Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ajeng Rosita Kusumastuti
Abstrak :
Bahasa Jepang memiliki variasi ragam bahasa yang penggunaannya dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Pembedaan tersebut tampak dari pemilihan jenis pronomina persona. Terdapat pronomina persona yang khusus digunakan perempuan dan pronomina persona yang khusus digunakan laki-laki. Hal ini sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Perbedaan penggunaan pronominal antara bahasa Jepang dengan Indonesia menimbulkan pertanyaan menyangkut kesesuaian padanan dalam penerjemahan. Melalui sebuah novel berbahasa Indonesia beserta terjemahannya dalam bahasa Jepang sebagai sumber data, diambil penelitian mengenai kesesuaian antara penggunaan pronomina persona pertama tunggal dalam TSa dengan penggunaan pronomina persona pertama tunggal dalam TSu. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu metode yang mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis. Sementara itu, sumber data yang dipakai berasal dari novel berjudul Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari beserta terjemahannya dalam bahasa Jepang berjudul Paruk Mura no Odoriko yang diterjemahkan oleh Shinobu Yamane Berdasarkan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dari novel, disimpulkan bahwa penerjemahan pronomina persona pertama tunggal saya dan aku dalam TSu memunculkan empat variasi pronomina dalam TSa yaitu, pronomina netral watashi (私), dan pronomina khusus laki-laki seperti, boku (僕), ore ( 俺), dan washi ( わし). Kemunculan empat variasi pronomina dalam penerjemahan tersebut dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, usia, situasi, dan hubungan keakraban antara penutur dengan mitra tutur.
Japanese has a variety usage of language that distinguished by gender. That distinguishes seen in the use of personal pronouns. There are personal pronouns which used only by female or male. This is different from Bahasa. The different usage of personal pronouns between Japanese language and Bahasa brings out a question about the equal translation for both languages. Based on an Indonesian novel and its translation as a source, this study is examining the suitable translation for the first personal pronouns, focusing on the usage in source text and target text. This is a study that using a descriptive analysis method. This method describes the facts then will be completed with data analysis. The source text is a novel titled Ronggeng Dukuh Paruk written by Ahmad Tohari which had translated by Shinobu Yamane into Japanese language, Paruk Mura no Odoriko. After analyzing the data, it can be concluded that the translation of first personal pronouns saya and aku in the source text exhibits various pronouns in target text, such as watashi (私) as a neutral pronouns and three male pronouns like boku (僕), ore (俺), and washi (わし). The appearence of these pronouns in the translated novel is caused by several factors such as gender, age, situation, and familiarity between addresser and addressee.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13509
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meri Sa`adah
Abstrak :
Penelitian mengenai kesantunan imperatif bahasa Jepang bertujuan untuk mengamati serta memerikan bentuk-bentuk ujaran dan strategi kesantunan yang digunakan untuk menyampaikan pesan imperatif di dalam bahasa Jepang. Teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah teori Austin (1962) mengenai tindak tutur, teori Grice (1975) mengenai implikatur percakapan, teori Kindaichi Haruhiko (1989) mengenai jenis kalimat dalam bahasa Jepang, teori Leech (1980, 1983) mengenai prinsip kesantunan, serta teori Brown dan Levinson (1978) tentang kesantunan berbahasa. Korpus penelitian berupa komik bahasa Jepang yang berjudul Yasha karya Yoshida Akimi dan Konjaku Monogatari (Ge) karya Mizuki Shigeru. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data ujaran imperatif yang muncul di dalam komik yang kemudian diklasifikasi berdasarkan bentuk ujarannya. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap aspek-aspek di luar kebahasaan dan strategi kesantunan yang digunakan dalam masing-masing ujaran tersebut. Dari analisis data penelitian ini diperoleh temuan bahwa suatu pesan imperatif (perintah) tidak hanya dapat disampaikan dengan menggunakan ujaran dalam bentuk imperatif, tetapi juga dapat disampaikan dengan menggunakan ujaran dalam bentuk deklaratif dan deklaratif-transmisif. Pilihan strategi kesantunan yang digunakan dalam melakukan perintah adalah dengan tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Tindak tutur langsung suatu perintah dituturkan dengan menggunakan ujaran imperatif; sedangkan tindak tutur tidak langsung dituturkan dengan menggunakan ujaran deklaratif dan ujaran deklaratiftransmisif. Temuan lain yang menarik adalah penutur berbahasa Jepang cenderung memilih menggunakan tindak tutur tidak langsung dalam melakukan suatu perintah. Dalam analisis terlihat juga bahwa penutur yang memiliki kedudukan lebih tinggi cenderung memiliki kebebasan untuk memilih ujaran mana yang ingin digunakan dalam memerintah; sedangkan penutur yang berkedudukan lebih rendah justru sebaliknya. Walaupun demikian, ada kalanya pada situasi yang memerlukan keefisiensian ujaran (pada saat mendesak/darurat) penutur yang memiliki kedudukan lebih rendah dapat dengan bebas memilih ujaran yang ingin digunakan (bahkan ujaran yang pada saat normal tidak umum digunakan).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13740
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo: Agency for Cultural Affairs, [date of publication not identified]
R 495.63 DIC (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Safitri Gita Lestari
Abstrak :
Penulisan skripsi ini berfokus pada variasi penggunaan deai no aisatsu (salam pertemuan) oleh penutur bahasa Jepang dan Penutur bahasa Indonesia, yang dilihat dari hubungan solidaritas antara penutur dan mitra tutur. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan data kuantitatif sederhana sebagai penunjang. Dalam penulisan skripsi ini, digunakan metode pengumpulan data berupa kuisioner yang disebarkan kepada 25 responden Jepang yang merupakan mahasiswa BIPA dan mahasiswa Universitas Asia, dan kepada 25 mahasiswa Universitas Indonesia. Dari analisis terhadap hasil kuisioner, dapat disimpulkan bahwa : 1) penutur Jepang lebih banyak menggunakan deai no aisatsu penanda waktu, sedangkan penutur Indonesia lebih banyak menggunakan deai no aisatsu berupa kata sapaan dan aisatsu yang berhubungan dengan situasi ketika peristiwa terjadi; 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan deai no aisatsu adalah solidaritas, power, waktu, dan situasi; 3) Ada juga penggunaan aisatsu seperti お疲れ様ですdanお世話になりますoleh penutur Jepang, dan penggunaan seperti ini tidak ditemukan penggunaannya oleh penutur Indonesia. Sebaliknya ditemukan penggunaan ?Assalamualaikum? oleh penutur Indonesia yang penggunaannya tidak ditemukan di dalam hasil angket penutur Jepang.
