Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gabriella Juli Lonardy
Abstrak :
ABSTRAK
Defisiensi besi menganggu proses eritropoiesis sehingga dapat berlanjut menjadi anemia defisiensi besi. Defisiensi besi dan anemia didefinisikan berdasarkan indikator status besi, berupa parameter hematologi dan biomarka darah, yaitu hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV, MCH, MCHC, dan retikulosit. Salah satu faktor penyebab terjadinya defisiensi besi pada ibu hamil adalah kurangnya asupan zat besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat besi dan status besi ibu hamil trimester 1 yang diukur melalui kadar hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV, MCH, MCHC, dan retikulosit. Rancangan penelitian adalah potong-lintang pada trimester 1 kehamilan. Asupan zat besi diukur menggunakan metode food frequency questionnaire dan 24 hour recall. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan kedua variabel. Terdapat 120 sampel ibu hamil, 53,3 berpendidikan tinggi, 58,3 bekerja, dan median usia 28 tahun. Nilai median asupan zat besi pada seluruh sampel adalah 10,64 mg. Sebanyak 86,67 sampel tidak memenuhi kecukupan asupan zat besi pada ibu hamil trimester 1 berdasarkan AKG 26 mg/hari. Sebanyak 8,33 sampel mengalami anemia Hb0,05 . Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan zat besi dan status besi ibu hamil pada trimester 1.
ABSTRACT
Iron deficiency disrupts erythropoiesis process that leads to iron deficiency anemia. Iron deficiency and anemia are defined by iron status indicator, in the form of hematological parameters and blood biomarkers, such as hemoglobin, hematocrite, ferritin, MCV, MCH, MCHC, and reticulocyte count. One of the factors causing iron deficiency in pregnant women is inadequate iron intake. This research aims to assess the relationship between iron dietary intake and iron status of pregnant women in 1st trimester. Iron status is measured by the value of hemoglobin, hematocrite, ferritin, MCV, MCH, MCHC, and reticulocyte. This research implemented a cross sectional design during the 1st trimester of pregnancy. Iron dietary intake was assessed by food frequency questionnaire and 24 hour recall. Spearman correlation analysis was used to identify the relationship between the two variables. There were 120 samples of pregnant women, 53.3 were high educated, 58.3 were employed, with the age median of 28 years old. The median of iron dietary intake is 10.64 mg, with 86.67 of samples did not meet the Recommended Dietary Allowance of 26 mg. There were 8,33 of pregnant women with anemia Hb0.05 . It was concluded that iron dietary intake is not related to iron status of pregnant women in 1st trimester.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamed Amshar
Abstrak :
ABSTRAK
Pubertas terlambat merupakan salah satu komplikasi utama pada pasien thalassemia mayor. Penyebab utama pubertas terlambat pada pasien thalassemia mayor adalah penumpukan besi pada kelenjar hipofisis. Selain itu, anemia kronis pada pasien thalassemia mayor juga dapat menyebabkan pubertas terlambat. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara profil besi dan kadar hemoglobin pra-transfusi dengan status pubertas pasien thalassemia mayor remaja di Pusat Thalassemia RSCM. Metode: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional yang melibatkan 47 pasien thalassemia mayor dengan rentang usia 13-18 tahun untuk pasien perempuan dan 14-18 tahun untuk pasien lelaki di Pusat Thalassemia RSCM. Profil besi subjek ditentukan dari kadar feritin serum dan saturasi transferin subjek. Status pubertas subjek ditentukan berdasarkan Tanner Staging. Hasil & Diksusi: Berdasarkan kadar feritin serum, terdapat 47 (100%) subjek yang mengalami kelebihan besi, dengan 35 (75%) diantaranya mengalami kelebihan besi berat. Nilai median feritin serum subjek adalah 3645 (1415-12636) ng/mL. Berdasarkan saturasi transferin, sebesar 36 (77%) subjek mengalami kelebihan besi, dengan nilai median saturasi transferin sebesar 85 (28-100)%. Terdapat 42 (89%) subjek yang mengalami anemia, dengan nilai median kadar hemoglobin pra-transfusi sebesar 8,0 (4,8-9,5) g/dL. Pubertas terlambat ditemukan pada delapan (17%) subjek. Secara statistik, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara feritin serum dengan status pubertas (p = 0,183), saturasi transferin dengan status pubertas (p = 0,650), dan kadar hemoglobin pra-transfusi dengan status pubertas (p = 0,932). Berdasarkan hasil tersebut, profil besi dan kadar hemoglobin pra-transfusi tidak berhubungan dengan status pubertas pasien thalassemia mayor remaja di Pusat Thalassemia RSCM.
