Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Gibb, Hamilton A.R., Sir
Djakarta: Tintamas, 1952
297.8 GIB a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Abdalhaqq Bewley
Depok: Pustaka Adina, 2006
297.09 ABD h
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Sekulirisme merupakan salah satu dari gerakan yang paling penting dalam sejarah modern, membantu membedakan Barat tidak saja dari Abad Pertengahan dan era yang lebih kuno, tetapi juga dari wilayah kultural di dunia lainnya. Negara Barat modern merupakan muncul sebagian besar karena pilihan sekulerisme; bagi sebagian pilihan ini sebagai pilihan yang menggembirakan, dan menyedihkan bagi sebagian yang lain. Memahami dengan lebih baik sejarah dan kondisi alamiah sekulerisme membantu orang dapat memahami peran dan pengaruhnya dalam masyarakat akhir-akhir ini. Kendati nilai penting yang dikandungnya, selalu saja tidak ada kesepakatan tentang apa sesungguhnya sekulerisme itu. Problem itu sebagian terletak pada konsep 'sekuler' yang dapat digunakan dengan pengertian ang tidak tunggal. Sebagai sebuah doktrin, sekulerisme umumnya digunakan untuk menggambarkan pandangan filsafat yang membentuk etikanya sendiri tanpa merujuk pada dogma agama, dan sekulerisme memunculkan perkembangan sains dan seni pada kehidupan manusia.
KONSTAINT 9:1 (2012)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003
297.67 IAI
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Nasr Hamid Abu Zayd menerapkan konsep penafsiran al-Qur'an melalui kebebasan berpikir terhadap teks-teks al-Qur'an, dan ia mengikuti pemikiran Mu'tazilah yang menegaskan bahwa al-Qur'an adalah makhluq. Dalam bukunya yang berjudul "Mafhum an-Nash", terdapat hal-hal yang membingungkan, bahkan ia menyatakan bahwa al-Qur'an adalah produk budaya, hingga akhirnya dituduh sebagai orang yang murtad. Dan pemikiran Abu Zayd dipengaruhi oleh pemikir-pemikir Barat. Bahwa metode penafsiran yang didengungan oleh Nasr Hamid Abu Zayd terhadap teks al-Qur'an sangat membingungkan, dan ia juga menegaskan bahwa penafsiran pada teks al-Qur'an dan Injil adalah sama. Dan Nasr Hamid Abu Zayd juga merujuk pada orientalis yang merivisi pemahaman terhadap al-Qur'an sebagai wahyu Allah. Dan ia menempatkan Nabi Muhammad sebagai penulis al-Qur'an. Hal itulah yang memunculkan pertanyaan kenapa Muslim dan penafsir tidak saja mempertanyakn al-Qur'an secara kontektual.
KONSTAINT 9:1 (2012)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library