Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boni Nurcahyo
Abstrak :
Introduction: Mechanical ventilation as the management of acute respiratory distress syndrome (ARDS) in critically ill COVID-19 patient is still controversial, including timing of intubation. The delay of intubation can cause patient self-induced lung injury (P-SILI). However, early intubation which resulted in prolonged mechanical ventilation can cause complications. Therefore, a systematic review is needed to provid information regarding the timing of intubation related to the clinical outcome of the patient. Methods: Database searching from PubMed, The Cochrane Central Register of Controlled Trials (CENTRAL), ProQuest, and Scopus was conducted and penelitianes were selected based on the eligibility criteria. It includes prognostic penelitianes of adult COVID-19 patients with ARDS and mechanically ventilated. The penelitianes were critically appraised for risk of bias using Quality In Prognosis Penelitianes (QUIPS) tool. Result: We included seven penelitianes involving 1395 adult COVID-19 patients with ARDS and mechanically ventilated, with two different methods.. Five of them assessed mortality in two groups of patients, early and late intubation, while two others determined the mean or median of intubation time in survivor and non-survivor group. All of the penelitianes showed no association between timing of intubation and mortality. Most of the penelitianes have low risk of bias for its respective domain, with only three penelitianes showed medium risk of bias due to unclear definition of prognostic factors. Conclusion: Mortality of critically ill COVID-19 adult patient cannot be predicted only with timing of intubation, yet many factors contributed to the prognosis. ......Pendahuluan: Ventilasi mekanik merupakan salah satu manajemen ARDS pada pasien dewasa COVID-19 yang sakit kritis yang masih sering diperdebatkan, salah satunya terkait waktu inisiasi intubasi. Keterlambatan intubasi dapat menyebabkan patient self-induced lung injury (P-SILI). Namun, intubasi yang terlalu dini juga dapat memberikan komplikasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan telaah sistematis yang dapat memberikan informasi apakah intubasi dini pada fase awal penyakit memberikan luaran yang lebih baik pada pasien COVID-19 dewasa. Metode: Telaah sistematis dilakukan melalui pencarian penelitian pada basis data PubMed, CENTRAL, ProQuest, dan Scopus, dan dilakukan seleksi penelitian sesuai dengan kriteria eligibilitas. risiko bias dinilai dengan instrument Quality in Prognosis Penelitianes (QUIPS). Hasil: Dilakukan analisis terhadap 7 penelitian dengan total subyek 1395 pasien COVID-19 dewasa berat yang memerlukan ventilasi mekanik, dengan pendekatan penilaian yang berbeda, dimana 5 penelitian menilai mortalitas pada kelompok pasien intubasi dini dan intubasi tunda, dan 2 penelitian lainnya menilai rerata atau median dari waktu inisiasi intubasi pada kelompok yang meninggal dan hidup. Seluruh penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara waktu intubasi dengan mortalitas. Kebanyakan penelitian memiliki risiko bias yang rendah untuk setiap domain, kecuali tiga penelitian dengan risiko bias menengah karena tidak mendefinisikan faktor prognosis dengan jelas. Kesimpulan: Mortalitas pasien COVID-19 dewasa yang sakit kritis tidak hanya dapat diprediksi dari waktu pemberian intubasi, tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhinya.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jacky
Abstrak :
Latar Belakang : Tatalaksana jalan napas dan intubasi merupakan salah satu kompetensi utama dalam pendidikan anestesiologi. Kegagalan intubasi dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas bagi pasien. Idealnya intubasi dilakukan dalam satu kali percobaan. Salah satu faktor yang meningkatkan kegagalan intubasi adalah jalan napas sulit. Video laringoskop dapat meningkatkan keberhasilan intubasi namun belum ada penelitian yang membandingkan dua video laringoskop dengan bilah khusus jalan napas sulit. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keberhasilan intubasi residen anestesi FKUI menggunakan video laringoskop CMAC D-Blade dengan McGrath X-Blade pada manekin jalan napas sulit. Metode : Penelitian ini adalah penelitian eksperimental analitik dengan desain cross over randomized controlled trial. Penelitian ini dilakukan bulan Juni 2022. Subjek penelitian sebanyak 81 orang yang diambil dengan metode randomisasi residen anestesiologi FKUI, dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas 41 orang yang melakukan intubasi dengan CMAC D-Blade terlebih dahulu kemudian menggunakan McGrath X-Blade dan kelompok 2 sebanyak 40 orang yang melakukan sebaliknya. Uji stastistik data kategorik berpasangan menggunakan uji McNemar dan data numerik berpasangan dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil : Keberhasilan CMAC D-Blade lebih tinggi pada manekin jalan napas sulit (ekstensi leher terbatas, buka mulut terbatas dan edema lidah) dengan nilai p<0.001 namun risk ratio masing-masing sebesar 1.284, 1.245 dan 1.003 sehingga secara statistik tidak signifikan. Keberhasilan intubasi dengan CMAC D-Blade pada ke tiga model manekin adalah sebesar 70.4%, 75.3% dan 74.1% dibandingkan McGrath X-Blade sebesar 39.5%, 24.7% dan 38.3%. Keberhasilan intubasi dalam satu kali percobaan menggunakan D-Blade adalah sebesar 64.9%,59% dan 63.3% dibandingkan X-Blade sebesar 40.6%, 37.9% dan 45.2% Kesimpulan : Video laringoskop CMAC D-Blade memiliki keberhasilan intubasi yang lebih baik dibandingkan McGrath X-Blade. Penggunaan CMAC D-Blade memiliki jumlah upaya percobaan intubasi lebih sedikit dibandingkan McGrath X-Blade ......Background : Airway management and intubation is one of the main competency in anesthesiology study program. Failure of intubation can lead to morbidity and mortality. Ideally intubation has to be done in one attempt. One of the factor that can cause failure of intubation is difficult airway. Video laryngoscope can increase success rate of intubation but there is no any research of comparison two difficult airway video laryngoscope blade. This study aims to compare succesfull intubation by resident of anesthesiology faculty of medicine Universitas Indonesia using CMAC D-Blade and McGrath X-Blade in difficult airway mannequine. Methods : This is an experimental analitic study, we did the cross over randomized controlled trial in which the participants are assigned randomly to a sequence using CMAC D-Blade and McGrath X-Blade on June 2022. Total 81 participants were collected by random sampling and divided into two groups. Group 1 (n=41) did the intubation with CMAC D-Blade first and then using McGrath X-Blade. Group 2 (n=40) did the intubation with McGrath X-Blade first and then using CMAC D-Blade. Researher obtained the data and analyzed using McNemar test for categoric data and Wilcoxon Signed Rank Test for numeric data. Result : Success rate using CMAC D-Blade is higher in the difficult airway mannequin (limited neck extention, limited mouth opening and tongue edema) compare to McGrath X-Blade with p value p<0.001, although the p value is lower that 0.05 but the risk ratio consecutively are 1.284, 1.245 and 1.003 so the result was not significant by the statistic. Success rate of intubation with CMAC D-Blade consecutively are 70.4%, 75.3% and 74.1% compare with McGrath X-Blade 39.5%, 24.7% and 38.3%. First attempt success rate with D-Blade consecutively are 64.9%,59% and 63.3% compare with X-Blade 40.6%, 37.9% and 45.2% Conclusion : Video laryngoscope CMAC D-Blade has higher intubation success rate compare with McGrath X-Blade. CMAC D-Blade has less intubation attempt compare with McGrath X-Blade
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library