Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ivan Malik
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T4313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsye Maria Rosa
Jakarta: Ghalia Indonesia , 1997
368 MAR p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Coyle, Brian
Canterbury: Financial World Publishing, 2001
658.155 COY i (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Coyle, Brian
Canterbury: Financial World Publishing, 2001
658.155 COY i (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Coyle, Brian
Canterbury: Financial World Publishing, 2001
658.155 COY h (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Peransius
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam dunîa perbankan, persaingan bisnis antar bank sangat dipengaruhi bagaimana kemampuan bank dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Asset bank merupakan sumber pendapatan bunga bagi bank sedangkan kewajiban memberikan beban/biaya bunga bagi bank. Asset dan kewajiban bank dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga pasar sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Ketika suku bunga pasar meningkat maka asset-asset yang jatuh tempo akan mengalami kerugian sedangkan kewajiban bank yang jatuh tempo akan mengalami keuntungan demikian sebaliknya jika suku bunga pasar mengalami penurunan. Karena sebagian besar dari asset dan kewajiban bank mark to market maka bank perlu melakukan asset liability management (ALMA). ALMA pada bank bertugas untuk meningkatkan profitability perbankan dan manajemen risiko. Dalam manajemen nsiko dilakukan beberapa tahap dimana salah satu tahapnya adalah pengukuran risiko. Salah satu tools pengukuran risiko adalah dengan penentuan VAR. VAR merupakan estimasi kerugian di masa yang akan datang berdasarkan volatilitas faktor pasar pada masa Iampau (data historis) dengan derajat kepercayaan dan holding period tertentu.

Pada penelitian ini dilakukan penentuan VAR sebagai akibat tereksposurenya asset dan kewajiban Bank Mega terhadap suku bunga pasar dengan menggunakan metode varian kovarian dengan estimator volatilitas standar deviasi Equally Weighted dan Exponential Weighting Moving Average (EWMA). Penentuan VAR berdasarkan posisi asset dan kewajiban bank pada tanggal 31 Desember 2001. Dalam penentuan VAR ini. asset dan kewajiban bank dikelomkan kedalam beberapa vertex herdasarkan jangka waktu jatuh temponya. Future cashflow dan masing-masing vertex ini yang tereksposure terhadap suku bunga pasar (data historis) yang kemudian diukur volatilitasnya menggunakan estimator volatilitas standar deviasi, EW dan EWMA.

Untuk menentukan metode estimator yang memberikan validitas yang tinggi maka dibentuk beberapa model dengan menghitung VAR secara harian, dimana periode observasi penentuan VAR adalah antara 2 Januari 2001 hingga 31 Desember 2001. VAR yang diperoleh secara harian dibandingan dengan aktual profit dan loss yang terjadi.

Model terbaik yang digunakan untuk estiniasi VAR 31 Desember 2001 dan berbagai alternatif variasi yang dilakukan adalah model estimator EWMA 520,5 untuk 0,94 dengan derajat kepercayaan 99 % karena model inilah yang masuk dalam daerah batasan dan dengan periode updating 5 han memberikan kemampuan yang lebih besar dalam mengantisipasi kerugian sebagai akibat fluktuasï suku bunga pasar yang terbaru. Pemilihan derajat kepercayaan 99 % disebabkan karena bank menerapkan prudential banking dalam melakukan strateginya. Estimasi VAR 31 Desember 2001 yang diperoleh sebesar Rp. (23.163.223.809). Nilai ini berarti bahwa pada kondisi market yang normal, estimasi kerugian maksimum yang akan dialami bank pada satu hari yang akan datang adalah sebesar Rp 23.163.223.809 dengan derajat kepercayaan 99 %.

Modal yang diperlukan oleh bank untuk mengantisipasi kerugian yang dihasilkan dan estimasi VAR dengan model EWMA 520,5, ) = 0,94, untuk holding period 1 hari adalah 3,65 % dan Networthnya. Sebagai akibat eksposure suku bunga pasar terhadap asset dan kewajiban Bank Mega, maka CAR bank setelah memperhitungkan market risk rnenjadi 8,42 %.

