Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endi Djunaedi
Abstrak :
Konsep Merantau mengacu pada konsep Migrasi Sirkuler, yaitu migrasi tidak tetap. Migrasi Sirkuler didefinisikan sebagai perginya penduduk keluar melewati batas administrasi desa asal pada waktu tertentu untuk mencari pekerjaan tanpa diikuti oleh perpindahan tempat tinggal. Merantau Masyarakat Dusun Cisayong identik dengan definisi migrasi sirkuler di atas. Merantau masyarakat Dusun Cisayong berkaitan erat dengan tradisi budaya orang Tasik. Tradisi turun temurun dari satu kurun waktu ke kurun waktu lainnya. Seseorang perantau tidak saja akan menambah penghasilan, tetapi juga mendudukkan mereka pada strata yang terpandang. Kajian ini berusaha menjelaskan faktor-faktor pendorong dan penarik merantaunya masyarakat Dusun Cisayong. Penelitian difokuskan pada satu Dusun (Kampung) dari tiga Dusun yang ada di Desa Cisayong. Penelitian lapangan yang menjadi acuan tesis ini dilakukan di Dusun Cisayong Desa Cisayong Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Lama Penelitian 12 bulan (Februari 1994 - Februari 1995) dengan efektivitas waktu tinggal 12 minggu (satu minggu per bulan). Melalui Pendekatan partisipasi terlibat dan sensus di satu Rukun Tetangga, dapatlah disimpulkan lima faktor pendorong dan satu faktor penarik. Kelima faktor pendorong tersebut adalah faktor ekologis, faktor ekonomi dan demografi, faktor pendidikan, keresahan politik dan faktor sosial. Sementara faktor penariknya adalah daya tarik kota yang menjanjikan harapan memperoleh nafkah. Letak Dusun Cisayong secara ekologis mudah dicapai kendaraan umum roda empat ke dan dari daerah tujuan mendukung dorongan mereka untuk merantau. Sawah dan ladang yang menjadi tumpuan utama nafkah keluarga di desa makin menciut baik karena perubahan penggunaan untuk non pertanian maupun pertambahan jumlah penduduk, mendorong penduduk Dusun Cisayong untuk merantau. Terbatasnya sarana pendidikan hanya sampai sekolah menengah pertama mendorong orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke luar desa. Keresahan politik akibat pemberontakan DI/TII ditahun lima puluhan sampai tahun tujuh puluhan membawa pengaruh terhadap penduduk untuk merantau (perantau pemula) yang kemudian kebiasaan ini diikuti pula oleh generasi selanjutnya kendati secara politik daerah mereka sudah aman. Kedudukan sosial yang berbeda antara yang kaya dengan yang miskin, antara yang memiliki sawah dan tidak memiliki sawah, mendorong penduduk untuk merantau, dan kesiapan istri yang akan menggantikaii sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah selama ditinggal merantau, memperbesar semangat suami pergi merantau. Keberhasilan perantau secara material menarik perhatian calon-calon perantau. Kekayaan dalam bentuk rumah, sawah, kolam ikan dan ternak domba hasil usaha perantau di kota, dan informasi mudahnya mencari nafkah di kota menarik penduduk untuk merantau.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rukman Sardjadidjaja
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005
355 RUK t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Clark, W.A.V
Beverly Hills: Sage Publications, 1986
304.82 CLA h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fajar Ramadhan
Abstrak :
Latar belakang seseorang kerap kali menjadi penghambat untuk mendapatkan akses dan kesempatan yang sama serta menjadi faktor yang mendorong ketimpangan yang seringkali diturunkan lintas generasi. Salah satu cara untuk “naik kelas” atau terjadi mobilitas antargenerasi dengan melakukan migrasi. Dengan menggunakan data Indonesia Family Life Survei (IFLS) serta metode Unconditional Quantile Regression (UQR), penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh dari migrasi internal dan pemilihan wilayah geografis terhadap mobilitas ekonomi antargenerasi di tiap kelompok distribusi pengeluaran di Indonesia. Ditemukan terjadinya mobilitas relatif yang cukup tinggi di Indonesia, yang menggambarkan keberhasilan anak untuk “naik kelas” yang lebih tinggi dibanding orangtua mereka. Hasil estimasi UQR menunjukkan faktor migrasi internal memiliki pengaruh yang signifikan pada kuantil bawah distribusi pengeluaran (persentil ke-10 dan 30) sedangkan untuk faktor migrasi menuju kota besar dan kota kecil serta migrasi menuju ke Pulau Jawa memiliki pengaruh yang signifikan pada kuantil terbawah distribusi pengeluaran (persentil ke-10). Ditemukan juga angka elastisitas antargenerasi (IGE) berada diantara 0,105 hingga 0,190 dengan kurva berbentuk huruf U (U-shaped) antara peringkat pengeluaran orangtua dan anak, dengan mobilitas yang lebih tinggi terjadi pada kuantil terbawah dan teratas serta mobilitas yang lebih rendah terjadi pada kuantil menengah, yang mengindikasikan adanya jebakan pendapatan kelas menengah di Indonesia. ......Someone’s initial background often becomes an obstacle to getting equal access and opportunity, as well as factors that drive inequalities which frequently passed down across generations. One way to "uplift" or the occurrence of intergenerational mobility is by migration. Using data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) and the Unconditional Quantile Regression (UQR) method, this study aims to observe the effect of internal migration and geographical area selection on intergenerational economic mobility in each expenditure distribution group in Indonesia. It is found that there is high relative mobility in Indonesia, which reflects the children’s success to "uplift" higher economic ladder than their parents. The UQR estimation results showed the internal migration factor has a significant effect on the bottom quintile distribution of expenditures (10th and 30th percentile) and for the migration to big cities and small cities factors as well as migration to Java Island factors have a significant effect on the lowest quintile distribution of expenditures (10th percentile). It was also found that the intergenerational elasticity (IGE) was between 0.105 to 0.190 with a U-shaped curve relationship between the parents and children’s expenditure rank, with higher mobility occurring in the lowest and top quintiles of distribution and lower mobility occurring in the middle quintile of distribution, which indicates middle income trap phenomenon in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prijono Tjiptoherijanto, 1948-
Jakarta: UI-Press, 1997
304.8 PRI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library