Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christ Hermawan
Abstrak :
ABSTRAK
Era globalisasi dunia dengan banyaknya peluang ekonomi yang tersedia akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk melakukan penetrasi pasar global dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang pasar tersebut. Ekspor sebagai salah satu mode of entry merupakan cara yang banyak dilakukan perusahaan-perusahaan. terutama dalam tahap awal dan proses internasionalisasi kanena mempunyai resiko yang lebih kecil daripada mode of entry lainnya.

Parameter keberhasilan ekspor seperti pertumbuhan ekspor, intensitas ekspor ternyata dapat diidentifikasi oleh karakteristik-karakteristik tertentu yang saling berkontribusi dalam menentukan ukuran kesuksesan dari perusahaan-penisahaan tersebut, antara lain yaitu karakterisrik perusahaan (ukuran/besar perusahaan, pengalaman ekspor, keunggulan komparatif), ekspektasi manajerial dan ekspor (persepsi tingkat keuntungan. resiko, biaya), karakteristik manajemen (umur, pendidikan, pengetahuan serta komunikasi dalam bahasa asing) dan riset mengenai pasar inlernasional.

Dalam ruang lingkup pemasaran global yang dihadapi oleh perusahaan perusahaan dalam melakukan aktivitas ekspor, maka keberhasilan ekspor yang dilakukan oleh perusahaan ternyata juga dItentukan oleh variabel-variabel yang saling berkorelasi dari segi manajemen yaitu ekspektasi manajerial serta karakteristik manajemen dan perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang terbukti dapat bertahan dalam periode krísis ekonomi yang terjadi di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap perusahaan perusahaan yang berorientasi ekspor mengenai faktor-faktor penentu keberhasilan ekspor yang dipersepsikan dari faktor-faktor internal manajemen sehingga dapat dipersepsikan strategi yang tepat dan akurat untuk mencapai keberhasilan ekspor. Sedangkan mengenai faktor-faktor penentu keberhasilan ekspor tersebut, yang berkaitan dengan karakteristik maupun ekspektasi manajemen tersebut diperoleh dan riset akademis sebehimnya dan pengembangan teori dan praktek manajemen ekspor.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah niset deskriptif. Sumber data adalah data primer yang diperoleh dan survei dengan wawancara langsung dan data sekunder diperoleh dan literatur-literatur. Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan metode stratified sampling dengan total response rate sejumlah 34 perusahaan dengan 3 bidang usaha yaitu perusahaan garmen, sepatu dan farmasi.

Hal yang utama dalam kuesioner adalah pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor faktor penentu keberhasilan ekspor dengan menggunakan skala pengukuran dan I sampai dengan 5, dimana skala 1 berarti sangat tidak berpengaruh dan skala 5 berarti sarigat berpengaruh terhadap kesuksesan eksportir.

Analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan tabulasi frekwensi, mean dan top two boxes (jumlah responden yang menjawab ?berpengaruh? dan ?sangat berpengaruh?) dan juga tabulasi silang, kemudian akan diadakan uji One-Way Anova.

Dari hasil analisa data, dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: Faktor yang paling dirasakan/dipersepsikan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan daripada aktivitas ekspor adalah fakior Pemahaman dan Kefasihan Manajemen Berbahasa Asing dan faktor Keahlian Manajernen Di Bidang Marketing, dimana kedua faktor diatas mempunyai nilai mean yang sama yaitu 3.84, yang diikuti oleh faktor Keahlian Manajemen Di Bidang Perencanaan (mean 3.78). Dilihat dari analisa top two boxes maka diperoleh faktor Resiko £kspor Dibandingkan Dengan Resiko Penjualan Domestik sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan eksportir dengan hasil sebesar 65.6% responden. Diikuti oleb faktor Pemahaman Dan Kefasihan Manajemen Berbahasa Asing dan faktor: Keahlian Manajemen Di Bidang Marketing yang dii awab dengan persentase yang sama sebesar 59.4% responden.

