Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sjenvee Audrey Emmanuella
"At the forefront of cast iron production in Europe, Germany boasts a robust industry that plays a pivotal role in the manufacturing sector. Cast iron, a fundamental material in engineering and construction, exhibits exceptional properties crucial for automotive parts, pipes, and machinery. The categorization of cast iron according to graphite morphology, specifically in the case of cast iron with vermicular or nodular graphite, requires a precise desulphurization process and magnesium has been the preferred desulphurization agent. The overdependence on magnesium, a resource largely dominated by China, has created significant challenges. The scarcity and geopolitical implications of magnesium supply chain have spurred the exploration of alternative desulphurization methods.
In response to magnesium dependency, ongoing researches focus on finding subitution have been conducted and CaO, commonly known as lime, is one of the promising substitute. The EKALGU Project by the University of Duisburg Essen and partner companies has demonstrated lime's effectiveness in replacing magnesium for desulphurizing cast iron. However, the alkaline nature of lime conflicts with the acidic refractory materials integral to the process, such as SiO2 or silicon dioxide and Al2O3 or aluminum oxide. This disharmony raises concerns about potential reactions, including compound formation and refractory lining erosion.
This research aims to unveil the implications arising from the interaction between lime slag and acidic refractory materials during the desulphurization of cast iron. By identifying challenges, this study serves as a foundational exploration, offering insights to guide future investigations in overcoming the identified hurdles. As this topic is further explored, the knowledge gained is anticipated to significantly influence the future progress of the German cast iron industry.

Jerman merupakan manufaktur cast iron terbesar di Eropa. Cast iron, bahan dasar dalam rekayasa dan konstruksi, menunjukkan sifat-sifat luar biasa yang sangat penting untuk suku cadang otomotif, pipa, dan mesin. Klasifikasi cast iron berdasarkan morfologi grafit, khususnya pada cast iron dengan grafit vermicular atau nodular, memerlukan proses desulfurisasi yang teliti, dan magnesium telah lama menjadi agen desulfurisasi yang disukai. Ketergantungan berlebihan pada magnesium, sumber daya yang didominasi oleh Tiongkok, telah menciptakan tantangan signifikan. Kelangkaan dan implikasi geopolitik dari pasokan magnesium telah mendorong eksplorasi untuk mencari metode desulfurisasi alternatif.
Sebagai respons terhadap ketergantungan pada magnesium, penelitian terus dilakukan dan terfokus pada pencarian substitusi dari magnesium. CaO yang biasa dikenal sebagai kapur atau lime, menjadi salah satu alternatif yang menjanjikan. Proyek EKALGU yang dilakukan oleh Universitas Duisburg Essen dan perusahaan mitra telah membuktikan efektivitas kapur dalam menggantikan magnesium untuk desulfurisasi cast iron. Namun, sifat alkalin kapur dapat menimbulkan masalah dengan bahan refraktori asam dalam proses tersebut, seperti silikon dioksida dan aluminium oksida. Ketidakharmonisan ini menimbulkan kekhawatiran tentang reaksi potensial, termasuk pembentukan senyawa dan erosi lapisan refraktori.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap implikasi yang timbul dari interaksi antara slag kapur yang bersifat basa dan bahan refraktori yang bersifat asam selama desulfurisasi cast iron. Dengan mengidentifikasi tantangan, studi ini berfungsi sebagai eksplorasi dasar, memberikan wawasan untuk membimbing penyelidikan masa depan dalam mengatasi hambatan yang diidentifikasi. Seiring dengan eksplorasi lebih lanjut mengenai topik ini, pengetahuan yang diperoleh diharapkan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemajuan masa depan industri cast iron di Jerman.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farras Syuja
"Studi ini bertujuan untuk mendeteksi terbentuknya DNA adduct 8-OHdG (8-hidroksi-2’-deoksiguanosin) yang merupakan salah satu biomarker dari kerusakan DNA dan mengkonfirmasi adanya efek sinergis antara paparan xenobiotik parakuat diklorida dengan logam berat seperti besi(II) dan timbal(II). Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan salah satu basa DNA (2’-deoksiguanosin), dengan H2O2, parakuat diklorida, Fe(II) dan Pb(II) melalui reaksi fenton dan fenton-like. Setiap sampel diberikan perlakuan dan kondisi yang sama yaitu pada variasi pH 7,4 dan 8,4 dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. Analisa pembentukan 8-OHdG dalam sampel dilakukan menggunakan instrument HPLC fasa terbalik dengan detektor uv-vis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa parakuat dapat berinteraksi dengan basa 2-deoxyguanosine dan menginduksi pembentukan 8-OHdG. Logam Fe(II) dan Pb(II) memberikan efek yang sinergis dengan parakuat diklorida, hal ini dibuktikan dengan bertambahnya nilai konsentrasi 8-OHdG yang terbentuk ketika ditambahkan logam tersebut. Paparan parakuat diklorida, Fe(II) dan Pb(II) berkontribusi pada pembentukan ROS dan mengarah ke tingkat pembentukan 8-OHdG yang lebih tinggi. Selain itu, kondisi pH juga mempengaruhi pembentukan 8-OHdG. Hal ini dibuktikan dengan nilai konsentrasi 8-OHdG yang lebih tinggi pada sampel yang memiliki pH 8.4 dibandingkan pH 7.4. Dalam studi in vivo dilakukan dengan menggunakan kelompok tikus putih (Rattus norvegicus) galur sprague dawley yang diberikan paparan parkuat diklorida, Pb(II) dan Fe(II) melalui rute ingesti (oral) selama 28 hari. Kemudian sampel urin dan serum diambil setiap minggu dan dilakukan analisis pembentukan 8-OHdG menggunakan ELISA KIT dan LC-MS.

This study aims to detect the formation of DNA adduct 8-OHdG (8- hydroxy-2’-deoxyguanosine), one of the biomarkers of DNA damage, and to confirm the synergistic effect of xenobiotic exposure of paraquat dichloride and heavy metals such as Fe(II) and Pb(II). This in vitro study was done by reacting one of the bases in DNA (i.e., 2’-deoxyguanosine) with H2O2, paraquat dichloride, Fe(II), and Pb(II) through  Fenton and Fenton-like reactions. Each sample was treated equally in the same condition, namely the variations of ph 7.4 and 8.4, and was incubated for 24 hours at a temperature of 370C. The 8-OHdG formation analysis was made using reverse-phase HPLC with a uv-vis detector. The mobile phase in this study was the buffer solution of natrium phosphate 10 mM pH 6.7 with methanol. This study found that paraquat can interact with base 2’-deoxyguanosine and induce the formation of 8-OHdG.  Fe(II) and Pb(II) exhibited a synergistic effect with paraquat dichloride, as indicated by the increase in 8-OHdG concentration when the metals were added. This study showed that paraquat dichloride, Fe(II), and Pb(II) contribute to the formation of ROS and lead to formation of higher 8-OHdG concentrations. In addition, pH level also appears to affect the 8-OHdG formation, proven by the higher 8-OHdG concentration in samples with pH 8.4 when compared to samples with pH 7.4. In an in vivo study, a group of white rats (Rattus Norvegicus) of the Sprague Dawley strain were exposed to paraquat dichloride, Pb(II) and Fe(II) via the ingestion (oral) route for 28 days. Then urine and serum were taken every week and analyzed for the formation of 8-OHdG using ELISA KIT and LC-MS."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library