Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Beta Eridani
Abstrak :
Penelitian mengenai novel Sansho Dayu sebagai paparan Rekishi Banare karya Mori Ogai telah dilakukan pada bulan Januari sampai buian Juli 1989. Tujuannya adalah untuk mengetahui dengan jelas kaitan antara novel Sansho Dayu dengan sebuah karya esseinya yang berjudul Rekishi Sonomama to Rekishi Ranare. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan pada perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan perpustakaan The Japan Foundation Jakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara essei Rekishi Sonomama to Rekishi Banare dengan novel Sansho Dayu. Karena Novel Sansho Dayu merupakan pengungkapan dari Rekishi Banare, suatu metode penulisan karya yang mengambil data-data sejarah sebagai titik tolak penulisan dengan mengembangkan imajinasi pengarang secara bebas.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S13515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Ibrahim
Abstrak :
Novel Yuki no Hanashi (cerita tentang salju) dapat dikatakan sebagai salah satu karya Takeda Rintaro yang baik, karena novel ini menggambarkan sikap Takeda Rintaro menjauhi kesusastraan proletar. Skripsi ini bertujuan memberikan gambaran kehidupan Takeda Rintaro dan sejauh mana pengaruh pemikiran kesusasteraan proletar terhadap diri Takeda Rintara dan karya-karyanya. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakan (Library research), dengan membaca buku-buku teks, kritik sastra, dan lain-lain yang berhubungan dengan tema skripsi ini. Kegiatan kesusasteraan proletar di Jepang terlangsung pada akhir zaman Taisho sampai awal zaman Showa. Kesusasteraan proletar ialah kesusasteraan pembaharuan berdasarkan pemikiran proletar yang banyak dipengaruhi pemikiran komunis yang bertujuan menghancurkan kaum kapitalis dan faham kapitalisme menuju ke arah sosialisme yang banyak dilakukan oleh kaum buruh dan rakyat kecil yang merasa dirugikan oleh kaum kapitalis yang menguasainya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S13770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Febriani
Abstrak :
Zaman Meiji juga disebut sebagai Zaman Kesusastraan Pulang Kampung. Kampung Halaman pada zaman Meiji bergeser dari yang semula berarti ' seseorang dilahirkan dan dibesarkan menjadi daerah pedesaan. Pergeseran ini berhubungan urbanisasi besar-besar yang terjadi pada zaman Meiji, yang diilhami oleh paham shin shusse ( mencari kesuksesan, nama besar0. paham ini tertulis dalam buku kumon no Susume dan Saikoku Risshihen yang mengajurkan para muda untuk Cari risshim shusse di Tokyo.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dazai, Osamu
New York: A New Direction Book, 1956
895.63 OSA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tamalia Arundhina
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memahami sebuah masalah sosial Jepang yaitu hikikomori dan untuk mengetahui tentang minimnya peranan orangtua dalam kehidupan anak melalui pemahaman akan sebuah karya Tatsuhiko Takimoto yang berjudul NHK ni Youkoso! baik dalam novel ataupun kehidupan nyata. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan, sedangkan dalam analisa dicoba menggunakan teori Sosiologi Sastra yang dikembangkan oleh Rene Wellec dan Austin Warren tentang sosiologi sastra yang berkaitan dengan isi, tujuan, dan hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra tersebut yang berhubungan dengan masalah sosial, teori Tamaki Saito tentang hikikomori yang mendefinisikan hikikomori sebagai suatu keadaan bukan nama penyakit atau diagnosis dan teori Meguro Yoriko seorang pakar keluarga Jepang yang mengatakan bahwa kehidupan keluarga Jepang sudah berubah menjadi kehidupan indivudialitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang seharusnya menjadi teladan untuk anak-anaknya sudah mulai kehilangan kualitas sebagai orangtua yang baik. Dalam novel, peran serta orangtua tokoh utama yang merupakan pelaku hikikomori sangatlah minim bahkan tidak ada, hal tersebut menyebabkan keadaan hikikomori tokoh utama terus berlanjut. Minimnya peran serta orangtua terhadap perkembangan kesembuhan pelaku hikikomori juga terjadi pada kehidupan nyata. Begitu juga dengan kurangnya komunikasi antar orangtua dan anak merupakan salah satu penyebab utama terjadinya hikikomori. Kurangnya komunikasi antar orangtua dan anak terjadi karena kehidupan keluarga yang sudah berubah menjadi kehidupan individualitas. Dengan kehidupan keluarga yang sudah berubah inilah yang menyebabkan kurangnya peran serta orangtua dalam kehidupan anak.