Dari hasil analisa tabulasi silang antara perusahaan sukses ? kurang sukses dengan faktor-faktor penentu kesuksesan eksportir, diperoleh bahwa dan karakteristik demografi yang dimiliki oleh manajemen ternyata faktor Pemahaman dan Kefasihan Manajemen Berbahasa Asing dan faktor Keahlian Di Bidang Marketing berkorelasi Secara signifikan terhadap kesuksesan ekspor yaitu dengan mean yang sama sebesar 3.93. Sedangkan dan ekspektasi manajemen mengenai ekspor, ternyata faktor Persepsi Manajemen Mengenai Perubahan Marketing Mix Terhadap Kegiatan Ekspor lebih berpengaruh terhadap kesuksesan ekspor.

Dari hasil uji One-Way Anova, terdapat perbedaan yang signifikan terhadap faktor Latar Belakang Pendidikan Manajemen, faktor Keuntungan Ekspor Dibandingkan Dengan Keuntungan Penjualan Domestik, faktor Persepsi Manajemen Untuk Melayani Permintaan Domestik, faktor Persepsi Manajemen Mengenai Kompetisi hiternasionaL Yang Relatif Kuat dan faktor Persepsi Manajemen Mengenai Kendala dan Insentif Finansial.

Sebagai saran dari penelitian ini maka dapat dianjurkan, pertama, memfokuskan perhatian pada persyaratan dan pengembangan kualifikasi internal berupa -faktor pengetahuan bahasa asing serta mengembangkan kemampuan pemasaran internasional dengan pendekatan global yang didukung komitmen jangka panjang, fleksibiIitas praktek ekspor serta membangun basis konsumen dengan persamaan persepsi komunikasi. Kedua, manajemen harus dapat mengimplementasikan dan mengendailkan elemen elemen bauran pemasaran dengan balk contohnya pengembangan saluran distrbusi yang mendukung skedul pengiriman produk dan kebijaksanaan harga produk yang kompetitif. Ketiga, perusahaan harus meningkatkan fokus pada peníngkatan kernampuan dan keahlian manajerial dalam aktivitas pengumpulan informasi peLuang dan peta persaingan di pasar global menuju identifikasi peluang secara cepat dan akurat karena faktor kompetisi internasional yang re?atif kuat. Keempat, para manajer yang berkontribusi dalam pasar ekspor hams memiliki persepsi yang wajar dan realistis mengenal insentif ekspor dan finansial yang tersedia agar terjadi optimalisasi dalam impiernentasi strategi ekspor yang berlandaskan pada kemampuan finansial internal.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krishna
Abstrak :
Dengan makin meningkatnya globalisasi akibat internasionalisasi lalu untas barang dan pasar dunia, maka bagi Indonesia terutama untuk menunjang ekspor non-migas dalam hal ini tekstil dan produk tekstil, tidak ada jalan lain bagi pemerintah untuk segera melakukan deregulasi yang menyeluruh disemua bagian dalam struktur industri dan birokrasi Indonesia. Karena dalam struktur perekonomian dunia saat ini yang Iebih bersifat tidak mengenal batas wilayah atau bangsa akibat kemajuan teknologi telekomunikasi dan transportasi. Lalu lintas perdagangan sangatlah dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi atau endorsment dalam negeri. Kerjasama dengan pemerintah, dalam hal ini untuk penyesuaian di sektor moneter supaya harga jual ekspor menjadi kompetitif (tentunya kualitas dan produknya mengikuti selera konsumen), akan sangat membantu perluasan pasar serta usaha peningkatan pangsa pasar produk Indonesia (khususnya tekstil dan produk tekstil) di pasar ekspor. Diharapkan pemerintah akan lebih meliberalisasi aturan main berbisnis dan investasi, deregulasi dan efisiensi birokrasi. Serta selalu mengadakan penyesuaian antara effective exchange rate export dengan effective exchange rare import secara terus menerus, sehingga produsen mendapatkan keuntungan atas perluasan pasar ke luar negeri dan tingkat penjualan yang ada sebelumnya dipasar domestik. Pembentukan blok ekonomi, seperti NAFTA dan ME, juga akan mengakibatkan apa yang dikenal dengan istilah trade diversion, berupa peng alihan impor kepada negara sesama anggota NAFTA ataupun ME sendiri. Selain trade diversion juga akan terjadi investment