Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haitani, Kanji
Toronto: D.C. Heath and Company, 1976
330.952 HAI j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Pangestu Sudianingrum
Abstrak :
Suatu kajian tentang persamaaan dan perbedaan etos kerja dan semangat kapitalisme yang terdapat di Jepang dan Eropa. Jepang dapat digolongkan sebagai salah satu bangsa di dunia yang paling berkembang secara ekonomis. Di mata bangsa-bangsa lain, bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa yang hemat, rajin dan suka bekerja keras atau dikatakan mempunyai etos kerja yang tinggi. Sikap yang demikian berlandaskan pada semangat yang terdapat dalam kapitalisme Jepang. Semangat kapitalisme tidak hanya terdapat di Jepang, tetapi juga ditemui di Eropa yang merupakan tempat asal sistem kapitalisme tersebut. Semangat kapitalisme yang ditemui di Eropa mempunyai persamaan dan juga perbedaan dengan kapitalisme yang terdapat di Jepang. Tokoh besar dalam kapitalisme Eropa, Karl Marx, memandang kapitalisme dari konsep kepemilikan, yaitu sebagai hubungan produksi yang terjadi antara golongan pemilik modal atau golongan kapitalis dengan golongan yang tidak memiliki modal atau golongan proletar, dimana golongan kapitalis semakin lama semakin kaya dengan memeras golongan proletar sehingga jurang pemisah antara mereka semakin besar dan dapat menyulut pemberontakan yang dilakukan oleh golongan proletar.Dalam kapitalisme Jepang, konsep kepemilikan yang dikemukakan Ishida Baigan bersifat umum, yaitu,. barang-barang saya adalah milik saya, barang-barang orang lain adalah milik orang lain, apa yang dipinjam harus dikembalikan dan apa yang dipinjamkan harus diterima kembali ... sehingga tidak menimbulkan akibat seperti dalam kapitalisme Eropa. Semangat kapitalisme Eropa, menurut Max Weber, bercikal bakal dari nilai-nilai ajaran agama Protestan yang menekankan tidak adanya kepastian nasib sehingga setiap orang harus bekerja keras agar dapat terpilih sebagai orang yang diselamatkan Tuhan pada hari akhir. Ketidakpastian nasib ini selain memotivasi manusia untuk selalu bekerja keras, di sisi yang lain juga menyebabkan orang terus bertanya-tanya apakah usahanya telah cukup, suatu hal yang dapat mengakibatkan seseorang akhirnya putus asa. Selain itu karena hidup boros adalah dosa besar maka setiap hasil usaha dari bekerja keras tersebut harus dikumpulkan dan digunakan untuk memulai usaha baru. Semangat kapitalisme Jepang bercikal bakal dari ajaran agama Budha dimana bekerja, menurut Suzuki Shosan, dianggap sebagai ibadah dan dengan bekerja manusia menjadi Budha yang berarti pasti mendapat keselamatan. Kepastian nasib inilah yang memotivasi bangsa Jepang untuk terus bekerja keras. Bila dibandingkan, semangat bekerja keras yang terdapat dalam kapitalisme Jepang kemungkinan lebih dapat bertahan lama daripada semangat yang terdapat dalam kapitalisme Eropa. Bila dalam semangat kapitalisme Eropa sikap hemat ditekankan sebagai lawan dari sikap boros yang merupakan dosa besar, dalam semangat kapitalisme Jepang sikap hemat diwujudkan dari pemahaman terhadap alam dimana manusia, menurut Baigan, adalah bagian dari alam semesta sehingga harus hidup selaras dengan alam atau hidup apa adan ya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa skripsi ini membahas persamaan dan perbedaan etos kerja dan semangat kapitalisme yang terdapat di Jepang dan Eropa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kahn, Herman
New York : Thomas Y. Crowell Publishers , 1979
330.952 KAH j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanis Nencyana
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian dalam skripsi ini membahas keadaan ekonomi Jepang yang terjadi selama bubble economy (1986-1989) sebagai bagian dari perkembangan ekonomi Jepang. Perkembangan perekonomian Jepang dibangun melalui fase dalam siklus bisnis Jepang. Bubble economy merupakan salah satu fase dari siklus bisnis Jepang yang kemunculannya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut memberikan perubahan pada perekonomian Jepang selama masa bubble economy yang terjadi pada paruh kedua 1980-an. Perubahan ekonomi yang terjadi adalah fluktuasi harga aset, akumulasi aset, tingkat konsumsi dan perluasan industri. Perubahan keadaan ekonomi tersebut berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Jepang selama paruh kedua 1980-an. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah dalam metode penulisan deskriptif-analitis. Data dikumpulkan dari bahan kepustakaan berupa buku teks, artikel, jurnal, dan sumber internet. Penggunaan grafik dan tabel sebagai pendukung penjelasan perubahan perekonomian Jepang.
Abstract
Research in this thesis discusses the economic situation that occurred during the Japanese bubble economy (1986-1989) as part of the Japan_s economic development. The Japan's economic development is built through a phase in the Japanese business cycle. Bubble economy is one phase of the Japanese business cycle that the emergence is influenced by internal and external factors. Both factors provide a change in the Japanese economy during the era of bubble economy that occurred in the second half of the 1980s. Economic changes that occured are fluctuations in asset prices, asset accumulation, the level of consumption and industrial expansion. Changes in that economic conditions affect Japan's economic growth during the second half of the 1980s. This research uses historical approach with descriptive-analytical writing method. Data collected from library materials in the form of text books, articles, journals, and internet sources. The use of graphs and tables to support the explanation of Japanese economy changes.
2010
S13844
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library