Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hariyadi B. Sukamdani
Abstrak :
Usaha akomodiasi telah dikenal sejak lama, sejak manusia mulai membutuhkan jasa penginapan untuk mendukung kegiatan yang terjadi jauh dari tempat tinggalnya. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, usaha akomodasi tersebut berkembang menjadi industri perhotelan dengan berbagai jenisnya untuk melayani kebutuhan spesifik dari berbagai konsumen.

Kelompok usaha Z atau dapat disebut KUZ adalah suatu kelompok usaha di Indonesia yang mempunyai beberapa kegiatan usaha dan unit usaha yang menonjol adalah perhotelan. Pada awal tahun 1992 kelompok usaha ini mempunyai 11 hotel yang tersebar di beberapa wilayah indonesia. Hotel-hotel yang dimiliki oleh KUZ sebagian besar adalah Business/City Hotel yaitu 9 unit dan Resort Hotel 2 unit.

Dengan berkembangnya perekonomian Indonesia maka diperlukan adanya tambahan kamar dalam dunia perhotelan nasional untuk menampung peningkatan jumlah konsumen baik dalam negeri maupun luar negeri yang bertujuan bisnis atau wisata. Persaingan duni perhotelan semakin keras dengan masuknya investor asing yang mempunyai International Hotel Chain dengan jaringan pemasaran internasional yang kuat. Dalam menghadapi persaingan tersebut KUZ harus dapat mengantisipasi dengan baik, alternatif terbaik bagi KUZ adalah memperbesar kapasitas kamar untuk memperluas pasar pada waktu yang sedini mungkin.

Dalam usaha untuk memperbesar kapasitas kamar tersebut diperlukan investasi yang cukup besar. Mulai akhir tahun 1990. Kondisi perekonomian Indonesia kurang menguntungkan karena pemerintah berusaha untuk menekan laju inflasi yang cukup tinggi dengan menarik dana yang eredar dimasyarakat melalui instrumen SBI, sehingga terjadi pengurangan uang beredar dan menyebabkan meningkatnya suku bunga pinjaman pada lembaga perbankan. Kondisi demikian dikenal dengan sebagai Tigh Money Policy atau Kebijakan Uang Ketat.

Kebijakan uang ketat tidak menguntungkan bagi dunia usaha terutama yang menghasilkan devisa, termasuk dalam hal ini adalah dunia perhotelan, karena rencana untuk melakukan investasi menjadi tertunda sedangkan peluang menarik wisatawan dan usahawan asing untuk berkunjung ke Indonesia cukup besar.

Dalam kondisi yang tidak menguntukan tersebut untuk mebiayai investasinya KUZ mempunyai beberapa alternatif pembiayaan yaitu:
- Bank Loan (Direct Financing)
- Go Public
- Joint Venture
- Obligasi
- Credit Supplier
- Pembiayaan International (Off Shore Loan)

KUZ merencanakan untuk membangun 4 unit hotel yaitu
1. Medan / Hotel bintang 4 / 400 kamar
2. Bandung / Hotel bintang 4 / 350 Kamar
3. Semarang / Hotel bintang 3 / 300 Kamar
4. Ujung Pandang / Hotel bintang 3 / 300 kamar

Pada lokasi yang akan dibangun hotel tersebut, KUZ telah memiliki tanahnya dan status tanah tersebut adalah bankable yaitu dapat dijaminkan pada bank sebagai equity.

Dalam menganalisa alternatif pembiayaan yang ada, metode yang digunakan adalah :
- Net Present Value (NPV)
- Internal Rate of Return (IRR)
- Rasio Keuangan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gandira Gutawa S.
Abstrak :
ABSTRAK
Kebutuhan akan jalan tol di Indonesia terutama di Jawa sangat tinggi, hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat disusul dengan pertumbuhan sektor industri mendorong tersedianya sarana transportasi yang first class untuk menghindari ineffisiensi. Selain itu pula disebabkan oieh tingkat urbanisasi yang memberikan pertumbuhan jumiah kendaraan yang tinggi serta meningkatnya jumlah pemakai jalan tol dari tahun ke tahun.

