Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R.A. Endang Hastarini Indiastoeti Yoedasri Kartika Devi
Abstrak :
Cangkriman adalah soal yang berupa kalimat, cerita, gambar dan sebagainya yang dikemukakan secara samar-samar atau hal yang sulit memecahkannya, yang membutuhkan jawaban. Menurut Ranneft, Cangkriman dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu cangkriman dalam bentuk puisi (CT) dan cangkriman dalam bentuk prosa. Cangkriman dalam bentuk puisi adalah cangkriman yang diungkapkan dalam bentuk tembang Jawa. Sedangkan cangkriman dalam bentuk prosa adalah cangkriman yang diungkapkan dalam bentuk selain tembang. Cangkriman sebagai salah satu karya sastra pasti mempunyai fungsi tertentu, karena setiap karya sastra pasti memiliki fungsi atau manfaat tertentu. Hal ini dikatakan oleh Horace yang dikutip oleh Wellek dan Warren dalam teroi Kesuasastraan (1989 : 25). Masalah sekarang apa fungsi cangkriman. Oleh karena fungsi cangkriman dalam bentuk prosa telah diteliti oleh Wibowo, maka dalam skripsi ini akan dianalisa fungsi CT dengan tujuan untuk mengetahui fungsi CT, sehingga pada akhirnya dapat digunakan untuk menyimpulkan fungsi cangkiriman pada umumnya. Sumber data yang digunakan untuk menganalisa fungsi CT adalah buku Tjangkriman Basa Djawa Ngganggo Tembang, terbitan Bale Poestaka pad atahun 1931, yang terdiri dari 252 bait cangkriman, dalam 12 macam tembang, yang dikumpulkan oleh Ranneft. Buku ini dipilih karena dari 3 buku kumpulan cangkriman yang ditemukan, buku ini paling lengkap dan telah mencakup isi dari buku yang lainnya, selain itu buku ini juga telah dialih aksarakan ke dalam aksara latin. Untuk menganalisa CT ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan melakukan pencarian fungsi dari setiap bait yang kemudian diinventarisasikan, lalu ditentukan fungsi-fungsi yang paling dominan, dominan dan kurang dominan, setelah itu baru ditarik kesimpulan secara keseluruhan. Dari analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa CT mempunyai 3 fungsi, dengan fungsi yang paling dominan adalah untuk mendidik, fungsi yang dominan adalah untuk menguji kepandaian berkias dan yang kurang dominan adalah sebagai hiburan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Untung Yuwono
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini mencoba menelaah puisi-puisi Jawa modern yang dihasilkan oleh penyair perintis Jawa modern tahun 1950-1955. Pembahasan ditekankan pada puisi-puisi yang mengungkapkan sikap pasrah dan tabah. Kajian terhadap puisi-puisi ini diutamakan untuk memperoleh gambaran tentang makna yang terkandung dalam puisi-puisi Jawa modern tahun 1950 sampai dengan 1955. Dari hasil kajian diperoleh gambaran sikap pasrah dan tabah dalam masyarakat Jawa. Pasrah dalam menghadapi kehidupan sehari-hari dan sikap pasrah yang dikaitkan dengan perjuangan bangsa. Sikap pasrah dalam menghadapi kehidupan sehari-hari lebih mencerminkan kepasrahan masyarakat golongan bawah 'petani'. Sikap pasrah dan tabah khususnya di kaitkan dengan kondisi alam dan hubungannya dengan golongan masyarakat kelas atas orang kaya, penguasa dan bangsawan. Sedangkan sikap pasrah yang berkaitan dengan kondisi alam disebabkan kondisi lingkungan hidup yang kurang mendukung untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Kondisi alam yang gersang dan kering memunculkan keputusasaan, kepasrahan dan ketidak berdayaan. Sikap pasrah yang disebabkan oleh dominasi budaya bangsawan menimbulkan sikap rendah diri dikala_ngan masyarakat golongan bawah 'petani'. Secara garis besar, dapat dilihat bahwa kepasrahan yang digambarkan dalam puisi-puisi Jawa modern tahun 1959-1955 diwujudkan dalam sikap rela 'rila', menerima 'narima, dan sabar. Perwujudan sikap pasrah tersebut lebih banyak menampilkan tokoh masyarakat kecil yakni petani dan orang-orang desa yang umumnya digambarkan sebagai manusia yang jujur, tidak banyak menuntut dan bekerja tanpa pamrih.
