Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartika Hajarani
"ABSTRAK
Latar belakang:Bayi laringomalasia primer memiliki komorbiditas yang tinggi akibat silent aspiration. Hingga saat ini, belum diketahui prevalensi disfagia dan data mengenai gambaran fungsi menelan bayi laringomalasia primer. Tujuan penelitian: Mengetahuiprevalensi disfagia dan gambaran fungsi menelanpada bayi laringomalasia primersertamengetahui kesesuaian antara SEES dan FEES.Metode: Penelitiancross-sectional yang bersifat deskriptifdan analitik komparatif terhadap 34subjek bayi laringomalasia primersecara konsekutif di RS Dr. Cipto Mangunkusumoperiode Januari-Maret 2020. Hasil:Prevalensi disfagiapada bayi laringomalasiaprimersebanyak 9 dari 34 subjek (26,5%). Gejala disfagia pada bayi< 6 bulan tersering adalah regurgitasi dan apneasaat menyusu (5/6), sedangkan pada bayi>6 bulan adalah terdengar banyak lendir di tenggorok (3/3). Komorbid terbanyak adalah kelainan genetikdan PRGE(3/9). Komplikasi terseringadalah pneumonia aspirasi (6/9). Pada pemeriksaan awal FEES, kontrol postural terganggu(7/9) merupakantanda yang paling sering ditemukan. Pada pemeriksaan FEES, preswallowing leakagedidapatkan pada konsistensi puree, tim saring, dan tim kasar. Pada pemeriksaan SEES dan FEES, residu, penetrasi,dan aspirasipalingbanyak didapatkan pada konsistensi susu. Silent aspirationdidapatkan pada4 dari 9subjek dengan disfagia. Pemeriksaan SEES memiliki kesesuaian dengan FEES berdasarkanuji McNemarpadaparameter ada tidaknya penetrasi, residu, dan aspirasi.Kesimpulan:Prevalensi disfagia pada bayi laringomalasia primersebanyak 9 dari 34 subjek(26,5%), penetrasi dan aspirasi didapatkan pada konsistensi air dan susuterutama pada bayi< 6 bulan, dan SEES memiliki kesesuaian dengan FEESdalam menilai fungsi menelanberdasarkan parameter ada tidaknya residu, penetrasi, dan aspirasi.

Background:Silent aspiration is oftenunrecognized comorbidity in infants with congenital laryngomalacia with serious medical consequence. However, prevalence of dysphagia and characteristic of dysphagia ininfants with congenital laryngomalacia is still unknown. Aim: To find the prevalence and the overview of swallow function in infants with congenital laryngomalacia and also to know the conformity between SEES and FEES in assessing swallow function. Methods:This is a descriptive cross-sectional and comparative analytic study involving 34 infants with congenital laryngomalacia who came consecutivelytoDr. Cipto Mangunkusumo Hospitalon January-March 2019. Results: The prevalence of dysphagia was 9 out of 34 subjects (26,5%).Dysphagia symptom in infants<6 months was regurgitation and apneawhile bottle/breast feeding (5/6). Meanwhile, in infants>6 monthswaswet sounding voice (3/3). The comorbidities found mostly were geneticanomaly and GERD(3/9). The complication mostly was aspiration pneumonia (6/9). In pre-FESS examination, poor postural controlwas dominant(7/9). In FEES examination, preswallowingleakagewas found in puree, soft steam porridge, and rough steam porridge. In FEES and SEES examination, residue, penetration, and aspirationwas mostly found inthick liquid. Silent aspiration was found in 4 out of 9subjects with dysphagia. SEES has a conformity to FEES based on McNemar test in the presence of residue, penetration, and aspiration. Conclusion: The prevalence of dysphagia in infants with congenital laryngomalaciawas9 out of 34 subjects(26,5%). In FEES examination, penetration,and aspiration were found mostly in thin liquid, <6months of age predominantly.SEES has a conformity to FEES based on presence of residue, penetration, and aspiration in assessing swallow function."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Sahyuni
"ABSTRAK
Latar belakang: Laringomalasia merupakan kondisi kelemahan struktur
supraglotis saat inspirasi sehingga menyebabkan sumbatan jalan nafas atas dan
menimbulkan gejala stridor inspirasi. Stridor semakin memburuk pada posisi
terlentang. Penyakit penyerta laringomalasia umumnya adalah refluks
laringofaring (RLF) yaitu 25-68%. RLF adalah pergerakan isi lambung secara
retrograd menuju laring-faring, menimbulkan gejala dan tanda klinis yang
bervariasi. Pemberian omeperazol dapat memperbaiki gejala regurgitasi dan
stridor serta memperpendek durasi perjalanan alamiah laringomalasia
Tujuan: Mengetahui efektifitas omeperazol pada bayi dan anak dengan
laringomalasia, mengetahui prevalensi RLF pada laringomalasia, ada tidaknya
RLF berdasar nilai reflux finding score (RFS) menurut Belafsky dan mengetahui
berat ringan gejala laringomalasia berdasar nilai laryngomalacia symptom score
(LSS).