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Akutagawa Ryuunosuke adalah salah satu dari sekian banyak pengarang Jepang yang berhasil. Rashomon, Nana dan Fume no Ito adalah tiga dari sekian banyak karyanya. Ketiga karya Akutagawa Ryuunosuke ini mengandung unsur egoisme. Dalam Rashomon dikisahkan seorang genin yang harus memilih antara tetap hidup tetapi berbuat jahat ataukah mati. Keputusan genin, akhirnya sangat dipengaruhi oleh ucapan tokoh lain yaitu seorang nenek. Tentu saja pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi kadar egoisme yang terdapat dalam diri genin. Dalam Rana dikisahkan bagaimana seorang pendeta yang masih mempunyai egoisme, padahal seharusnya memikirkan penyampaian ajaran agama. Di sini Akutagawa menyatakan bahhwa di dalam diri manusia ada perasaan yang saling berlawanan. Di satu pihak tidak akan tega melihat kesu_litan orang lain tetapi di pihak lain juga tidak suka melihat orang yang kesulitan itu terlepas dari lilitan_nya. Dalam kumo no Ito dikisahkan seorang penjahat besar bernama Kandata yang ditolong benang Laba-laba untuk keluar dari neraka. Namun karena Keegoisannya is jatuh kembali ke neraka. Melalui kisah ini, Akutagawa Ryuuno_suke menyampaikan bahwa egoisme bukan saja akan merugikan orang lain, tetapi juga dapat merugikan diri sendiri.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Rustin Rahayuni
Abstrak :
Mori Ogai, merupakan salah satu pengarang besar dalam Kesusastraan Jepang Modern, yang hidup pada masa Jepang tengah gencar-gencarnya melaksanakan pembaharuan di segala bidang, yakni yang disebut Restorasi Meiji (1868). Pada saat masuk ke dinas ketentaraan yang bertugas sebagai dokter, ia mendapat tugas belajar ke Jerman. Sesuai dengan suasana Jepang yang pada masa itu tengah membuka diri dan condong ke Eropa dan Amerika, Ogai pun tumbuh sebagai orang yang mempunyai pemikiran Eropa. Ketika di Jerman, ia telah mulai mengarang, dan karya pertamanya, Maihime, merupakan karya besar yang sampai sekarang masih banyak diteliti. Setelah pulang kembali ke Jepang, Ogai masih terus melanjutkan menulis, sehingga ia pun memutuskan untuk menjadi seorang pengarang disamping masih dinas sebagai dokter tentara, dan menghasilkan banyak karya. Novel Saigo no lkku, yang dibahas pada penulisan skripsi ini merupakan karyanya yang ditulis pada tahun 1915. Di dalamnya berkisah tentang seorang anak perempuan bernama Ichi, yang lahir sebagai anak tertua, yang berusaha menolong ayahnya yang akan dihukum gantung, dengan mengorbankan dirinya beserta adik-adiknya untuk menggantikan menjalani hukuman itu. Dalam usahanya itu, dia benar-benar memikirkannya sendiri, dan apa yang akan diperbuatnya itu telah dia perhitungkan sebelumnya. Ternyata, apa yang dilakukannya itu membuat para penguasa menjadi berfikir lebih lanjut terhadap kasus ayah Ichi ini, hingga akhirnya usaha Ichi tidak sia-sia, karena ayahnya tidak jadi dihukum mati, tetapi dihukum buang. Di dalam novel ini, Ogai ingin menyampaikan kepada pembaca, bahwa didalam tindakan Ichi ini, ada
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S13582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyaningsih Peni Lestari
Abstrak :
Giongo dan Gitaigo merupakan salah satu aspek bahasa Jepang yang menarik bagi para pembelajar bahasa Jepang yang berbahasa ibu bahasa Indonesia Namun karena jumlahnya yang begitu banyak sementara padanannya dalam bahasa Indonesia sangat terbatas, kadang-kadang giongo dan Gitaigo ini menjadi salah satu kendala pada saat belajar bahasa Jepang. Giongo dan gitaigo yang terdiri dari empat suku kata dengan bentuk pengulangan utuh dua suku kata awal merupakan Giongo dan gitaigo yang paling banyak ditemukan dalam novel Madogiwa No Tottochan yaitu sebanyak 54 buah. Namun dengan mengetahui bentuk giongo dan gitaigo, tidak berarti mengetahui makna yang