ABSTRAK
Introduction Delayed puberty is a major complication in thalassemia major patients. Delayed puberty occurs due to accumulation of iron in the pituitary gland. In addition, chronic anemia in thalassemia major patients can cause delayed puberty.Objectives This study aims to find the association between iron profile and pre transfusion hemoglobin level with pubertal status in adolescent thalassemia major patients in Thalassemia Centre RSCM.Methods This was a cross sectional study that involved 47 thalassemia major patients aged 13 to 18 years for female patients and 14 to 18 years for male patients in Thalassemia Centre RSCM. Iron profile was determined from serum ferritin level and transferrin saturation. Pubertal status was determined by Tanner Staging.Results Discussion Based on serum ferritin level, 47 100 subjects had iron overload, in which 35 75 subjects had severe iron overload. The median of serum ferritin level was 3645 1415 12636 ng mL. Based on transferrin saturation, 36 77 subjects had iron overload. The median of transferrin saturation was 85 28 100 . Forty two 89 subjects were found anemic. The median of pre transfusion hemoglobin level was 8,0 4,8 9,5 g dL. Delayed puberty occurred in eight 17 subjects. Statistically, no significant associations were found between serum ferritin level and pubertal status p 0.183 , transferrin saturation and pubertal status p 0.650 and pre transfusion hemoglobin level and pubertal status p 0,932 . Based on the results, iron profile and pre transfusion hemoglobin level are not associated with pubertal status in adolescent thalassemia major patients in Thalassemia Centre RSCM.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nur Laili Mayang
Abstrak :
ABSTRAK
Stunting merupakan pertumbuhan tidak normal karena kekurangan zat gizi kronis selama masa kehamilan sampai 2 tahun pertama kehidupan. Anak yang stunting memiliki metabolisme yang rendah dan menghambat oksidasi lemak sehingga berisiko tinggi mengalami kegemukan di usia 3-5 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan terhadap kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang Tahun 2018. Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional, menggunakan data sekunder Gizi dan Kesehatan Balita dengan jumlah sampel 279 yang didapatkan setelah melakukan teknik purposive sampling dengan kriteria eksklusi anak lahir tidak cukup bulan. Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara membuat kaji etik dan surat permohonan kepada pemilik data. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa prevalensi stunting pada anak usia 0-23 bulan mencapai 21,1. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menemukan perbedaan bermakna kejadian stunting berdasarkan asupan energi OR= 2,059; 95 CI 1,145-3,705 , asupan zink OR= 2,987; 95 CI 1,641-5,435 , dan asupan zat besi OR= 4,246; 95 CI 2,172-8,301 pada anak usia 0-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang. Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa asupan zat besi sebagai faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 0-23 bulan setelah dikontrol oleh variabel jumlah balita, asupan zink, keberagaman makanan, ASI eksklusif, asupan energi, praktik BAB keluarga, pendidikan ibu, jumlah keluarga, asupan protein. OR= 3,392; 95 CI 1,373-8,376 . Berdasarkan hasil penelitian, saran bagi suku dinas yaitu mengkampanyekan peningkatan asupan zat besi selama 1000 HPK, bagi puskesmas dan posyandu untuk melakukan pengukuran panjang badan dan penyuluhan ke masyarakat tentang pentingnya asupan zat besi bagi anak dan ibu hamil. Selanjutnya, saran untuk peneliti lain adalah melakukan penelitian lebih luas serta membandingkan antara pedesaan dan perkotaan serta melakukan 3 kali food re-call untuk mengetahui asupan makan anak secara keseluruhan.
