Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Zahroh Nihayah
Abstrak :
Disertasi ini mengkaji pergeseran diatesis dalam terjemahan teks ilmiah dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Analisis difokuskan pada data berupa 10 artikel dari buku Kongres Studi Belanda di Indonesia tahun 2010 dan 2015. Sejumlah 3.085 klausa dianalisis dengan menggunakan metode campuran sematan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua klausa berpredikat verbal 15,06% klausa berdiatesis agentif bergeser menjadi pasientif dan 13,79% klausa berdiatesis pasientif bergeser menjadi agentif. Pergeseran diatesis terkait tataran leksikal, gramatikal, dan tekstual. Pada tataran leksikal, pergeseran diatesis dipicu beberapa hal terkait ciri leksikal predikat, yaitu kelas, unit, valensi, serta kolokasi dan koligasi. Pada tataran gramatikal, pergeseran diatesis disebabkan oleh objek yang dalam bahasa Indonesia tidak dapat dikedepankan serta keterbatasan adverbia relatif. Pada tataran tekstual pergeseran diatesis pada umumnya disebabkan oleh pemertahanan urutan kata yang berkaitan erat dengan alur informasi. Pergeseran diatesis menyebabkan pergeseran nuansa makna, tetapi tidak menyebabkan pergeseran makna inti. Kesepadanan terjemahan teks ilmiah yang pada umumnya diterjemahkan dengan metode komunikatif merupakan sebuah kontinum. Makna tekstual lebih dipertahankan dari makna gramatikal. Diatesis bergeser sebagai akibat upaya pemerolehan kesepadanan tekstual.
This dissertation discusses voice shift in translation of academic texts from Dutch to Indonesian. The analysis focuses on 10 articles taken from proceedings of Dutch Study Congresses in Indonesia published in 2010 and 2015. A total number of 3,085 clauses were analyzed by using mixed-method. The result shows that of all clauses with verbal predicates nearly 15.06% of all clauses with agentive voice shifts to patientive, and 14.8% of all clauses with patientive voice shifts to agentive. The causes of voice shift are related to lexical, grammatical, and textual level. On the lexical level, voice shift is affected by lexical features such as class, unit, valence, collocation and colligation as well. On the grammatical level, voice shift is induced by Indonesian that does not have object fronting and has limited relative adverbs. On the textual level, voice shift is mostly triggered by preserving word order that is strongly related to information flow. Voice shift leads to shift nuances of meaning, but not the core meaning. The translation equivalence of academic texts which are generally translated by using communicative method is a continuum. Textual meaning is preserved. Thus, voice shift is caused by the effort to obtain a textual equivalence.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2645
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarsisius Afirman
Abstrak :
Penelitian ini merupakan sebuah kajian dalam bidang historis komparatif terhadap dialek-dialek bahasa Manggarai. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan korespondensi bunyi dialek-dialek bahasa Manggarai dan membandingkan korespondensikorespondensi bunyi tersebut dengan korespondensi bunyi beberapa bahasa N usantara lainnya sehingga dapat ditemukan kekhasan korespondensi-korespondensi bunyi dialekdialek bahasa Manggarai tersebut. Penelitian ini menggunakan data dari 200 kosa kata dasar Swadesh yang direvisi oleh R.A. Blast. Sementara dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode komparatif, yaitu membandingkan bunyi-bunyi antardialek sehingga ditemukan korespondensi bunyi antardialek tersebut. Dari penelitian ini diperoleh basil bahwa sejauh ini dialek-dialek bahasa Manggarai memiliki tujuh belas perangkat korespondensi bunyi. Adapun ketujuh belas perangkat korespondensi bunyi tersebut adalah Is-hl, le-sl, Igh-hl, 1a-il, /a-al, /g-ghl, Ik-tl, Ik-ll, Is-p1, Is-h-rl, /p-b/, lnd-dl, Ind-n1, Irl-nl, 10-ml, 10-kl, dan 10-TV. Dari ketujuh bolas korespondensi itu, hanya lima perangkat korespondensi bunyi yang ditunjang oleh sejumlah rekurensi. Ada pun kelima perangkat korespondensi bunyi tersebut adalah Is-h1=8,5%, Ic-s1=10,5%, /h-ghl=6%, In-r11=15%, dan 17-i1=5,5%. Berdasarkan lima perangkat korespondensi bunyi itu, kits dapat menyimpulkan bahwa korespondensi-korespondensi bunyi bahasa Manggarai terjadi secara `teratur' dan berulang kaii bila dibandingkan dengan beberapa korespondensi bunyi bahasa Nusantara lainnya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S11075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoses Antonius A.
