Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hurgronje, Christiaan Snouck, 1857-1936
Jakarta: INIS, 1996
297.959 8 HUR k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Jika tanda keaslian suatu agama yaitu pembelaannya pada manusia, jelas bahwa Islam adalah agama kemanusiaan. Apa yang menjadi keinginan manusia dalam hidupnya di sini dan di sana kelak, juga menjadi perhatian agama ini. Ia diyakini dapat membimbing pemeluknya tetap pada martabat kemanusiaan yang luhur. Maka beriman kepada Allah tanpa sikap positif pada manusia belum-lah iman dalam arti yang sebenarnya. Kaum sufi amat menghargai nilai-nilai kemanusiaan, karena al Qur'an menjadikan istilah rahmah sebagai tema sentral, dan karena menekankan sisi terdalam agama membuat mereka menemukan keagungan Rahmah-Nya. Dalam al Mu'jam....dikatakan, rahmah dan derivasi kata-kata yang seakar dengannya seperti rahman, rahim, yarhamun, turhamun, arham al rahimin, dll. disebut al Qur'an hingga 341 kali. Dalam Fath al Rahman dikatakan, kata rahmah dengan segala derivasinya diulang al Qur'an sebanyak 329 kali. Dalam karya-karya Ibn 'Arabi, terutama Futuhat dan Fusus, banyak sekali dijumpai ungkapan, "rahmat Tuhan terlebih dahulu dibandingkan murka-Nya." Dengan doktrin wahdat al-adyan, al-Hallaj bin Ibn 'Arabi menegaskan pentinganya memahami persamaan dan kesatuan (segi esoterik atau transenden) agama-agama, hingga secara sosiologis akan timbul kehidupan keagamaan yang harmonis dan penuh toleransi, yang dapat menjadi modal untuk melakukan kerja-kerja kemanusiaan. Bagi kaum sufi, arti ketuhanan harus sejajar dengan peri-kemanusiaan yang dalam Al-Quran selalu beriman dan beramal saleh. Maka strategi dakwah yang relevan sepanjang masa adalah dakwah yang lembut, humanis dan penuh kearifan. Itulah strategi dakwah Nabi yang membuat kaum paganis Arab rela memeluk Islam. Di masa kejayaan tasawuf Islam, banyak non-Muslim yang tersentuh oleh ajaran-ajaran humanis-universal kaum sufi kemudian memeluk Islam secara sukarela dan senang."
JTW 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Schimmel, Annemarie, 1922-2003
Jakarta: Pustaka Firdaus , 2000
297.4 SCH mt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mazhahiri, Ayatullah Husain
Jakarta: Lentera , 2000
297.5 MAZ jt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Bumi Aksara, 1995
297.64 FIL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Al-Qarni, Aidh Abdullah
Jakarta: Sahara, 2004
297.43 ALQ s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Muhammad Ahmadi
"Pesantren yang merupakan subkultur bangsa Indonesia tentunya mempunyai struktur sosial sendiri yang unik. Kiai adalah tokoh sentral pesantren yang memimpin dan berdiri sebagai imam, guru juga pemilik lembaga pendidikan yang bernama pesantren. Sehingga kiai memiliki otoritas yang penuh terhadap persantren yang dipimpinnya. Tak berlebihan kalau kemudian kiai disebut sebagai salah satu dari agen perubahan sosial yang ada dalam pesantren dan juga cultural broker bagi pesantren. Sebagai sebuah organisasi, pesantren tidak hanya kiai yang disebut aktor. Ada beberapa aktor dalam pesantren, salah satunya adalah ibu nyai yaitu istri kiai pemilik atau pengasuh pesantren.
Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta adalah pesantren salaf yang didalamnya tradisi Islam NU sangat kental. Pendidikan klasikal masih menjadi metode pendidikan dalam pesantren tersebut. Peran kiai masih dominan sebagaimana layaknya pesantren pada umumnya. Tetapi ada beberapa ibu nyai dalam pesantren ini juga memiliki peran yang tidak kalah dengan kiai. Sebab ibu nyai tidak digambarkan sebagai pendamping kiai saja tetapi ada peranan yang ibu nyai mainkan karena ibu nyai termasuk dalam elit pesantren yang tentunya memiliki power sebagaimana layaknya elit sosial dalam masyarakat.
Seberapa ibu nyai dalam pesantren Al Munawwir ini turut serta untuk memberikan arti dalam perjalanan pesantren. Dimana ibu nyai turut berperan serta dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pesantren. Peran ibu nyai yang menonjol dalam pesantren merupakan basil dari proses yang berlangsung dalam diri ibu nyai. Adanya persepsi yang dimilikinya dan struktur sosial pesantren yang saling berinteraksi ditambah dengan adanya motif dan situasi serta kondisi yang mendukung membuat ibu nyai dapat melakukan reproduksi dan memainkan perannya dengan kesadarannya sendiri. Tak dapat dinafikan adanya dorongan dari aktor-aktor lain dalam pesantren yang mendorong ibu nyai.
Human capital yang dimiliki oleh ibu nyai membuat ibu nyai dapat memberdayakan dirinya dan membuatnya lebih berperan dalam komunitas pesantren. Saat ibu nyai telah mendapatkan tempat dan legitimasi dari komunitas pesantren sebagai alit ibu nyai dapat membawa angin perubahan bagi pesantren. Ibu nyai sebagai perempuan sanggup mengalokasikan power dalam tindakan sosialnya. Otoritas power yang dimiliki ternyata dimanfwkan sedemikian rupa oleh ibu nyai walaupun ibu nyai mendapatkan tantangan sebagai konsekuensi logis ketika ada sekelompok orang yang bplum siap.
Pesanlren salaf tidak seperti dibayangkan selama ini sebagai sesuatu yang ortodok dan kaku yang mengkungkung peran dan kebebasan perempuan. Di pesantren ini peran ibu nyai ternyata tidak lepas dari legitimasi yang diberikan oleh komunitas pesantren terlebih adanya kiai yang memberikan legitimasi tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>