Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Rizky Aulia
"
ABSTRAKPasca tragedi pada tanggal 14 Juli 2016 di Nice yang menewaskan 86 orang, tiga puluhan commune di daerah pesisir Prancis berbondong-bondong menerapkan kebijakan anti -burkini. Kebijakan ini diadakan tidak hanya untuk menjaga keamanan daerah, namun juga sebagai bentuk konsistensi pemerintah daerah dalam menerapkan sekularisme di Prancis. Akan tetapi, pada tanggal 26 Agustus 2016, Conseil d rsquo; tat CE mengeluarkan surat perintah untuk mencabut kebijakan itu. Kebijakan anti-burkini bukanlah simbol agama tampak pertama yang dilarang di Prancis. Pada tahun 2004, Prancis menerapkan larangan jilbab di sekolah-sekolah umum yang dilanjutkan dengan larangan pemakaian burqa pada tahun 2010. Pencabutan kebijakan burkini pada tahun 2016 memperlihatkan perubahan sikap pemerintah Prancis terhadap simbol keagamaan tampak. Bagian akhir artikel ini menunjukkan bahwa perubahan sikap itu bertujuan untuk melindungi penduduk Muslim Prancis dan mencegah berkembangnya ekstremisme di Prancis
ABSTRACTAfter the Bastille Day tragedy on 14th July 2016 in Nice that killed 86 people, around 30 municipalities in France decided to implement an anti burkini policy. This policy was adopted in order to maintain regional security, as well as an act of consistency towards the French la cit . However, on 24th August 2016, the French Court demanded the policy to be suspended. The burkini ban wasn rsquo t the first time for the French Government to ever ban any ostentatious religious symbols. On 2004, the ban on headscarves in public schools was approved, along with the 2010 ban on burqas. Suspension of the burkini ban in 2016 has shown an inconsistency by the French Government towards ostentatious religious symbols. In the end of this article, it is indicated that the change of attitude towards an ostentatious religious symbol was necessary to protect the French Muslim citizens and to prevent further acts of extremism. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Nadia Luthfiani
"
ABSTRAKIslamofobia di Prancis muncul seiring dengan banyaknya aksi teror oleh kaum militan Islam di dunia dan terus bertambahnya jumlah muslim di Prancis. Sejak saat itu, pemerintah Prancis menerapkan beberapa peraturan terkait Islam dan muslim, seperti peraturan mengenai cara mereka berpakaian. Salah satu dari peraturan tersebut adalah UU No. 2010-1192 11 Oktober 2010 tentang pelarangan penggunaan penutup wajah. Tulisan ini menjelaskan penerapan dan dampak dari UU tersebut sebagai kebijakan pemerintah Prancis dalam menghadapi masalah islamofobia. Nyatanya, UU ini tidak mampu meredam masalah islamofobia di Prancis, tetapi justru meningkatkan angka islamofobia itu sendiri. Hal itu karena semakin banyak isu ini diangkat ke muka publik, semakin banyak pula aksi islamofobia yang terjadi.
ABSTRACTIslamophobia in France has risen in occurrence following recent terrorism by Islamic militants in the world and increased number of muslim in the nation. Since then, the French government has legitimized several acts pertaining to Islam and muslim, such as regulations on clothing. One of the acts, Act No. 2010 1192 of 10 October 2010, restrict the use of face covering. This paper rsquo s objective is to expound on the practice and the effect of specific Act as a policy for dealing with islamophobia. In reality, this Act has not been able to subside the issue of islamophobia in France but rather has increased the number of islamophobics. This is because the more the issue of islamophobia is raised publicly, the more islamophobia related incidents occurs. "
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Tussy Mutyandini
"
ABSTRAK<>br>
Islamophobia merupakan salah satu masalah yang terjadi di Prancis dalam waktu yang lama. Rasa takut dan benci yang diberikan kepada umat Muslim di Prancis selalu datang dan sulit untuk dihindari. Hal ini jelas membuat kehidupan umat Muslim di Prancis terancam. Seiring dengan serangan yang terus diberikan, umat Muslim di Prancis pun tidak tinggal diam. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperlihatkan bagaimana aksi perlawanan yang diberikan oleh umat Muslim di Prancis dalam memerangi islamophobia di Prancis. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bentuk gerakan-gerakan perlawanan terhadap islamophobia yang terus bermunculan untuk melindungi umat Muslim sebagai warga negara Prancis dan mewujudkan keadilan di Prancis.