1996
S11641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Munjin Safari Sidiq
Abstrak :
Penelitian ini membahas kritik sosial pada empat geguritan Sumono Sandy Asmoro dalam Antologi Geguritan Jawa Timur 1981-2008. Penelitian menggunakan pendekatan struktural melalui analisis aspek kebahasaan, sedangkan metode yang digunakan adalah analisis deskriptif. Tujuan penelitian adalah menemukan kritik sosial pada empat geguritan Sumono Sandy Asmoro. Hasil penelitian adalah kritik sosial dalam geguritan disampaikan melalui simbol-simbol alam dan lingkungan, diantaranya kritik terkait dengan identitas budaya Jawa, kepemimpinan, nilai kepedulian, dan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat. ......This research discusses social criticism on four of geguritan Javanese poems composed by Sumono Sandy Asmoro in the Antologi Geguritan Jawa Timur 1981 2008. The study of this search applies astructural approach through linguistic aspects analysis with descriptive analysis as the method. This research aims to expose social criticism contained by four of geguritan composed by Sumono Sandy Asmoro. Through this research, it is expected that social criticism in geguritan which are often symbolized by nature and environment can be revealed, such as criticism related to Javanese cultural identity, leadership, sympathy, and social interaction.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berdila Sheril Inasa
Abstrak :
Kidung Wahyu Kalaseba karya Sri Narendra Kalaseba adalah salah satu karya sastra yang mengandung sikap batin orang Jawa yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu sikap tersebut adalah mengimplementasikan tindakan ‘Memayu Hayuning Bawana’ berdasar pandangan Suwardi Endraswara (2011:50) Memayu Hayuning Bawana adalah watak dan perbuatan yang senantiasa mewujudkan dunia selamat, sejahtera dan bahagia. Rumusan masalah pada penelitian ini bagaimana representasi tindakan atau laku Memayu Hayuning Bawana dalam lirik Kidung Wahyu Kalaseba? Berdasarkan rumusan tersebut, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa tindakan atau laku Memayu Hayuning Bawana dalam Kidung Wahyu Kalaseba dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan dunia yang selamat, sejahtera dan bahagia, sehingga masih memiliki relevansi bagi siapapun yang hendak menerapkannya. Untuk mencapai tujuan penelitian ini menggunakan pendekatan objektif, dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif mengacu pada analisis data Miles dan Huberman (1992). Hasil analisis tekstual ini mendapati bahwa tindakan Memayu Hayuning Bawana yang terdapat dalam Kidung Wahyu Kalaseba dijabarkan melalui pemaknaan konsep spirit culture dengan konsep space culture. Serta dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang dinamis antara teks lirik Kidung Wahyu Kalaseba dengan laku atau tindakan Memayu Hayuning Bawana untuk mewujudkan dunia yang selamat, sejahtera dan bahagia dengan menerapkan konsep Spirit Culture dengan tetap memperhatikan Space Culture dan dapat disimpulkan bahwa tindakan Memayu Hayuning Bawana yang direpresentasikan dalam Kidung Wahyu Kalaseba masih sangat relevan untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari, karena dengan bekal budi pekerti yang luhur itu, masyarakat Jawa memiliki bingkai tingkah laku untuk mewujudkan cita-cita hidup tertinggi mengaplikasikan manunggaling kawula gusti. ......Kidung Wahyu Kalaseba by Sri Narendra Kalaseba which is a literature that consists of javanese people mentality that could be applied on daily life. One of those act was implementing ‘Memayu Hayuning Bawana’ Act, Based on Endraswara (2011:50) Memayu Hayuning Bawana is a character and deeds which always makes the world a safe, prosperous and happy place. The main problem of this research is how to represent the deeds of Memayu Hayuning Bawana in Kidung Wahyu Kalaseba? Based on this problem, the purpose of this research is to prove the deeds of Memayu Hayuning Bawana in Kidung Wahyu Kalaseba can be used to create a safe, prosperous and happy world, so that they still have relevance for anyone who wants to apply it. This research is using an objective approach with a descriptive-qualitative method referring to data analysis by Miles and Huberman (1992). The results of this textual analysis found that Memayu Hayuning Bawana deeds in Kidung Wahyu Kalaseba described with spirit culture and space culture concept. It also can be concluded that there are dynamic connections between Kidung Wahyu Kalaseba and Memayu Hayuning Bawana act to create a safe, prosperous and happy world with applying spirit culture concepts and while still paying attention to space culture concepts. It can be concluded that The deeds of Memayu Hayuning Bawana that represented in Kidung Wahyu Kalaseba is still very relevant to be applied in daily life, because with the deeds of Memayu Hayuning Bawana, the Javanese people have a rule and guidance in the spirit to realize highest aspiration of life with applying Manunggaling Kawula Gusti.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajarrotin Nurhayati