diversion ( suatu gejala yang jarang dibahas dalam literatur ekonomi). yaitu dampak yang berupa pengalihan investasi dari Jepang ke NICs. ke negara seperti Meksiko. Gejala yang sudah mulai tampak adalah dalam bentuk pengurangan investasi NICs ke Indonesia dalam beberapa kwartal terakhir ini. Dan aturan rules of origin (sama sifatnya dengan aturan local content dalam industri otomotif indonesia), merupakan hambatan diskriminatif terhadap produk dan negara lain. Hanya produk-produk yang menggunakan komponen dan anggota NAFTA yang diberi keringanan bea masuk. Untuk itu, eksportir harus menjelaskan identifikasi dan pembagian biaya berdasarkan negara asal komponen (suatu proses yang sangat ruwet dan birokratis). Padahal kecenderungan yang sekarang dominan dalam proses produksi, adalah gejala multi-sourcing dalam pasok komponen. Sehingga aturan rules of origin tersebut, merupakan diskriminasì tarif dan sekaligus hambatan birokratis terhadap komponen dan negara lain. Hambatan birokratis dan rule of origin Iebih besar dampaknya daripada diskriminasi tarif terhadap ekspor dan negara berkembang. Dilihat dari segi kepentingan Indonesia, aturan rule of origin sangat merugikan dan merupakan ancaman terhadap usaha Indonesia untuk meningkatkan ekspor non-migas. Departemen Perdagangan perlu memainkan peranan yang Iebih aktif, agar eksportir kita terlatih untuk menghadapi birokrasi dan rule of origin tersebut. Sedangkan trade diversion tersebut merugikan. Indonesia, terutama untuk produk tekstil, sepatu barang kulit dan produk industri ringan lainnya. Padahal produk-produk tersebut sangat menyerap tenaga kerja dan merupakan ekspor andalan Indonesia- Jika Indonesia tidak siap, akan lebih banyak investasi bergerak ke Meksiko. Untuk mencari peluang pasar ekspor bagi tekstil dapat dilakukan hubungan perdagangan dengan negara non kuota. serta bilateral trade yang saling menguntungkan untuk kedua belah pihak. Karena perdagangan multilateral, tidaklah selalu menggembirakan ditinjau dari segi keuntungan bagi Indonesia, terutama akibat terbentuknya blok-blok ekonomi dan perdagangan dinegara maju yang sudah pasti menerapkan preferensi khusus dan eksklusif bagi sesama anggota dan negara-negara afiliasi mereka. Strategi lainnya dalam menghadapi timbulnya blok-blok ekonomi dan perdagangan, adalah berusaha untuk berada ditengah pasaran mereka dengan membuka usaha disitu. Bisa dalam bentuk sebuah kantor pemasaran atau kantor pemasaran plus desain atau kedua-duanya. Dengan kemampuan membangun pabrik disana atau jaringan distribusi sendiri. walaupun mahal dan bukan solusi terbaik, hal ini dapat dilakukan secara bersama antara dunia industri dengan pemerintah secara terpadu seperti Sogo Sosha Jepang aiau Indonesia Incor porated. Pemerintah telah membangun kepercayaan atau keyakinan yang diperlukan dalam komitmen menerapkan strategi promosi ekspor dengan serius. Sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan investasi yang besar. dan program-programnya diarahkan untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya dan strategi promosi ekspor tersebut. Jadi secara mikro, perusahaan harus mampu melakukan efisiensi, mampu menyelidiki dan menganalisa tingkat kejenuhan pasar domestik. harus mampu menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan disukai konsumen dengan harga yang kompetitif baik dipasar domestik atau dipasar ekspor. Bila ketiga gajah ekonomi dunia ( Amerika Serikat, Eropa dan Jepang) tersebut bertengkar, maka pelanduk-pelanduk seperti Indonesia akan kena injak. Hanya pelanduk-pelanduk cerdik yang bisa menghindari dari injakan gajah.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Elvis
Abstrak :
