Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ludi Jalaludin
Abstrak :
Desa Cibanteng merupakan salah satu desa rawan bencana gerakan tanah sehingga masyarakat memerlukan kesiapsiagaan bencana sebagai bentuk kapasitas dalam merespon bencana gerakan tanah. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kesiapsiagaan masyarakat wilayah rawan gerakan tanah di Desa Cibanteng dengan menggunakan lima variabel kesiapsiagaan antara lain pengetahuan bencana, kebijakan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya. Objek penelitian ini merupakan masyarakat yang berada di wilayah rawan gerakan tanah. Penilaian kesiapsiagaan dilakukan dengan menggunakan metode deskripsi kuantitatif dengan nilai rata-rata (mean). Kesiapsiagaan yang dinilai tinggi jika melampaui nilai rata-rata kesiapsiagaannya. Hasil penelitian menunjukan terdapat tiga dusun yang tergolong memiliki kesiapsiagaan tinggi yaitu Dusun Cibuntu sebesar 8,22 (20,50%) dengan kelas rawan tinggi gerakan tanah seluas 50,84 Ha, Dusun Cikaso sebesar 8,82 (22%) dengan wilayah kelas rawan tinggi seluas 118,71 Ha, dan Dusun Ciletuh sebesar 8,33(20,79%) dengan wilayah kelas rawan tinggi seluas 102,11 Ha. Sedangkan dua dusun yang tergolong memiliki nilai kesiapsiagaan rendah yaitu Dusun Sukamulya sebesar 7,46 (18,62%) dengan wilayah rawan tinggi seluas 92,20 Ha, dan Dusun Tipar sebesar 7,25 (18,09%) dengan wilayah rawan tinggi seluas 31,90 Ha. Perbedaan wilayah rawan gerakan tanah antar dusun di Desa Cibanteng mempengaruhi kesiapsiagaannya. Semakin rawan wilayah terhadap gerakan tanah maka semakin siapsiaga masyarakat yang menempati wilayah tersebut dalam menghadapi bencana gerakan tanah. ......Cibanteng is a village prone to ground movements that require community disaster preparedness as a form of disaster response capacity in ground motion. Preparedness is a series of activities undertaken to anticipate disasters, through organizing and through appropriate measures. Therefore, this study aimed to analyze the level of community preparedness prone area of land in the village Cibanteng movement using five variables including knowledge of disaster preparedness, policy, emergency response planning, disaster warning system and mobilization of resources. This research subject is the people who are in areas vulnerable to soil movement. Preparedness assessment using quantitative description with the average value (Mean). Value of high preparedness for exceeding the average value of preparedness and vice versa. The result of research showed there are three hamlets were classified as having a high preparedness namely Hamlet Cibuntu of 8.22 (20.50%) with high-class areas prone area of 50.84 hectares, Hamlet Cikaso of 8.82 (22%) with high-class areas prone covering an area of 118.71 hectares, and Hamlet Ciletuh of 8.33 (20.79%) with high-class areas prone area of 102.11 hectares. While the two hamlets were classified as having a low value that is Hamlet Sukamulya preparedness amounted to 7.46 (18.62%) with a high-prone area measuring 92.20 hectares, and Hamlet Tipar at 7.25 (18.09%) with a high-prone area measuring 31.90 Ha. Differences between the soil movement prone region hamlet in Cibanteng affect preparedness. Increasingly prone areas vulnerable to soil movement, the more community prepared.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri N. Ardiansyah
Abstrak :
ABSTRAK
Terjadinya tanah longsor di Kabupaten Bandung telah menimbulkan resiko kerugian yang tidak sedikit, sehingga penelusuran tentang kejadian tanah longsor dapat digunakan untuk tujuan mitigasi bencana. Pendugaan potensi longsor dapat digunakan dengan metode SINMAP yang selanjutnya dikaitkan dengan lokasi kejadian longsor untuk mengkaji keakuratan. Kerentanan kependudukan di wilayah rawan longsor didasarkan pada penduduk usia rentan . Resiko bencana tanah longsor dikaji dengan mengaitkan nilai kerugian baik harga rumah dan nilai kerugian yang diderita pada lahan pertanian. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 33 kejadian titik longsor terdapat 20 kejadian longsor yang berada di atas wilayah potensi longsor pemodelan SINMAP. Dengan rincian 9 kejadian yang menimpa lahan permukiman dan sisanya 11 kejadian yang menimpa lahan pertanian. Kerentanan penduduk di wilayah rawan longsor ditemukan sekitar 2 lokasi di kaki Gunung, 6 lokasi di sekitar kaki Gunung Malabar, dan sebanyak 3 lokasi ditemukan di kaki Gunung Waringin. Resiko bencana di permukiman terdapat 3 lokasi di kaki Gunung Wayang, 2 lokasi di kaki Gunung Patuha dan 5 lokasi di kaki Gunung Malabar. Kerugian di lahan pertanian ditemukan 2 lokasi di kaki Gunung Patuha, 7 lokasi di kaki Gunung Malabar dan satu lokasi di Gunung Kencana.
Abstract
The occurrence of landslides in Bandung Regency has raised the risk of loss is not small, so a search on the incidence of landslides can be used for disaster mitigation purposes. Estimation of potential landslides can be used with method SINMAP to further landslides associated with the scene to assess the accuracy. Population vulnerability in landslide prone area on a basic of vulnerable population ages. The risk of landslides assessed by relating the value of losses both house prices and the value of losses suffered on the farm. The results showed that of 33 events there are 20 point landslide landslide occurrence in the upper area of potential landslide SINMAP modeling. With details of what happened to 9 land settlement and the remaining 11 events that befall farmland Vulnerability of people in landslide prone areas are found around 2 at the foot of Mount, 6 location points around the foot of Mount Malabar, and as many as 3 point locations are found at the foot of Mount K.. Disaster risk in the settlement, there are 3 point location at the foot of Mount Wayang, two point locations in Patuha and 5 point location at the foot of Mount Malabar. Losses on farms found 2 at the foot of Mount Patuha, 7-point location at the foot of Mount Malabar and a single location in Mount Kendeng
2011
T29817
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library