ABSTRACT
Stunting is an abnormal growth due to chronic malnutrition during pregnancy until the first two years of life. Stunting children have a low metabolism and inhibit the oxidation of fat so that high risk of obesity children age 3 5 years. The objective of this research is to determine the dominant factor related with stunting occurrence among children aged 0-23 months in Babakan Madang district in 2018. The research was descriptive study with cross sectional design that using secondary data of Nutrition and Health of toddler and include 279 children taken after doing purposive technique sampling with the exclusion criteria of pre term birth. Secondary data collection is done by making ethical clearance and application letter to data owner. The results showed prevalence of stunting in children aged 0-23 months was 21.1. The results of bivariate analysis with chi square test found significant differences stunting incidence based on energy intake OR 2.059 95 CI 1.145 3,705 , zinc intake OR 2,987 95 CI 1,641 5.435 , and iron intake OR 4,246 95 CI 2.172 8.301 . Furthemore, multivariate analysis with binominal logistic regression showed iron intake as a dominant factor of stunting occurrence among children aged 0 23 months after controlled by other variable of number of toddler, zinc intake, food diversity, exclusive breastfeeding, energy intake, family laterine, mother education, number of family, and protein intake OR 3,392 95 CI 1.373 8.376 . Based on this research, the recommendations for Suku Dinas Kesehatan are to appeal for increase iron intake during 1000 HPK, for puskesmas and posyandu to measurement body length and counseling to the community about importand iron intake for child and pregnant mother. And then, the advice for researchers are more extensive research and compare between rural and urban and use 3 times food re call to know the overall intake of children.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Iron physiology and pathophysiology in humans provides health professionals in many areas of research and practice with the most up-to-date and well-referenced volume on the importance of iron as a nutrient and its role in health and disease. This important new volume is the benchmark in the complex area of interrelationships between the essentiality of iron, its functions throughout the body, including its critical role in erythropoiesis, the biochemistry and clinical relevance of iron-containing enzymes and other molecules involved in iron absorption, transport and metabolism, he importance of optimal iron status on immune function, and links between iron and the liver, heart, brain and other organs. Moreover, the interactions between genetic and environmental factors and the numerous co-morbidities seen with both iron deficiency and iron overload in at risk populations are clearly delineated so that students as well as practitioners can better understand the complexities of these interactions. Key features of the volume include an in-depth index and recommendations and practice guidelines are included in relevant chapters. The volume contains more than 100 detailed tables and informative figures and up-to-date references that provide the reader with excellent sources of information about the critical role of iron nutrition, optimal iron status and the adverse clinical consequences of altered iron homeostasis.
New York: Springer, 2012
e20426496
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Asiyah Mutmainnah
Abstrak :
ABSTRAK
Asupan zat besi yang tidak adekuat merupakan faktor risiko terjadinya anemia defisiensi besi. Skripsi ini merupakan penelitian dengan desain studi cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan zat besi. Pada penelitian ini melibatkan responden sebanyak 189 siswi SMA Negeri 5 Depok. Pengumpulan data asupan zat besi melalui wawancara food recall 3x24 jam. Data dianalisis secara bivariat menggunakan uji t-independen dan regresi korelasi linier, sedangkan secara multivariat dianalisis menggunakan uji regresi linier ganda. Analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan asupan zat besi yang signifikan berdasarkan pengetahuan gizi, konsumsi suplemen zat besi, persepsi citra tubuh, dan keterpaparan media massa. Pengetahuan gizi yang cukup, konsumsi suplemen zat besi, persepsi citra tubuh positif, dan peran keterpaparan media massa akan meningkatkan asupan zat besi.
ABSTRAK
Inadequate iron intake was a risk factor for iron deficiency anemia. This research used cross sectional design that aims to identify factors relation to iron intake. The study was conducted on 189 female students Senior High School 5. Iron intake was measured by 3x24 hours food recall. The data was bivariate analyzed by t-independent test and regression linier test, and multivariate analyzed by double regression linier test. Bivariate analyzes showed that there was significant difference of iron intake based on nutrition knowledge, iron supplement consumption, body image, and role of mass media. Good nutrition knowledge, iron supplement consumption, positive body image, and role of mass media sufficient to improve iron intake.
2016
S64186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library