Sistem penyelesaian sengketa WTO yang berdasarkan DSU disepakati pada tahun 1995 bersamaan dengan terbentuknya WTO. Sistem baru yang merupakan pengembangan mekanisme penyelesaian sengketa sebelumnya yang didasarkan pada GATT 1947 dinilai sebagai pencapaian terbaik putaran negosiasi Uruguay Round. Mekanisme penyelesaian sengketa DSU yang berubah dari pendekatan power-oriented menjadi pendekatan yang lebih rule-oriented diharapkan dapat membantu terciptanya perdagangan internasional yang lebih aman dan terprediksi, serta meningkatkan posisi tawar negara berkembang ketika bersengketa dengan negara maju. Meskipun sistem tersebut sudah semakin baik memfasilitasi sengketa perdagangan antara negara anggota WTO, tetapi di sisi lain sistem penyelesaian sengketa yang baru tersebut juga menimbulkan masalah baru bagi negara-negara berkembang. Melalui pendekatan yuridis normatif terhadap datadata sekunder yang ada, penelitian ini akan menganalisis secara deskriptif mekanisme penyelesaian sengketa yang baru dan masalah-masalah yang ditimbulkan bagi negara berkembang serta langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Secara deskriptif dijelaskan bahwa pendekatan yang berorientasi hukum ternyata tidak serta merta membuat posisi negara berkembang menjadi lebih baik ketika bersengketa dengan negara maju. Negara berkembang harus menghadapi berbagai hambatan dan keterbatasan menggunakan sistem penyelesaian sengketa DSU khususnya terkait dengan kemampuan negara berkembang mengikuti prosedur penyelesaian sengketa dengan baik dan mendapatkan hasil maksimal dari sistem penyelesaian sengketa DSU. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk membantu negara berkembang mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam mengikuti prosedur penyelesaian sengketa DSU. Langkah-langkah tersebut mencakup perbaikan terhadap DSU serta peningkatan kapabilitas negara berkembang dalam menjalani sengketa di WTO. Dengan demikian, kegunaan sistem penyelesaian sengketa DSU dapat dimaksimalkan bagi keuntungan semua negara anggota, khususnya untuk kepentingan negara-negara berkembang. ......Dispute settlement system in WTO which is based on DSU was agreed in 1995 with the establishment of the WTO. The new system is the development of the old dispute settlement mechanism based on GATT 1947 and widely believed as the best achievement of the Uruguay Round. The establishment of the DSU mechanism that changed the approach of dispute settlement in WTO from poweroriented approach to a rule-oriented approach is expected to set up a more predictable and more secure international trade as well as to enhance the developing countries bargaining position when having trade dispute with developed countries. Even though the system serves better in facilitating trade disputes between WTO members, it also creates new problems for developing countries. Based on the fact, through literature study approach to secondary data, this research will describe the new dispute settlement system and the developing countries problems, as well as the solutions to solve the problems. It will find that a rule-oriented system doesn?t automatically make the developing countries position stronger when having dispute with developed countries. Developing countries must face many obstacles and inadequacies in using the dispute settlement mechanism. Most of those challenges are related to the developing countries capabilities to follow all the DSU procedures and get highest outcome from it. Therefore, improvements need to be formulated to help developing countries work out their problems in using the dispute settlement system. Those solutions must include the improvements to the DSU system internally as well as the development of developing countries capabilities in using the DSU to end their dispute with developed countries. By those improvements, the DSU system can be used effectively for the benefit of all members, particularly for the interest of developing countries.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
T21844
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library