Perbedaan holding period yang digunakan mempengaruhi jumlah modal yang harus disediakan. Untuk VAR dengan holding period 1 hari, jumlah modal yang harus disediakan lebih kecil dibandingkan dengan holding period 5, 10, dan 20 hari.
2002
T2121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handy Yunianto
Abstrak :
Pemodelan term structure of interest rate merupakan permasalahan yang cukup penting dalam teori finansial modern. Penelitian ini bertujuan mencari model term structure yang tepat digunakan dalam kasus di Indonesia. Dalam penelitian ini diambil lima sampel model term structure yaitu cubic spline (CS), polinimial pangkat empat (POLY), Nelson-Siegel (NS), Extended Nelson-Siegel-Svensson (ENSS) dan Modifikasi model Extended Nelson-Siegel-Svensson (ModENSS) yang diajukan oleh penulis dengan menggunakan data mingguan transaksi obligasi pemerintah untuk periode Februari 2002 sampai dengan 18 Agustus 2004. Dalam penelitian ini juga diperlihatkan perbedaan antara pemakaian yield to maturity dengan zero-coupon rate dalam pembentukan term structure di Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa model ENSS lebih baik dibandingkan keempat model lainnya dalam kriteria in sample ataupun out of sample analisis. Hal ini ditunjukkan dari nilai RMSE (Root Mean Square Error) ataupun MAYE (Mean Absolute Yield Error) yang terkecil dibandingkan model lainnya. Pengujian ANOVA dan uji lanjutan Tukey turut mendukung kesimpulan tersebut. Dengan demikian penambahan satu parameter lagi ke dalam model ENSS yang diajukan oleh penulis ternyata tidak memberikan peningkatan yang signifikan dalam perbaikan model term structure untuk kasus di Indonesia.
Modeling term structure of interest rate has been one of important problems in financial modern theory. This research is conducted to find term structure model that appropriate to be implemented in Indonesia case. We choose five famous term structure models i.e.: cubic-spline, polynomial 4th order, Nelson-Siegel, Extended Nelson-Siegel-Svensson and Modified Extended Nelson-Siegel-Svensson by adding one more parameter in Extended Nelson-Siegel-Svensson. We used secondary market government securities data from February 2002 to August 2004 in weekly basis to test the model. This paper also shows the different between yield to maturity and zero coupon spot rate information in modeling term structure. We find evidence that Extended-Nelson-Siegel-Svensson method is superior both in sample and out-of sample analysis that it is indicated by the smallest RMSE (Root Mean Square Error) and MAYE (Mean Absolute Error) value compared to the others. Another conclusion was by adding one more parameter into ENSS model, it did not improve term structure model significantly in Indonesia case.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15810
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deventer, Donald R. van
Abstrak :
Advanced Financial Risk Management bridges the gap between the idealized assumptions used for risk valuation and the realities that must be reflected in management actions. It explains, in detailed yet easy-to-understand terms, the analytics of these issues from A to Z, and lays out a comprehensive strategy for risk management measurement, objectives, and hedging techniques that apply to all types of institutions. Written by experienced risk managers, the book covers everything from the basics of present value, forward rates, and interest rate compounding to the wide variety of alternative term structure models. Revised and updated with lessons from the 2007-2010 financial crisis, Advanced Financial Risk Management outlines a framework for fully integrated risk management. Credit risk, market risk, asset and liability management, and performance measurement have historically been thought of as separate disciplines, but recent developments in financial theory and computer science now allow these views of risk to be analyzed on a more integrated basis. The book presents a performance measurement approach that goes far beyond traditional capital allocation techniques to measure risk-adjusted shareholder value creation, and supplements this strategic view of integrated risk with step-by-step tools and techniques for constructing a risk management system that achieves these objectives.
Singapore : John Wiley & Sons, 2013
332.7 DEV a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tjondro Prabowo
Abstrak :
ABSTRAK


Upaya mendorong fungsi intermediasi berupa ekspansi kredit, serta penerapan risiko pasar dalam perhitungan kebutuhan modal bank, menuntut tambahan modal yang memadai.

Untuk mengimbangi pertumbuhan ekspansi kredit dan kebutuhan modal untuk risiko pasar, bank tidak dapat lagi hanya mengandalkan laba di tahan (retained earning) sebagai sumber modal Salah satu sumber modal bank yang sedang marak diupayakan adalah obligasi subordinasi.

Karya akhir ini membahas tiga aspek dalam penerbitan obligasi subordinasi yaitu perubahan struktur permodalan, pengukuran risiko suku bunga atas investasi yang dananya bersumber dari obligasi subordinasi, dan imunisasi risiko suku bunga atas penerbitan obligasi subordinasi.

Hasil perhitungan pada karya akhir ini menunjukkan bahwa bila tidak ada penambahan modal, penerapan risiko pasar pada perhitungan kebutuhan modal akan menyebabkan rasio kecukupan modal pada bulan Juni 2003 turun dari 12,36% menjadi 11,97%.

Untuk memperkuat modal, BRI masih rnemiliki peluang untuk meningkatkan modal pelengkap sebesar Rp 3.562 milyar. Apabila BRI berupaya meningkatkan jumlah modal pelengkap melalui penerbitan obligasi subordinasi, maka masih terdapat peluang untuk menerbitkan surat berharga tersebut senilai Rp 1.810 milyar atau setara dengan US$ 210juta.

Pada bulan September 2003, BRI menerbitkan obligasi subordinasi senilai US$ 150 juta, yang diklasifikasikan sebagai modal pelengkap (tier 2). Penerbitan obligasi subordinasi ini telah merubah struktur permodalan BRl cukup signifikan. Jika sebelumnnya jumlah modal pelengkap hanya sebesar 23,23% dari modal inti, maka dengan adanya obligasi subordinasi jumlah modal pelengkap menjadi 51,10% modal inti.