terkandung dalam giongo dan gitaigo tersebut. Penelitian tentang hubungan antara bentuk giongo dan gitaigo yang terdiri dari empat suku kata dengan bentuk pengulangan utuh dua suku kata awal dengan makna yang terkandung di dalamnya, menggunakan konsep yang dilemukakan oleh Shoko Hamano yang terdapat dalam The Sound-Symbolic System Of Japanese. Hamano membuat suatu kesimpulan bahwa distribusi atau letak konsonan maupun vokal di dalam giongo dan gitaigo, mempengaruhi makna yang terkandung dalam giongo dan gitaigo tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara distribusi atau letak konsonan maupun vokal di dalam giongo dan gitaigo dengan makna yang terkandung dalamnya. Namun tidak semua data menunjukkan makna sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Hamano. Ada beberapa perkeeualian yaitu pads giongo dan gitaigo seperti Bura-bura, gowa-gowa dan yore-yore. Adapun secara umum dapat diambil kesimpulan sebagai benkut: Pengulangan bentuk dasar secara utuh menunjukkan makna suatu gerakan atau kegiatan yang dilakukan berulang kali atau berkelanjutan; menunjukkan makna obyek yang rnelebar atau mengembang; juga menunjukkan makna keadaan yang tetap atau statis. Konsonan awal yang mengalami palatalisasi seperti kyo atau cho menunjukkan makna adanya sifat yang kekanak-kanakan. Ada 33 kombinasi konsonan dan 16 kombinasi vokal yang ditemukan dalam 54 giongo dart gitaigo yang dianalisa dalam Bab III Penjelasan makna vokal yang dikemukakan oleh Hamano kurang spesifik atau terperinci sehingga lebih sulit untuk menguraikan makna berdasarkan kombinasi vokal dibandingkan dengan analisa berdasarkan kombinasi konsonan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mugiyanti
Abstrak :
Akutagawa Ryuunosuke adalah seorang sastrawan Jepang terkenal hidup pada tahun 1889 sampai tahun 1927. Ia dila_hirkan pada tahun 1889 di Tokyo dan lulus dari Universitas Kerajaan Tokyo pada tahun 1916. Ia meninggal dunia karena bunuh diri dengan minum obat tidur secara over dosis. Meskipun ia hidup dalam waktu singkat, tetapi ia banyak meninggalkan karya-karya bermutu, yang sebagian be_sar berupa cerita pendek. Karyanya banyak yang telah di_terjemahkan ke berbagai bahasa di dunia, bahkan ada juga yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, misal_nya Hana (Hidung), Kappa (Kappa), dan Rashomon (Rashomon). Yang dapat dikatakan mewakili karya-karyanya antara lain: Rashomon, Hana, Imogayu, Kumo no Ito, dan Yabu no Naka. Novel Hana dan Imagayu mendapat pujian dari Natsume Soseki, yaitu salah seorang guru Akutagawa. Dari karya Akutagawa bahkan ada yang telah difilmkan oleh sutradara Jepang terkenal yang bernama Kurosawa Aki_ra, dengan.judul Rashomon, dan mendapat penghargaan (grand prize) pada Festival Film ke-15 di Venice, Italia pada tahun 1951. Film Rashomon merupakan karya paduan dari novel yang berjudul Rashomon dan Yabu no Naka. Dalam film Ra_shomon, Kurosawa mengambil Yabu no Naka untuk dijadikan alur cerita, yaitu mengenai konflik-konflik yang ditimbul_kan sehubungan dengan adanya peristiwa kematian seseorang. Sedangkan dari karya Akutagawa yang berjudul Rashomon, di_ambil judulnya, suasana dan latar belakang, dan karakter orang-orang yang membicarakan kejadian pembunuhan dan yang mempermasalahkan antara kebenaran dan kesalahan serta ke_wajiban-kewajibannya. Dalam skripsi ini, penulis akan membahas karya Akuta_gawa yang berjudul Yabu no Naka (Di Dalam Semak). Karya ini disadur dari Konjaku Monagatari, sebuah cerita rakyat pada zaman Heian (794-1192) dan dimuat dalam majalah Shin_shico edisi Januari 1922. Yabu no Naka yang terdapat di Konjaku Monogatari ber_kisah mengenai sepasang suami istri yang sedang melakukan perjalanan. Di tengah jalan mereka bertemu dengan seorang pemuda yang membawa pedang bagus, sehingga si suami tadi berkeinginan untuk menukarkan busur dan panah miliknya dengan pedang itu. Akan tetapi setelah penukaran terjadi, sewaktu mereka masuk ke dalam semak, tiba-tiba pemuda itu membentangkan anak panah dan siap membidikkannya ke arah suami istri itu. Suami itu benar-benar terkejut, dan tidak dapat berbuat apa-apa. Lalu pemuda itu mengikat suami itu di akar pohon, dan memperkosa istrinya. Setelah