Abstrak :
Proses peminjaman tidak terpaku pada bentuk kata yang harus mirip dengan bentuk aslinya. Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa banyak kata yang digunakan setiap hari merupakan basil dari peminjaman dari bahasa lain. Selain peminjaman kata-kata tunggal, ternyata ada juga bentuk peminjaman dari kata-kata majemuk. Peminjaman tersebut berbentuk pinjam terjemah, contohnya kata luar negeri dan dalam negeri yang berasal dari kata binnenland dan buitenland; pinjam campur, contohnya kata air ledeng yang berasal dari kata waterleiding; dan pinjam ubah, contohnya pispot yang berasal dari kata piespot. Dengan bentuk peminjaman tersebut, kata-kata tersebut disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Hasilnya ada yang tetap berbentuk sebagai kata majemuk atau menjadi satu kata tunggal saja. Bila hasilnya merupakan kata majemuk, pembentuk kata tersebut dapat berupa kata pinjaman juga atau hanya basil penerjemahan biasa. Kesulitannya adalah untuk menentukan bahwa kata-kata tersebut merupakan basil peminjaman karena mungkin memang sudah ada sejak dulu dala bahasa Indonesia dan mungkin terdapat juga dalam bahasa lain selain dalam bahasa Indonesia. Begitu juga dengan frekuensi pemakaian kata-kata tersebut yang sangat tinggi, sehingga sudah dianggap kata-kata asli, misalnya kata kepala sekolah berasal dari kata hoofdschool yang merupakan bentuk pinjam terjemah, begitu juga uang sekolah atau whoa/geld. Dalam skripsi saya ini saya menganalisis perubahan dan penyesuaian yang ada dalam peminjaman kata-kata majemuk bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Skripsi ini saya bagi dalam empat bab, yaitu Bab I berisi pendahuluan; Bab II berisi kerangka teori, secara semantis dan fonologis, serta sosiolinguistik; Bab III berisi analisis kata-kata bahasa Indonesia basil peminjaman dari kata-kata majemuk bahasa Belanda dilihat secara fonoIogis dan semantis; serta Bab IV berisi kesimpulan dari analisis sebelumnya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S15834
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Miftah Fariz Firdaus
Abstrak :
ABSTRAK
Bahasa tidak selalu tentang yang tertulis, namun juga di dalam pembicaraan. Komunikasi secara lisan antara manusia dengan manusia lainnya tidak terlepas dari pengartian makna yang terikat dengan kontekstual atau yang disebut dengan pragmatik. Di dalamnya terdapat prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan. Menurut Leech, prinsip kesantunan dijabarkan ke dalam beberapa maksim, seperti maksim kebijaksanaan tact maxim , maksim kemurahan generosity maxim , maksim penerimaan approbation maxim , maksim kerendahhatian modesty maxim , maksim kecocokan agreement maxim , dan maksim kesimpatian sympathy maxim . Prinsip ini berhubungan dengan penutur dan lawan tutur, serta maksim-maksim tersebut ada, supaya pengungkapan keyakinannya secara tidak sopan atau tidak santun dapat dihindari. Dalam dialog-dialog di dalam kedua cerita pendek tersebut ?????? ?????/Staryj Povar Dan ????/Sneg Karya Konstantin Paustovskiy ditemukan kesantunan antara penutur dan lawan tutur, serta ditemukan salah satu penyimpangan maksim berdasarkan prinsip kesantunan Leech.