Perkembangan jalan toi di indonesia dimulal sejak tahun 1978 ketika Jalan tol Jagorawi dibangun. Pengelola jalan toi dipercayakan Pemerintah saat itu ialah PT. Jasa Marga (BUMN). Dengan sumber dana terbatas yang dimiiiki Pemerintah, maka dalam kurun waktu 1976-1986 panjang jalan tol yang teiah dibangun hanya 396 km. Namun sejak 1987 dimana pihak swasta muiai dapat berpartisipasi dalam pengembangan jalan toi dengan skema BOT pembangunan jalan tol telah meningkat menjadi +/- 11000 km. Basis hukum keterlibatan swasta dalam pengembangan jalan tol adaiah Undang-Undang No. 13 tahun 1980 tentang jalan dan peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1990 tentang jalan tol yang memperjeias pengaturan dan penguasaan jalan tol. Khusus mengenai penetapan tarif toI, demi menjaga kepentingan masyarakat, Pemerintah telah menetapkan bahwa tarif tol hanya ditetapkan oieh Keputusan Presiden.

DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara indonesia telah berkembang merambah ke daerah sekitarnya terutama wiiayah Jabotabek, sehingga wilayah Jabotabek tersebut telah menimbulkan pula kurang memadainya prasarana transportasi darat (jalan raya). Pemerintah telah melaksanakan berbagai program dan pembangunan Jalan tol. Seperti Jagorawi, Cikampek dan jalan tol lingkar luar (JORR). Namun demikian, usaha-usaha ini tampaknya masih belum cukup untuk mengimbangi cepatnya pertumbuhan lalu lintas di wilayah tersebut. Maka saiah satu upaya untuk mengatasi kebutuhan prasarana transportasi darat pada sekitar daerah tersebut direncanakan akan dibangun Jalan toi Cibubur Cileungsi-Bekasi sebagal bagian dari sistem jaringan jalan tol di wilayah Jabotabek dan sekìtarnya.

Konsorsium yang terdiri dari PT. WIKA dan PT. DKB merencanakan untuk melakukan investasi jalan tol tersebut, mengingat Investasi ini merupakan investasi padat modal dan berjangka waktu lama. sehingga konsorsium sebagai suatu institusi swasta sangat berkepentingan agar reaiisasi pendapatan yang diperoleh seiama masa konsesi dapat mengembalikan modal yang ditanamkan serta menghasilkan laba.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara kuantitatif kelayakan investasi proyek Jalan toi Cibubur-Cileungsi-Bekasi yang menekankan pada pengujian arus kas selama umur investasi dengan melalui beberapa metoda Capital budgeting.

Dari hasil analisa keuangan diperoleh bahwa arus kas (Free Cash Flows to Firm) proyek jalan tol Cibubur-Cileungsi-Bekasi dapat memberikan arus pengembalian internal (IRR) sebesar 16.90%. Bila investasi menggunakan struktur pendanaan terdiri dan 35%Equity : 65%Debt serta kondisi biaya hutang (Kd) = 12% dan biaya modal (Keu) = 14% ke dalam analisa arus kas memeberi indikasi bahwa investasi proyek jalan tol iayak untuk diIaksanakan karena memenuhi kriteria aspek finansial dimana WACC lebih kecil dari IRR dan memiliki NPV positif. Namun dengan menggunakan rumusan angsuran pengembalian pinjaman (bunga dan pokok pinjaman) secara tetap selama jangka waktu 15 tahun, diperoleh arus kas proyek belum mampu membayar angsuran pokok pinjaman selama 3 tahun sejak mulai dioperasikan. Sedangkan arus kas (Free Cash Flows to Equity) dapat memberikan arus pengembalian internal (IRR) kepada investor sebesar 16.82%. Struktur peanaan terdiri dari 35%E : 65%D merupakan struktur pendanaan yang paling kritis terhadap keputusan investor untuk menanamkan modalnya karena arus kas investor Sangat peka/sensitive terhadap perubahan akibat peningkatan suku bunga Iebih besar 0.15%, peningkatan biaya investasi lebih besar 2% dan penurunan Pendapatan tol lebih besar 2%. Sehingga dapat dikatakan bahwa investasi jalan tol pada kondisi saat ini sangat beresiko.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2120
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library