Metode: Uji controlled trials pada 65 subyek laringomalasia, dibagi kedalam
kelompok 42 subyek yang mendapat omeperazol 2 x 2 mg/kg/bb dan 23 subyek
yang mendapat plasebo selama 3 bulan
Hasil : Kelompok omeperazol dengan gejala berat 58,8% mengalami perbaikan
dibanding kelompok plasebo 66,7% dengan nilai p = 0,716. Kelompok
omeperazol dengan RLF positif 58,3% mengalami perbaikan dibanding
kelompok plasebo 75% dengan nilai p = 1.0
Simpulan : Prevalensi RLF positif sebesar 24,6% dan gejala berat sebesar 44,6%.
Efektifitas pemberian omeperazol selama 3 bulan belum terbukti efektif dibanding
plasebo berdasarkan perbaikan nilai LSS, RFS dan status gizi. Namun hasil
tersebut hanya berlaku sebagai kesimpulan penelitian pendahuluan karena tidak
optimalnya besar sampel dan randomisasi subyek. Perlu penelitian lanjutan untuk
membuktikan efektifitas omeperazol pada perbaikan skor LSS, skor RFS dan
status gizi bayi dan anak dengan laringomalasia

ABSTRACT
Background: laryngomalacia is condition of floopy supraglottis stucture in
respiratory that trigger obstruction the upper airway and it causes symptom stridor
inspiratory. Stridor can get worse in face up position. In general, the comorbidity
of laryngomalacia is laryngopharyngeal reflux (LPR) about 25-68%. LPR is the
movement of gaster retrogradely toward laryngopharyngeal and it triggers various
symptom and clinical sign. The giving of omeperazole can improve the symptom
of regurgitation and stridor and shorten the duration of natural disease of
laryngomalacia
Objective: Knowing the effectivity of giving omeperazole to the babies and
children with laryngomalacia, knowing the prevalance of LPR to the
laryngomalacia, knowing the positibility of LPR based on the value of reflux
finding score (RFS) according to Belafsky and knowing severity of symptom
laryngomalacia based on the value of laryngomalacia symptom score (LSS).
Method: Test on controlled trials on 65 samples with laryngomalacia and is
divided into 42 groups that have been given omeperazole 2x2 mg/kg/bw and 23
samples that have been given placebo for 3 month
Result: Omeperazol groups with severe symptom showed the improvement of
58,8% compared to placebo groups 66,7% with p = 0.716. Omeperazole groups
with RLF positive showed the improvement of 58,3% compared to placebo
groups 75 % with p = 1.0
Conclusion: The Prevalence of positive LPR based on RFS is 24,6% and with
severe symptom is 44,6%. The effectivity of giving omeperazole for 3 month has
not proved effective compared to placebo based on the improvement of value
LSS, RFS and nutrition status. However such result is only valid for the
conclusion of initial research because the size of samples were not either optimal
or randomized. It is necessary to conduct research continution to prove the
effectivity of giving omeperazole on the improvement of LSS score, RFS score
and nutrition status of babies and children with laryngomalacia"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library