Abstrak :
ABSTRAK Hakikat hidup menjadi permasalahan yang belum tuntas dibahas. Masyarakat Jawa sebagai masyarakat yang religius meyakini bahwa hidup adalah sebuah perjalanan. Seseorang yang sedang melaksanakan perjalanan tidak boleh lupa dari mana asalnya dan ke mana tujuan akhir yang harus dicapainya. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa Tuhan adalah tempat manusia berasal dan ke mana manusia tuju setelah meninggalkan dunia. Oleh karena itu masyarakat Jawa selalu mengingatkan untuk waspada dalam melakukan perjalanan dengan harapan dapat tiba di tujuan dengan selamat. Konsep bersatu atau kembalinya seorang manusia dengan Tuhannya, disebut manunggal, memerlukan penjelasan lebih rinci. Mulai dari, apa itu manunggal? Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan untuk dapat mencapai manunggal? Penelitian ini menggunakan data berupa naskah lontar dengan nomor 14 L 327 dengan judul Een Phil. Naskah Een Phil merupakan salah satu dari koleksi berpeti milik Perpustakaan Nasional dan berasal dari lereng Gunung Merapi-Merbabu. Koleksi naskah Merapi-Merbabu diperkirakan ditulis pada rentang abad ke-16 sampai abad ke-18. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan pengetahuan terkait konsep manunggal dan hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam melaksanakannya dengan menggunakan persepektif religi kejawen. Data penelitian ini berupa naskah sehingga metodologi yang digunakan selama proses penelitian menggunakan langkah kerja filologi. Hasil dari penelitian ini berupa suntingan dan terjemahan teks dan disajikan secara deskritif analisis. Di akhir tulisan ini disimpulkan bahwa terdapat dua hal utama yang harus diperhatikan ketika melaksanakan laku untuk mencapai manunggal yaitu, 1.) bertanya pada seseorang yang mengetahui dan memangku jalan sunyi, 2.) fokus dan waspada dalam melangkah. Kebaruan dalam penelitian ini yaitu munculnya istilah-istilah serapan dalam bidang religi yang merupakan ajaran-ajaran dasar agama Islam. Penelitian ini sebagai salah satu pendukung bahwa dalam skriptorium Merapi-Merbabu juga terdapat naskah dengan unsur beragama Islam. Temuan ini secara tidak langsung menjadi gambaran dari interaksi antara ajaran agama Islam yang baru datang dengan ajaran yang telah dimiliki Masyarakat Jawa yang sebelumnya ada.
ABSTRACT The nature of life becomes a problem that has not been thoroughly discussed. Javanese society as a religious community believes that life is a journey. A person who is traveling must not forget where he came from and where he must end his destination. Javanese people believe that God is where humans come from and where humans go after leaving the world. Therefore, the Javanese people are always reminded to be vigilant in traveling in the hope of arriving safely at their destination. The concept of unity or the return of a human being with his Lord, called manunggal, requires a more detailed explanation. Starting from, what is one? What are the things that need to be considered to achieve manunggal? This study uses data of a palm leaf number 14 L 327 under the title Een Phil. Een Phil Manuscript is one of the collections belonging to the Perpustakaan Nasional RI and comes from the slopes of Mount Merapi-Merbabu. The Merapi-Merbabu collection is estimated to have been written in the 16th to 18th centuries. The purpose of this study is to present knowledge related to the concept of manunggal and what things need to be considered in implementing it by using the religious perspective of kejawen. This research data is in the form of a manuscript so that the methodology used during the research process uses philological work steps. The results of this study are in the form of edits and translations of texts and are presented in a descriptive analysis. At the end of this paper, it is concluded that there are two main things that must be considered when practicing to achieve manunggal, namely, 1.) asking someone who knows and takes jalan sunyi, 2.) focus and be alert in moving. The novelty in this research is the emergence of absorption terms in the religious field which are the basic teachings of the Islamic religion. This research as a supporter that in the Merapi-Merbabu scriptorium there is also a script with elements of the Islamic religion. This finding indirectly illustrates the interaction between the teachings of the new Islamic religion and the teachings that the Javanese community had previously had