adanya peristiwa itu, si istri tidak mempercayai suaminya lagi kare_na si suami tidak dapat dijadikan tempat berlindung. Si istri minta dikembalikan ke kampung halamannya di Tanba no Kuni. Sampai akhir cerita, tidak diketahui pemuda itu sia_pa. Yabu no Naka, versi Akutagawa merupakan rekaan baru, yang didalamnya diikutkan berbagai tokoh yang memberikan kesaksian sehubungan dengan adanya suatu peristiwa di da_lam semak, yaitu diketemukannya mayat seorang samurai. Ide penulisan ini dicetuskan oleh Akutagawa sewaktu ia berada dalam kondisi puncaknya, pada saat ia mengalami kegun_cangan jiwa. Ia mencoba mengeluarkan Yabu no Naka versi baru yang temanya pun telah diperbaharui. Di dalam Yabu no Naka ini, pengarang tampaknya mencoba mencari apakah kebe_naran obyektif itu ada atau tidak. Di dalam Yabu no Naka karya Akutagawa, dikisahkan mengenai kesaksian 7 orang di pengadilan sehubungan dengan diketemukannya mayat seorang samurai di dalam semak. Ke-7 orang itu adalah: 1. Si penebang pohon, orang yang menemu_kan mayat di dalam semak. 2. Pendeta Budha, orang yang bertemu dengan pasangan suami istri yang pada keesokan harinya diketemukan mayat si suami itu di dalam semak. 3. Seorang prajurit polisi, yaitu orang yang menangkap Tajo_maru seorang penjahat yang dituduh telah membunuh si samurai. 4. Seorang perempuan tua, sebagai ibu mertua si samu_rai. 5. Tajomaru, si penjahat yang mengaku bahwa dialah orang yang membunuh si samurai. 6. Orang yang datang ke kuil Kiyomizudera (Masago), sebagai istri si samurai, yang .juga telah mengaku membunuh suaminya sendiri. 7. Kesaksian si samurai yang telah meninggal melalui mulut seorang du_kun (kesaksian Takehiro). Dia bersaksi bahwa dia bunuh diri. Dari kesaksian 7 orang, dalam bahasan skripsi ini penulis akan berpusat pada 3 orang kesaksian saja yaitu, kesaksian Tojomaru, kesaksian Masago, dan kesaksian Ta_kehiro melalui mulut seorang dukun, karena mereka merupa_kan tokoh yang penulis anggap penting dalam kaitannya dengan pokok bahasan Yabu no Naka. Setelah membaca beberapa karya Akutagawa, penulis merasa tertarik dengan salah satu hasil karyanya yang ber_judul Yabu no Naka. Karena karya ini isi ceritanya menarik untuk dijadikan pokok bahasan skripsi ini. Yabu no Naka mirip dengan cerita detektif, akan tetapi berbeda dengan cerita detektif biasa. Pada cerita detektif biasanya si tersangka akan berusaha sekuat tenaga untuk menyangkal segala tuduhan terhadapnya, tetapi di akhir cerita si pelaku akan mengakui tuduhan-tuduhan itu dan akan diketa_huilah pelaku yang sebenarnya dikarenakan adanya bukti kuat beserta kesaksian orang lain. Akan tetapi hal ini tidak akan ditemui dalam novel Yabu no Naka. Di dalam semak diketemukan mayat si samurai dengan 1 tusukan di dadanya. Di dalam pengadilan ada 2 orang yang mengakui bahwa dialah yang membunuh si samurai itu. Sedangkan si samurai sendiri melalui mulut seorang dukun bersaksi bahwa dia bunuh diri. Sampai akhir cerita kita tidak tahu siapa penyebab kematian samurai itu. Nam-paknya Akutagawa pun tidak mempermasalahkan apa yang menja_di penyebab kematiannya, dibunuh ataukah bunuh diri. Jadi menurut penulis disinilah letak menariknya isi cerita Yabu no Naka dalam hal pencarian kebenaran obyektif.
Depok: Universitas Indonesia, 1991
S13732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Primawati
Abstrak :
ABSTRAK
Tanizaki Junichiro adalah seorang sastrawan romantisisme yang hidup saat sedang meluasnya naturalisme di Jepang. la berhasil memantapkan dirinya sebagai seorang penulis beraliran romantisisme meskipun awalnya ia mendapatkan kesukaran karena perbedaan pandangannya dengan sastrawan naturalisme.

Ciri khas dari karya-karya Tanizaki adalah penonjolan estetika dan pelukisan tokoh wanita. Demikian pula dalam cerpennya Shisei ia melukiskan seorang wanita yang tak berdaya tetapi menyembunyikan kekuatan dan keindahan yang misterius. Dalam unsur estetika pada Shisei terasa juga mengandung sifat erotis dan sadisme. Masalah estetika, erotika dan sadisme dalam Shisei menjadi unsur yang saling terkait dan Tanizaki dapat menggabungkan menjadi suatu rangkaian cerita yang menarik.
1995
S13932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library