The focus of this writing is the variation of greetings usage in Japanese and Indonesian language, which is based on power and distance between speaker and listeners. The purposes of this writing are, to know the variation of greetings usage in Japanese and Indonesian language, the factors which are affect the usage of greetings, and to know are there similarities and differences of the greetings usage in Japanese and Indonesian language. This study is using quantitative and qualitative methods. The data was collected by questioners which had been answered by 25 Japanese respondents who are BIPA students and Asia University students. And 25 Indonesian respondents who are Indonesia University students. The following are analyze results: 1) The Japanese respondent are tend to use time marker greetings, and Indonesian respondent mostly use situational greetings and addresses as greetings; 2) The factors which are affected the use of greetings are distance, power, time when the act is occur, and situation; 3) In Japanese language, there are greetings, for example お疲れ様ですand お世話になりますwhich are not found in Indonesian Language. Contrarily, in Indonesian language are found the use of ?Assalamualaikum? as a greeting. And Japan has not have this kind of greeting and the use of this kind of greeting are not found in Japanese respondent‟s answers.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13679
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Ari Wibowo
Abstrak :
Penelitian ini adalah mengenai penggunaan ?tekureru dan ?temorau dalam konteks uchi/soto. Fokus masalah pada penelitian adalah mengenai hubungan antara pembicara dengan pihak pemberi pada kalimat yang menggunakan ?temorau dan ?tekureru dalam konteks uchi/soto pada serial drama Hotelier. Ada perbedaan di antara Wetzel (1994) dan Sadanobu (2001) mengenai hubungan antara pembicara dengan pihak pemberi pada kalimat yang menggunakan ?temorau. Selain itu, para peneliti seperti Wetzel (1994), Sadanobu (2001), Makino (2002) tidak menjelaskan hubungan antara pembicara dengan pihak pemberi dalam ?tekureru. Berangkat dari permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan teoretis ?Apakah hubungan pembicara dengan pihak pemberi dalam kalimat yang menggunakan kata kerja ?tekureru dan ?temorau pada konteks uchi soto?. Selain itu penelitian ini juga bertujuan melihat pengaruh hubungan antara pembicara dengan kawan bicara pada kalimat dimana pihak pemberi adalah orang ketiga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pada tahapan analisis, penulis mengelompokkan data dengan pola-pola situasi yang sejenis ke dalam kategori umum dan kategori khusus. Pembuatan kaegori ini berdasarkan Metode Padan yang dikemukakan Sudaryanto (1993). Kesimpulan penelitian yang didapat dari data adalah, bila hubungan antara pembicra dengan pihak pemberi adalah soto, maka pembicara cenderung mengunakan ?temorau untuk situasi dimana pihak pemberi/penerima bukan orang ketiga. Sedangkan bila hubungannya adalah uchi, maka pembicara cenderung menggunakan ?tekureru, terutama untuk situasi dimana kawan bicara bukan soto
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13811
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Hayati
Abstrak :
Kata hai tidak hanya dapat digunakan dengan tujuan memberi respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh lawan bicara, tapi juga memiliki beberapa tujuan penggunaan lain yang berbeda sesuai dengan konteks saat kata hai tersebut digunakan. Skripsi ini membahas tujuan penggunaan kata hai yang terdapat dalam komik Kobo-Chan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa mahasiswa pemelajar bahasa Jepang agar lebih memahami tujuan penggunaan kata hai dalam percakapan dalam bahasa Jepang untuk lebih meningkatkan kemahiran berbahasa Jepang.
Hai is not only can be used in response to questions to signal agreement or assent, but also can be used in other situation depended on the contexts. The focus of this study is about the goal of hai using which used in Kobo-Chan comics. This research is qualitative descriptive interpretive. The research suggest that student who learn Japanese language should be more understand about the goal of hai using in conversation, so they can improve their skillful in Japanese language.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13712
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library