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Suprapti
Abstrak :
Penelitian ini mengenai unsur - unsur ajaran yang terkandung dalam naskah Serat Buntas. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengungkapkan unsur - unsur ajaran yang terkandung dalam Serat Buntas, sedangkan tujuan umumnya adalah pertama, agar hasilnya dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin membahas lebih lanjut dan yang kedua untuk memperkenalkan Serat Buntas kepada masyarakat agar lebih diketahui dan dipahami isinya. Metode yang digunakan dalam mengkaji Serat Buntas adalah metode deskripsi analisis yaitu metode untuk menganalisis dan memberikan gambaran yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Hardjowirogo
Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah. Depdikbud, 1980
808.81 HAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Revo Arka Giri Soekatno
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013
808.81 REV k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Sumarni
Abstrak :
Penelitian teks SN yang digolongkan sebagai teks Ilmu Pengetahuan berisi risalah menjadi ayah dan erotisme dihubungkan dengan mistik Islam ini akan menyajikan suntingan teks berdasarkan keadaan naskah-naskah yang diteliti merupakan satu versi dan varian teks. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui naskah yang layak disunting. Penentuan ini berdasarkan pada keadaan naskah, isi naskah, dan varian kata sehingga kemudian ditentukan naskah A, yaitu No. 613-95. Sug.s sebagai teks sumber untuk penyuntingan. Metode kritik teks yang digunakan untuk menyajikan suntingan teks adalah metode landasan, dan alat pengalihaksaraan menggunakan edisi naskah standar. Kesimpulan membuktikan bahwa teks A merupakan teks landasan yang memenuhi syarat untuk disunting. Kandungan isi SN merupakan parikan dan pendidikan seks bagi pria Jawa yang akan berumah tangga. Inti sari teks SN hendaknya dalam berhubungan seks manusia selalu ingat kepada Tuhan sebagai Zat tertinggi yang Maha Pencipta.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Utami
Abstrak :
Dalam kesusastraan Jawa terdapat bermacam-macam jenis karya sastra. Salah satu jenis karya sastra itu adalah karya sastra babad. Babad adalah cerita yang berisi rangkaian peristiwa di masa lalu. Bentuk penulisan babad biasanya berupa puisi, yaitu tembang macapat. Serat Babad Warni-warni merupakan kumpulan cerita babad gubahan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara IV, yang dihimpun oleh Padmasusastra. Isi cerita Serat Babad Warni-warni mengenai pe_sanggrahan di daerah Mangkunagaran dan Surakarta, yaitu terdiri dari : Wonogiri; Giripuro; Tegalgondo; Tasikmadu; Bangsal Tosan; Langenharjo; Karangpandhan dan Sri Katon; Nyanjata Sangsam. Bentuk penulisan Serat Babad Warni-warni adalah puisi, tembang macapat, kecuali cerita Langenharjo yang ditulis dalam cakepan sekar Langengita. Penulisan dalam bentuk sekar seperti yang disebutkan di atas tidak laim dipakai untuk penulisan cerita babad. Serat Babad Warni-warni merupakan kumpulan cerita babad. Pada cerita Giripuro tidak ada satupun unsur kriteria isi cerita babad. Pada cerita Wonogiri, Tegalgondo, Bangsal Tosan, Langenharjo dan Nyanjata Sangsam tidak semua unsur kriteria cerita babad ada. Pada cerita Tasikmadu Berta Karangpandhan dan Sri Katon semua unsur kriteria cerita babad ada. Cerita Giripuro hanyalah menggambarkan deskripsi alam. Cerita Wonogiri dan Nyanjata Sangsam, walaupun tidak semua unsur kriteria isi cerita babad ada, tetap menggambarkan rangkaian peristiwa dengan disertai tahun kejadiannya. Sedangkan cerita Tegalgondo, Bangsal Tosan dan Langenharjo tidak menggambarkan rangkaian peristiwa melainkan keterangan suatu peristiwa didiri-kannya pesanggrahan. Selebihnya isi cerita Serat Babad Warni-warni hanyalah berupa deskripsi alam dan suasana di pesanggrahan. Secara keseluruhan Serat Babad Warni-warni bisa disebut sebagai babad, yang menceritakan peristiwa perjalanan raja ketika bercengkrama di wilayah Mangkunagaran.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>