Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kyoto, Japan: Kyoto International Research Center for Japanese Studies, 1990
304.6 INT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Iskadarwati
Abstrak :
Berbagai perubahan yang mewarnai sektor ekonomi, sosial masyarakat, politik maupun kebudayaan menandai masa peralihan pemerintahan di awal zaman Meiji. Prioritas utama pemerintah untuk melaksanakan industrialisasi menarik arus urbanisasi ke daerah-daerah industri. Sementara kebijakan pajak pertanahan yang baru hanya semakin menekan kaum petani. Didorong oleh keinginan untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga sekaligus mencari pengalaman hidup di luar negeri, dimulailah proses emigrasi orang Jepang ke Amerika Utara. Kesempatan untuk bepergian ke luar negeri menjadi lebih terbuka dengan berkuasanya Kaisar Meiji. Meskipun emigrasi awal orang Jepang ke Amerika Utara tidak dapat diketahui secara pasti, namun emigrasi secara resmi dianggap dimulai sejak tahun 1884. Kehadiran emigran Jepang di Amerika Utara pada mulanya tidak begitu menarik perhatian masyarakat kulit putih. Namun sejak jumlah emigran Jepang melonjak dengan pesat dan peran mereka terlihat secara menyolok di beberapa negara bagian tertentu, mulailah muncul reaksi yang menentang kehadiran mereka. Perasaan sentimen kepada emigran Jepang berkembang menjadi Gerakan Anti Orang Jepang. Hal ini lebih didorong dengan timbulnya rasa takut terhadap kemungkinan ekspansi militer Jepang ke Amerika. Emigran Jepang sendiri yang sebagian besar buta mengenai permasalahan yang sedang terjadi di crania, tidak berusaha mengatasi kritik yang dilancarkan kepada gaya hidup mereka. Mereka tetap merasa enggan untuk beradaptasi dan berbaur dengan penduduk kulit putih. Karena pandangan dekasegi roda yang mereka miliki. Mereka Jadi kurang berusaha untuk mempelajari pemikiran, pandangan hidup maupun tata cara kehidupan orang kulit putih. Usaha pendukung gerakan anti orang Jepang untuk mengeluarkan emigran Jepang akhirnya berhasil dengan diluluskannya Undang-undang Imigrasi 1924, dan menghenti_kan emigrasi orang Jepang ke Amerika sampai ditetapkannya undang-undang imigrasi yang baru di tahun 1946.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayan Suyana
Abstrak :
Dalam masyarakat Jepang, budaya saling tukar menukar pemberian sudah sangat umum dikenal. Banyak sekali kesempatan-kesempatan dimana kebiasaan ini dilaksanakan, baik kesempatan-kesempatan yang berhubungan dengan keadaan-keadaan khusus seperti pernikahan, kelahiran dan kematian, maupun pada saat-saat yang umum seperti ketika mengunjungi tetangga, teman atau relasi. Kebiasaan di atas termasuk dalam kerangka sistem pertukaran (reciprocity) dimana orang-orang atau pihak-_pihak yang terlibat di dalamnya berinteraksi secara sosial, memberi, menerima dan membalas kembali pemberian. Kebiasaan di atas dilatarbelakangi oleh pemikiran orang Jepang mengenai On, Giri dan Ninjo. On, Giri dan Ninjo merupakan etika yang melandasi perilaku dalam interaksi sosial orang Jepang. Konsep On, Giri dan Ninjo menekankan adanya kewajiban sosial maupun moral yang dipikul seseorang untuk mengembalikan semua anugerah dan pemberian yang telah diterimanya dari orang lain. Dengan kata lain, konsep On, Giri dan Ninjo berhubungan dengan rasa keberhutangan seseorang. On berlaku diantara dua orang (pihak) yang memiliki hubungan hierarkis, sedangkan giri bisa berlaku diantara orang yang memiliki status lama (sederajat). Pemenuhan kewajiban On dan Giri ini sangat diperhatikan oleh orang Jepang.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Coutrier, Imelda E.V.
