Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Nurkhalisha
"ABSTRAK
Aset tidak berwujud adalah aset yang tidak dapat dilihat atau diukur secara fisik. Meskipun mereka tdak memiliki karakteristik fisik, aset tidak berwujud memiliki nilai karena keuntungan yang mereka berikan untuk bisnis. Makalah ini menganalisis model penilaian aset tidak berwujud yang dapat digunakan untuk menilai aset tidak berwujud: nama merk dan penelitian pengembangan aset. Nilai aset-aset ini dapat ditingkatkan atau diturunkan, berdasarkan hasil dari proses pengadilan. Jika suatu perusahaan mengeluarkan biaya hukum untuk berhasil mempertahankan aset tidak berwujud, biaya-biaya tersebut dikapitalisasi dan meningkatkan nilai tidak berwujud. Di sisi lain, jika sebuah perusahaan tidak berhasil dalam mempertahankan aset tidak berwujud, yang tidak berwujud itu tidak berharga dan perusahaan diharuskan untuk menghapusnya. Dalam hal ini, saya memeriksa semua kejadian bedasarkan Australian Accounting Standards Board AASB 138 Intangible Assets sebagaimana diterbitkan dan diubah oleh International Accounting Standards Board IASB .

ABSTRACT
Intangible assets are assets that cannot be seen or physically measured. Although they have no physical characteristics, intangible assets have value because of the advantage they provide to a business. This paper analysed valuation model of intangible assets that can be used to value intangible assets: brand name and research development assets. The value of these assets can be increased or decreased, based on the outcomes of court proceedings. If a company incurs legal costs to successfully defend an intangible asset, those costs are capitalised and increase the value of the intangible. On the other hand, if a company is unsuccessful in defending an intangible asset, the intangible is worthless and the company is required to write it off. In this case, I examine the event based on Australian Accounting Standards Board AASB 138 Intangible Assets as issued and amended by the International Accounting Standards Board IASB ."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Mohamad Harharah
"ABSTRAK
Makalah ini adalah tentang studi kasus untuk menganalisis aset tidak berwujud, di mana saya mewakili firma akuntansi menasihati Snow Protek Ltd untuk kepatuhannya dengan AASB 138 Aset Tak Berwujud, yang berkaitan dengan perlakuan akuntansi masa lalu dan saat ini dari aset tidak berwujud. Hasilnya termasuk dianalisis pada nilai yang sesuai dari setiap aset tidak berwujud pada 30 Juni 2016 berdasarkan dasar pengukuran yang tepat model biaya, model revaluasi atau jumlah terpulihkan dan diskusi tentang amortisasi. Pembahasan juga termasuk komentar tentang perlakuan akuntansi masa lalu yang dijelaskan di atas yang tidak konsisten dengan AASB 138, dengan pengobatan yang tepat yang seharusnya diadopsi.