ABSTRACT
Language is not always about the written, but also in the conversation. Oral communication between humans and other human beings is inseparable from the meaning of contextual or so called pragmatic meaning. In it is the principle of cooperation and the principle of politeness. According to Leech, the principle of politeness is translated into several maxims, such as tact maxim, generosity maxim, approbation maxim, modesty maxim, agreement maxim, and sympathy maxim. This principle relates to speakers and opponents of speech, as well as the maxims present, in order to render their beliefs improperly or politely avoided. In the dialogues in both short stories Konstantin Paustovky rsquo s Staryj Povar and Sneg found compassion between the speaker and the opponent of speech and found one of the maxim deviations based on Leech 39 s politeness principle.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
John E. Joseph
Abstrak :
Language, this book argues, is political from top to bottom, whether considered at the level of an individual speaker’s choice of language or style of discourse with others (where interpersonal politics are performed), or at the level of political rhetoric, or indeed all the way up to the formation of national languages. By bringing together this set of topics and highlighting how they are interrelated, the book will function well as a textbook on any applied or sociolinguistic course in which some or all of these various aspects of the politics of language are covered. The chapter headings include:*How politics permeates language (and vice-versa)*Language and nation*The social politics of language choice and linguistic correctness*Politics embedded in language*Taboo language and its restriction*Rhetoric, propaganda and interpretation*Power, hegemony and choices
Edinburgh: Edinburgh University Press, 2009
e20528213
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Fabb, Nigel
Abstrak :
How does a literary text get to have literary form, and what is the relation between literary form and linguistic form? This theoretical study of linguistic structure in literature focuses on verse and narrative from a linguistic perspective. Nigel Fabb provides a simple and realistic linguistic explanation of poetic form in English from 1500–1900, drawing on the English and American verse and oral narrative tradition, as well as contemporary criticism. In recent years literary theory has paid relatively little attention to form; this book argues that form is interesting. Fabb offers a new linguistic approach to how metre and rhythm work in poetry, based on pragmatic theory and provides a pragmatic explanation of formal ambiguity and indeterminacy and their aesthetic effects. He also uses linguistics to examine the experience of poetry. Language and Literary Structure will be welcomed by students and researchers in linguistics, literary theory and stylistics.
United Kingdom: Cambridge University Press, 2009
e20528857
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudaryanto
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1985
404 SUD l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Giegerich, Heinz J.
Abstrak :
This is a textbook intended to introduce students of English, of English linguistics and of linguistics to the phonology of Present-day English. It is not a reference manual on the subject; nor is it an introduction to current phonological theory (in relation to English or otherwise).
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1992
e20375090
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hapsari Wijayanti
Abstrak :
Ada yang terlewatkan dan penelitian terdahulu tentang wacana jual-beli, yaitu bahwa para ahli sebelumnya berfokus pada interaksi yang berakhir dengan pembelian barang; padahal, dalam interaksi jual-beli yang sesungguhnya interaksi tidak selalu berakhir dengan pembelian barang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang rinci dan jelas mengenai struktur wacana jual-beli. Penelitian ini mengambil lokasi di empat pasar grosir terkemuka di Jakarta. Di keempat lokasi itu, pengambilan data dilakukan dengan pengamatan nonpartisipan dan rekaman langsung sehingga diperoleh 76 percakapan. Dari analisis data ditemukan bahwa wacana jual-beli mempunyai struktur Tahap Awal-Tahap Inti-Tahap Akhir. Tahap awal direalisasikan dengan tindakan nonverbal dan tindakan verbal (yang berupa penawaran barang oleh penjual atau permintaan barang oleh pembeli). Tahap inti direalisasikan dengan pertanyaan harga oleh pembeli atau pemberitahuan harga oleh penjual dan negosiasi