Abstrak :
Skripsi ini berjudul Terakoya Wadah Pendidikan Masyarakat Biasa pada Jaman Tokugawa. Pemilihan tema ini dilatarbelakangi alasan bahwa pendidikan Jepang sebenarnya telah dimulai dalam waktu yang lama dan pada jaman Tokugawa pendidikan sangat berkembang ditandai banyaknya jumlah sekolah dari berbagai jenis. Selain itu pada jaman Tokugawa angka buta huruf sangat rendah. Masalahnya sekarang bagaimana sebenarnya bentuk dan pelaksanaan Terakoya pada masa Tokugawa. Dalam penguraian Skripsi ini pertama kali dikemukakan latar belakang masyarakat Jepang yang ditinjau dari sudut sosial, budaya, politik, ekonomi dan kesusastraan yang sedikit banyak berpengaruh pada pendidikan Jepang. Hal yang terutama dalam latar belakang ini adalah pembagian kelas masyarakat Shinokosho yaitu samurai, petani, tukang dan pedagang. Pendidikan pada masa Tokugawa berdasarkan kepada pembagian kelas masyarakat tersebut. Sekolah untuk kaum samurai terdiri dari : Sekolah Bakufu, Hanko dan Shijuku sedangkan sekolah untuk kaum non samurai yaitu kelas petani, tukang dan pedagang terdiri dari : Terakoya dan Gogaku. Pada mulanya Terakoya berkembang pada jaman Muromachi (abad 15) dan dilaksanakan di kuil Buddha. Akan tetapi pada perkembangannya Terakoya tidak lagi dilaksanakan di kuil Buddha tetapi di rumah-rumah penduduk dan isi pelajarannya juga tidak ada hubungannya dengan agama Buddha. Terakoya merupakan wadah pendidikan yang mengajarkan pendidikan dasar yaitu menulis, membaca dan berhitung yang diperuntukkan bagi masyarakat biasa. Terakoya menyebar dengan pesat sampai ke`kota-kota kecil diseluruh Jepang. Akan tetapi perkembangan Terakoya yang tepat tidak dapat dibuat karena data-data yang ditemukan diragukan kebenarannya. Tetapi perkiraan yang paling mendekati ialah 40% laki-laki dan 10% perempuan sudah bersekolah. Guru-guru Terakoya mengajar dirumahnya sendiri dengan maksud sukarela untuk mengembangkan pengetahuan, sebagai sambilan, atau sebagai mata pencaharian utama. Sebenarnya guru tersebut sudah mempunyai status sebagai samurai, pendeta Buddha dan Sinto. dokter atau masyarakat biasa. Rata-rata satu Terakoya mempunyai murid sebanyak 30 orang. Tidak ada penetapan besarnya uang sekolah yang harus dibayarkan orang tua kepada guru. Hubungan guru dan orang tua lebih dari sekedar hubungan ekonomi. Uang, hadiah dan pembedaan jasa diberikan orang tua sesuai kemampuan orang tua. Murid-murid belajar menggunakan rumah guru dan tidak ada pembedaan antara murid perempuan dan laki-laki. Murid-murid diajarkan latihan menulis sederhana, membaca dan berhitung serta ajaran moral dan disiplin. Latihan membaca dan menulis memakai buku teks yang di sebut Oraimono. Banyak Oraimono yang ditemukan pada jaman ini, tetapi dilihat dari isinya Oraimono juga mencerminkan keadaan masyarakat pada jaman itu yang terbagi berdasarkan kelas sosial. Pendidikan dalam Terakoya yang menyebar ke seluruh negeri dalam jumlah besar mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan Jepang sehingga Jepang dapat berkembang seperti sekarang ini. Meskipun banyak juga wadah pendidikan lain, tanpa Terakoya belum tentu rakyat Jepang dapat menyerap pengetahuan dari luar negeri yang digalakkan pada waktu Restorasi Meiji untuk mencapai modernisasi.
Depok: Universitas Indonesia, 1991
S13574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwira Hernandita
Abstrak :
Penelitian mengenai sistem kekerabatan dozoku dan shinzoku telah dilakukan sejak bulan Januari 1990. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui struktur hubungan kekerabatan dozoku dan shinzoku dengan skala keluasan dan kedalam_annya dan juga untuk membuktikan bahwa struktur kekerabatan orang Jepang dengan terhapusnya ia dari Undang-Undang Sipil Jepang tidak mengalami perubahan. Untuk sampai pada tujuan penulisan digunakan metode penelitian kepustakaan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk mengeta_hui sistem kekerabatan orang Jepang sebelumnya perlu mema_hami struktur keluarga tradisional Jepang yang dikenal de_ngan sistem ini kemudian akan berkembang dan meluas membentuk sebuah kelompok kekerabatan dozoku yang anggotanya terdiri tidak hanya terdiri dari mereka yang memiliki hu_bungan darah saja, tetapi mereka yang tidak memiliki hubung_an darah pun dapat menjadi anggota dozoku. Sementara itu, shinzoku yaitu jalinan kekerabatan yang ada di dalam dozoku didasarkan pada hubungan darah baik dekat maupun jauh serta hubungan perkawinan. Sistem kekerabatan ini masih menjadi pedaman hidup masyarakat Jepang.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Institute of Pacific Relations , 1941
330.952 INS i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mitchel, Kate L.
New York: Alfred A. Knoff , 1942
338.095 2 MIT j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shirahase, Sawako
Abstrak :
Japan was the first Asian country to become a mature industrial society, and throughout the 1970s and the 1980s, was viewed as an ‘all-middle-class society’. However since the 1990s there have been growing doubts as to the real degree of social equality in Japan, particularly in the context of dramatic demographic shifts as the population ages whilst fertility levels continue to fall. This book compares Japan with America, Britain, Italy, France, Germany, Sweden and Taiwan in order to determine whether inequality really is a social problem in Japan. With a focus on impact demographic shifts, Sawako Shirahase examines female labour market participation, income inequality among households with children, the state of the family, generational change, single person households and income distribution among the aged, and asks whether increasing inequality and is uniquely Japanese, or if it is a social problem common across all of the societies included in this study. Crucially, this book shows that Japan is distinctive not in terms of the degree of inequality in the society, but rather, in how acutely inequality is perceived. Further, the data shows that Japan differs from the other countries examined in terms of the gender gap in both the labour market and the family, and in inequality among single-person households – single men and women, including lifelong bachelors and spinsters – and also among single parent households, who pay a heavy price for having deviated from the expected pattern of life in Japan. Drawing on extensive empirical data, this book will be of great interest to students and scholars interested in Japanese culture and society, Japanese studies and social policy more generally.
London: Routledge, 2013
e20497038
eBooks  Universitas Indonesia Library