ABSTRACT<>br>
Islamophobia is one of the problems that occurred in France for a long time. Fear and hatred given to Muslims in France are always coming and difficult to avoid. This obviously makes the life of Muslims in French threatened. Along with the attacks that always happened, Muslims in France did not stay silent. The purpose of this study is to show how the insurgency by Muslims in the fight against islamophobia in France. The results obtained in this study is a resistance movements against islamophobia in the beginning of 21st century that keeps popping up to protect Muslims as French citizens and deliver justice in the country."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Nisa Nurlita Husna
"Penelitian ini membahas mengenai kritik seputar Islamofobia yang terjadi di tengah masyarakat Prancis dalam lagu rap karya grup IAM yang berjudul Pain au Chocolat. IAM merupakan grup rap asal Prancis yang kerap mengangkat tema-tema sosial dalam karyanya. Lagu Pain au Chocolat merupakan sebuah lagu dalam album Art Martiens yang dirilis pada tahun 2013. Lagu ini, menurut anggota IAM, merupakan respon terhadap sebuah polemik dengan nama yang sama, Pain au Chocolat, yang terjadi di Prancis pada tahun 2012. Polemik ini berawal dari pidato Jean-François Copé, Presiden Partai UMP, di Draguignan yang dianggap berbau Islamofobia oleh sejumlah masyarakat. Pidato Copé menyinggung adanya kaitan antara sebuah tindak kriminalitas yang ia saksikan dengan bulan Ramadhan yang merupakan momen penting bagi umat muslim. Melalui lagu ini pula, IAM menceritakan adanya ketakutan dan kekhawatiran oleh sejumlah masyarakat Prancis atas Islam dan umat muslim sesuai dengan apa yang mereka saksikan dalam kehidupan sosial. IAM juga menguraikan dampak negatif yang terjadi atas perdebatan seputar agama yang selama beberapa waktu terakhir terus terjadi di Prancis.
This essay studies criticisms on Islamophobia that happens in French society in the rap song of group IAM, entitled Pain au Chocolat. IAM is a French rap group that often brings some social themes in their works. Pain au Chocolat is a song from the album Art Martiens, released in 2013. This song, according to IAM’s members, is a response to the polemic with the same name, Pain au Chocolat, which has occurred in France in 2012. The polemic originated from the speech of Jean-François Copé, the President of UMP Party, in Draguignan, is considered as Islam phobic statements by some people. In his speech, Copé mentioned a link between a crime he witnessed and Ramadan (fasting month), an important moment for Muslims. Through this song, IAM also tells the fear and anxiety of some French people towards Islam and Muslims that they have seen in social life. Moreover, IAM expresses into words the negative impacts that may arise from debates regarding religion in France"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Manurung, Hana Chaterein Immanuela
"Laïcité merupakan konsep sekularisme yang telah berkembang dan dianut oleh Prancis sejak lama. Prinsip laïcité menekankan pemisahan secara ketat urusan agama dengan negara. Konsep ini mengatur kehidupan dan kebebasan beragama di Prancis (Kiwan, 2023). Undang-undang nomor 2004-228 tanggal 15 Maret 2004 merupakan salah satu implementasi konsep laïcité. Undang-undang ini mengatur penggunaan atau pemakaian atribut keagamaan di Prancis. Akan tetapi, semakin lama peraturan ini semakin berkembang dan terus membatasi penggunaan atribut khususnya milik umat Muslim, seperti pelarangan penggunaan jilbab, penutup wajah burqa dan niqab, pakaian renang burkini, dan pada tahun 2023 pelarangan penggunaan baju panjang abaya di institusi pendidikan Prancis oleh Gabriel Attal. Artikel ini akan membedah pernyataan-pernyataan dari Gabriel Attal dan Emmanuel Macron yang menunjukkan adanya ketakutan tertentu, serta melihat hal yang melatarbelakangi munculnya peraturan ini, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif milik Creswell (2014) dan teori Analisis Wacana Kritis milik Van Dijk (2015). Temuan dalam penelitian ini menunjukkan adanya motif tertentu dari Gabriel Attal di balik pelarangan abaya, yang mana hal ini memberikan keuntungan politik kepadanya. Selain itu, pernyataan-pernyataan milik Gabriel Attal dan Emmanuel Macron sebagai kepala negara yang negatif terhadap kaum Muslim memengaruhi pandangan masyarakat Prancis.
Laïcité is a concept of secularism that France has developed and embraced for a long time. The principle of laïcité emphasizes the strict separation of religion from the state. This concept regulates life and religious freedom in France (Kiwan, 2023). The law number 2004-228 dated March 15, 2004 is one of the implementations of the concept of laïcité. This law regulates the use or wearing of religious attributes in France. However, over time this regulation has grown and continues to restrict the use of attributes especially belonging to Muslims, such as the ban on the use of headscarves, burqa and niqab face coverings, burkini swimsuits, and in 2023 the ban on the use of abaya long dresses in French educational institutions by Gabriel Attal. This article analyzes statements from Gabriel Attal and Emmanuel Macron that show a certain fear, and looks at the background of the emergence of this regulation, using Creswell's qualitative research method (2014) and Van Dijk's Critical Discourse Analysis theory (2015). The results of this study show that Gabriel Attal has certain motives behind the abaya ban, which gives him political benefits. In addition, Gabriel Attal's and Emmanuel Macron's statements as head of state that are negative towards Muslims influence the perception of the French people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library