ABSTRACT
This paper is about a case study to analyse an intangible asset, where I represent the accounting firm advising Snow Protek Ltd as to its compliance with AASB 138 Intangible Assets, relating to the past and current accounting treatment of the intangible assets. The result includes an analysed on the appropriate value of each intangible asset at 30 June 2016 based on the appropriate basis of measurement cost model, revaluation model or recoverable amount and discussion on amortization. The discussion is also including comments on any past accounting treatment described above that are not consistent with AASB 138, with the appropriate treatment that should have been adopted."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Nila Saraswati
"ABSTRAK
Snow Protek Ltd adalah perusahaan kecil dengan proyek penelitian yang mengharapkan pertumbuhan cepat selama lima hingga sepuluh tahun ke depan. Perusahaan ini sedang melakukan penelitian dan pengembangan krim wajah dan material untuk membuat jaket ski. Sebagai entitas pelaporan, Snow Protek Ltd wajib mematuhi semua standar akuntansi serta membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan dari Australian Accounting Standard Board AASB . Tesis ini akan menentukan biaya mana yang dapat diakui sebagai aktiva tidak berwujud dan biaya mana yang diakui sebagai pengeluaran dengan cara menganalisa setiap biaya yang terjadi dalam penelitian dan pengembangan. Perbandingan nilai buku dengan nilai yang dapat kembali akan mendemonstrasikan penurunan nilai di brand Snowsafe.
Snow Protek Ltd is a small company with research projects that expect rapid growth over the next five to ten years. The company is conducting research and development of face creams and materials for making ski jackets. As a reporting entity, Snow Protek Ltd must comply with all accounting standards and make financial reports in accordance with the provisions of the Australian Accounting Standard Board AASB . This thesis will determine which costs can be recognized as intangible assets and which costs are recognized as expenses by analyzing any costs incurred in research and development. Comparison of book values with values that can return will demonstrate a decrease in value in Snowsafe."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Djefris
"Intangible assets atau a!ctiva tidak berwujud adalah elemen kunci dalam perekonomian yang berbasis ilmu pengetabuan dan merupakan sumber daya yang panting bagi keunggulan daya saing bisnis perusabaan. Perusabaan-perusabaan yang mempergunakan asset-aset intelektual yang tinggi seeara substansial, merupakan pelaku dalarn bisnis modem yang dikenal sebagai modem economy. Saat ini, di negara-negara maju, faktor-faktor produksi yang paling penting telah beralih kepada se.suatu yang tidak kasat mata (invisible). Faktor-faktor tersebut adalah Intangible assets yang juga sering disebut sebagai intellectual assets atau intangibles, diantaranya : brand, reputation, trademarks, software, R&D, patent. SDM skills, strategy, process quality, supplier and customer relationship, dan lain-lain. Aset-aset tidak berwujud ini memberikan kontribusi sangat besar bagi peningkatan daya saing perusahaan dalam industri.
Pengenaan royalty fee telah menjadi hal yang umum digunakan oleb perusabaan yang mentransfer intangible property-nya kepada perusabaan lain tanpa memandang pihak ketiga, anak perusabaan atau afiliasinya. Bagi otoritas pajak, penting untuk memfokuskan perhatiannya terhadap intangible asset dan menghendaki perusabaan-perusahaan tersebut mengenaksn royalti kepada anak perusaltaannya atas penggunaan intangible property mereka dengan arm's length principle. Perusahaan· perusabaan multinasional dalam rangka meminimalkan hehan pajak seeara grup usaba cenderung melakukan tax planning, terkait dengan aliran pengenaan royalti atas penggunaan merck oleh semua anak perusahaan dan afiliasinya yang tersebar di beberapa negara dengan jenis perlakuan pajak yang berbeda-hoda pula. Perencanaan tentang negara domisili yang paling efektif dan efisien bagi portofolio sering merupakan faktor penting.
Dari analisis yang dilakukan terbadap vmiabel-vmiabel yang menentukan daya redam regulasi pajak Indonesia terbadap praktek transfer pricing atas intangible property, disimpulkan sebagai berikut: (a) Indonesia belum memiliki peraturan yang memberikan perhatian kbnsus terhadap intangible property. Hanya terdapat aturan berupa dafta! aktiva tidak berwujud atau kbnsusnya intangible property yang berl

