope stability and mitigating the risk of landslides are crucial considerations, particularly in regions with a high susceptibility to such hazards like Kolaka Regency in Southeast Sulawesi Province. The slope’s safety factor (SF) serves as a critical parameter in this assessment, and its determination is commonly achieved through slope stability analysis. Traditional 2D analysis approaches often overlook certain influential factors, such as normal and horizontal side resisting forces along the sliding mass. Therefore, this study undertakes a 3D analysis to accurately depict slope behavior and stability. This study's primary objective is to evaluate slope geometry's impact paring the SF values derived from 2D and 3D analyses. Furthermore, it recommends optimal slope geometry configurations under static and dynamic conditions for a nickel laterite open pit mine. These conditions are considered due to recent seismic regional seismic activities and the frequency of earthquakes in Southeast Sulawesi Province. The applied methodology involves the limit equilibrium method utilizing Bishop's principle (1955) and the Mohr-Coulomb failure criterion. The analysis focuses on single slopes subjected to static and dynamic conditions. Results indicate that limonite and saprolite materials exhibit stable SF values within the height range of 4 to 6 meters and slope angles ranging from 50° to 80°. Conversely, bedrock material demonstrates consistently high SF values and relative stability across various geometrical variations. The study further divides the pit design area into two sections, Section A and Section B. Section A is characterized by a stable slope design, whereas one slope in Section B exhibits indications of instability. Based on the findings, the recommended slope geometry design for optimal stability entails an overall reduction in slope angle.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library