Seluruh tambahan modal yang bersumber dari obligasi subordinasi dapat diakui sebagai modal yang memenuhi syarat (eligible capital). Akibatnya rasio kecukupan modal (CAR) meningkat menjadi 14,61%. Rasio ini telah memperhitungkan kebutuhan modal untuk risiko pasar. Jika BRI mentargetkan CAR 13,77% pada tahun 2003, maka masih terdapat kelonggaran pertumbuhan ATMR sebesar Rp 2.869 milyar.

Namun seandainya obligasi subordinasi ini diklasifikasikan sebagai modal pelengkap tan1bahan (tier 3), maka tidak seluruhnya dapat diperhitungkan sebagai modal yang memenuhi syarat. Hal ini disebabkan adanya batasan jumlah modal pelengkap tambahan maksimum 250% dari modal inti yang dialokasikan untuk. risiko pasar. Sedangkan modal inti yang dialokasikan untuk risiko pasar adalah 28,5% dari A TMR risiko pasar. Akibatnyajika rasio kecukupan modal hanya mencapai 14,24%.

Jika BRI mencoba mengunci risiko suku bunga (locking in rate) atas penerbitan obligasi subordinasi pada akhir bulan September 2003, setidaknya terdapat tiga obligasi yang kemungkinan dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Ketiga surat berharga tersebut terdiri dari obligasi Bank Mandiri, obligasi Aneka Tambang dan obligasi subordinasi Bank Negara Indonesia.

Pengukuran risiko suku bunga dari ketiga obligasi tersebut dilakukan dengan menggunakan konsep durasi, berupa pengukuran persentase perubahan harga terhadap perubahan tingkat suku bunga dan elastisitas suku bunga. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa obligasi subordinasi BNI merupakan surat berharga dengan risiko suku bunga terendali, sedangkan obligasi Aneka Tambang merupakan surat berharga dengan risiko suku bung tertinggi.

Ukuran tingkat risiko suku bunga ini belum dapat digunakan untuk menetapkan surat berharga yang dapat digunakan untuk mengimunisasi risiko suku bunga. Imunisasi risiko suku bunga dapat diul'Uf dengan menghitung ex post effective annual yield dari ketiga surat berharga tersebut pada berbagai tingkat suku bunga.

Hasil simulasi imunisasi menunjukkan bahwa pada tingkat sulru bunga pasar 7,88%, hanya obligasi Aneka Tambang yang mendekati expected yield dari obligasi subordinasi BRI. Meskipun demikian obligasi ini belum sepenuhnya dapat mengimunisasi risiko suku bunga dari obligasi subordinasi BRI, karena durasinya tidak sama persis dengan durasi atau holding period obligasi subordinasi BRI.

Durasi obligasi Aneka Tambang akan sama dengan durasi obligasi subordinasi BRI jika jangka waktu jatuli temponya adalah 6 tahun. Dengan jangka waktu itu obligasi ini bam sepenuhnya dapat mengimunisasi risiko suku bunga obligasi subordinasi BRI.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Christian Valentino S.
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh penerapan konservatisme akuntansi terhadap nilai perusahaan dan bagaimana penerapan lindung nilai instrumen derivatif memperkuat pengaruh positif konservatisme terhadap nilai perusahaan. Untuk membedakan karakteristik masing-masing lindung nilai instrumen derivatif, maka digunakan pembedaan berdasarkan risiko yang dilindungi yakni risiko nilai tukar, suku bunga dan harga komoditas. Penelitian ini menggunakan pengujian regresi data panel pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif konservatisme terhadap nilai perusahaan. Untuk hasil dari variabel pemoderasi penerapan lindung nilai instrumen derivatif atas keseluruhan risiko yang dilakukan perusahaan tidak berperngaruh terhadap hubungan positif konservatisme terhadap nilai perusahaan. Namun dari hasil pengujian untuk masing-masing risiko, lindung nilai atas risiko suku bunga terbukti berpengaruh negatif terhadap hubungan positif konservatisme terhadap nilai perusahaan sedangkan lindung nilai atas risiko nilai tukar dan harga komoditas tidak mempengaruhi hubungan positif konservatisme terhadap nilai perusahaan.
ABSTRACT
This study aims to investigate empirical evidence about the effect of accounting conservatism on firm value and furthermore how hedging with derivative instrument strengthen the positive effect of conservatism on firm value. In order to distinguish any hedging with derivative instrument characteristic, then hedging with derivative instrument utilized by the risk its hedge, particularly foreign exchange risk, interest rate risk, and commodity price risk. This research use panel data regression testing at non financial company data listed on the Indonesia Stock Exchange during 2012 to 2015. Based on empirical test results, we conclude that there is positive effect of conservatism in firm value. For the moderation variable results, hedging with derivative instrument to all kind of risk have no effect to conservatism positive effect on firm value. However, from the tests result for each risk, hedging on interest rate risk has effect negatively to conservatism positive effect on firm value, while hedging on foreign exchange risk and commodity price risk has no effect to conservatism positive effect on firm value.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>