Intangible Assets are key elements in the knowledge-base economics and represent resource which necessary fur exce11ence of a company’s business competitiveness. Companies utilizing high intellectual assets by substantial, is representing perpetrator in modem business which is known as modem economy. Currently, in many developed countries, the most important production factors have transferred to something that are invisible. The factors are Intangible assets which also often being conceived as intellectual or intangibles, i.e.: brand, reputation, trademarks, software, R&D, patent, Human Resources, strategy, process, customer and supplier relationship, and others. These Intangibles contribute largely in order to increase the competitiveness of a company in industry.
The imposition of royalty fee have come to common feature used by companies which transferring.their intangible properties to other companies without reference whether unrelated parties, subsidiaries or affifiations. For tax authorities, it is important to focus their attention to intangible assets and require the companies to impose royalty at arm's length principle to their subsidiaries due to the usage of their intangible property. Multinational Enterprises (MNE) in order to minimize tax burden on the whole group, tend to conduct tax planning, related to the stream of royalty imposition due to the usage ofbrand by all subsidiaries and affiliations which located in some states which tax regimes are different each other. The planning about most efficient and effective domiciled state to portfolio often represents important factor.
Analysis that have been conducted to those essential variables which energize the power of Indonesian tax regulation to combat the practices of transfer pricing of intangible property, concluded as follows: (a) Indonesia has not yet owned regulations giving special consideration to intangible property. Only there are order in the form of intangible asset list or specially respective intangible property with payment of royalty in clarification of Income tax Act section 4(1)(h). But there is no classification of the intangible asset in marketing intangible as well as trade intangible. Royalty is arranged by section 4 (l)(h) as object of income tax and in Tax treaty 12. (b) Final Regulations which go into effect, do not arrllJige about the ownership test of intangible property , either through legal ownership and also economic ownership. (c) reference to restructuring of supply chain issues at MNE, Indonesia fmal tax regulations not yet can give adequately anti tax avoidance There is a tendency of large companies in Indonesia concerning a degradation of functions 2 especially foreign investment companies which enter in international supply chain network from a MNE. Hereinafter the valuable intangible properties (brand, patent, and others) migrated to their associations beyond the sea, and companies in this country only as contract manufacturer aud sales commissionaire. (d) There are no statement or guidance about most recommended method/methods in handling transactions of transfer of intangible property.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T 25277
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Sundary
"Penelitian ini menganalisis penerapan pengendalian intern, kebijakan akuntansi, dan tata cara pengelolaan Aset Takberwujud ATB di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti . Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi penerapan pengendalian intern, kebijakan akuntansi ATB, pengelolaan ATB dengan kerangka Committee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission COSO dan Buletin Teknis Nomor 17 Tahun 2014 tentang Akuntansi Aset Tak Berwujud Berbasis Akrual. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat kelemahan penerapan pengendalian intern pada komponen penilaian risiko dan kelemahan pada pengakuan dan pengukuran ATB. Hasil penelitian menyarankan Kemenristekdikti menyusun kebijakan penerapan lima komponen Sistem Pengendalian Intern SPI , manajemen risiko, membentuk tim untuk memberikan rekomendasi pengakuan dan pengukuran ATB, dan melakukan inventarisasi ATB.

This research analyzes implementation of internal control, accounting policy, and intangible procedure management in Ministry of Research, Technology, and Higher Education. This analysis is done by comparing condition of internal control implementation and accounting policy with framework of Committee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission COSO and Technical Bulletin of Government Accounting Standards Number 17 about The Accrual Based Accounting of Intangible Assets. This research uses qualitative methodology with case study approach.
The research results show that implementation weakness of internal control in the risk assessment and implementation weakness of intangible assets in the recognition and measurement. The results of research suggest Ministry of Research, Technology, and Higher Education should set policies of five internal control components, risk management, establish a team for giving recommendation of intangible assets acquisition and measurement, and inventorying intangible assets.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Claudia
"Laporan magang ini bertujuan untuk mengevaluasi prosedur audit KAP GARA Indonesia atas akun Aset Tak Berwujud. PT HTB merupakan Badan Usaha Jalan Tol yang memegang kontrak konsesi jasa dengan Pemerintah Indonesia untuk membangun dan mengelola jalan tol ABC-CDE. Analisis prosedur audit didasarkan pada ISA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ISAK 16, PSAK 19, dan PSAK 34. Terdapat perbedaan perlakuan akuntansi menurut PT HTB dan KAP GARA Indonesia dalam mencatat nilai aset tak berwujud, sehingga menimbulkan penyesuaian.

This internship report is aimed to explain about the evaluation of audit procedur of KAP GARA Indonesia. PT HTB holds concession right with Indonesian Government to build and operate ABC-CDE toll road. Analysis of Audit Procedure is based on ISA and applicable laws and regulations in Indonesia, ISAK 16, PSAK 19, and PSAK 34. There are differences in the accounting treatment of PT HTB and KAP GARA Indonesia, resulting in adjustment."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library