harga. Tahap akhir direalisasikan dengan tindakan nonverbal berupa serah-terima barang-uang. Setiap tahap mempunyai tindak wacana (discourse acts) yang khas; namun, ditemukan ada tindak wacana yang dapat muncul dalam ketiga tahap, yaitu permintaan barang, penawaran barang, dan pernyataan terima kasih. Berdasarkan analisis terhadap 30 percakapan, masing-masing 15 percakapan diadik dan multiparti, diperoleh 129 tuturan interupsi. Terungkap bahwa interupsi lebih banyak dilakukan oleh pembeli daripada penjual. interupsi terjadi baik di dalam percakapan simultan maupun nonsimultan. interupsi di dalam percakapan simultan terjadi di dalam giliran penutur/penyela, sedangkan interupsi di dalam percakapan nonsimultan terjadi di dalam dan di luar giliran penyelalpenutur. Di dalam percakapan simultan, interupsi terjadi (1) di tengah tuturan penutur pertama (sebelum tempat transisi), (2) sebelum penutur pertama melanjutkan tuturannya (delayed completion), dan (3) di dekat TRP. Di dalam percakapan nonsimultan, interupsi terjadi (I) setelah tempat transisi dari tipe unit pertama yang dihasilkan penutur, (2) sebelum penutur pertama melanjutkan tuturannya, dan (3) setelah penutur pertama mencapai tempat transisi. Selain itu, dari penelitian ini juga terungkap bahwa interupsi yang dituturkan oleh penyela berbentuk tindak elisitasi, requestif (requestives), direktif, dan informatif. Interupsi terjadi karena faktor dari dalam diri penutur dan dari luar diri penutur. Dari dalam diri penutur, interupsi disebabkan oleh ketidaksabaran penutur, penutur teringat akan sesuatu, penutur tidak tertarik dengan topik penutur pertama, dan ada sesuatu yang mendesak. Adapun interupsi di luar giliran penutur disebabkan oleh keisengan penutur, adanya kesenyapan antargiliran, tanggapan atas tindakan nonverbal, adanya sesuatu yang mendesak penutur, dan adanya stimulus dari benda dan dari nonpartisipan. Penelitian ini juga menemukan bahwa ada tiga tipe interupsi dalam percakapan antara penjual dan pembeli, yaitu tipe eurian, tipe desakan, dan tipe ciptaan. ......A matter was overlooked in the previous research regarding the discourse of buying-selling, in that in the past the experts focused mainly on the end result of interaction: sold goods; whereas actually, in the real interaction of buying-selling contact does not necessarily end in a buying transaction. This research emphasizes to illustrate in detail and evidently the structure of buying-selling dealings. This research was conducted in areas covering four major wholesaler distributor business areas in Jakarta. At the four locations, data collection was done through non-participating and direct recording that result in 76 conversations. From the data analysis, the findings concluded that the discourse of buying-selling transaction has three phases: The Initial Phase ± The Core Phase t The Closing Phase. The initial phase is realised through non-verbal and verbal actions. The core phase is prepared through the inquiry of price by the buyer or through the information of value by the seller and negotiation of worth. The closing phase is accomplished through non-verbal action i.e. receiving goods-currency. Each phase has a specific discourse act; however within each phase three behaviours can surface which are demand of goods, negotiation of goods, and a thank you account. Based on 30 conversation, with 15 dyadic and multiparty conversations respectively resulted in 129 tokens of interruption. It's revealed that interruption occurs more frequently by the buyer than the seller. Interruption transpires in both simultaneous talk and non-simultaneous talk. Interruption in a simultaneous talk occurs within the speaker turn. In a simultaneous talk interruption occurs in the middle of TCU, before delayed completion, and near the TRP. In a non-simultaneous talk, interruption happens before delayed completion, after the first of TCU, and after the TRP. Aside from that, this research substantiation that interruption reflects on the elicitation, the requestives, the direction, and the information acts. Interruption happens due to internal and external factors of the speaker. Internally can be caused by impatience, remainder, that the individual is uninterested to the topics presented by the first speaker, or there is another urgent matter. For external causes, factors, such as amusement, the silence between turns, and other material and non-participating stimulants. This research also express three types of interruption i.e. stealing type, forceful type, and inventor type.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>