Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 324 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Beckwith, Thomas G.
Reading: Addison-Wesley, 1990
620.004 4 BEC m (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Beckwith, Thomas G.
Reading, Mass.: Addison-Wesley, 1982
620.004 4 BEC m (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fribance, Austin E.
New Delhi: Tata McGraw-Hill, 1983
621.37 FRI i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Morrison, Ralph
New York: John Wiley & Sons, 1984
620.004 2 MOR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdani Zain
"Perkembangan teknologi komputer dan turunnya harga komputer telah menyebabkan meluasnya pemakaian komputer dibidang kedokteran. Meningkatnya penggunaan ini, khususnya di bidang medis, adalah sebagai akibat keinginan untuk memaksimalkan kegunaan komputer itu sendiri secara efisien. Hal ini biasanya akan diperoleh dengan cara optimisasi interaksi pemakai dan informasi-informasi yang dihasilkan oleh komputer. Kegunaan maksimal informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem komputer tergantung dari aplikasinya bagi pemakai. Dengan maksud tercapainya salah satu dari sekian objektif yang ingin dicapai, maka dikembangkan teknik pemerosesan citra untuk optalmologi.
Studi tentang subjek ini telah dilaksanakan dan dibuktikan kegunaanya untuk penditeksian awal glaucoma. Teknik pemerosesan citra dalam aplikasinya dibidang oftalmologi terutama menyangkut cara menghasilkan suatu citra baru dari pada citra yang langsung berasal dari alat foto fundus, baik monokular maupun stereo dan kamera slit lamp. Citra yang baru ini biasanya sudah melewati proses perbaikan citra, penghilangan derau (noise), peningkatan ketajaman gambar, dan penditeksian tepi. Hasil yang didapatkan adalah tetap suatu citra yang masih memerlukan kemampuan pemakainya untuk menterjemahkannya. Peningkatan dibidang ini telah dilakukan, dengan memanfaatkan komputer untuk menyaring informasi yang cukup sulit jika dilaksanakan oleh manusia.
Sungguhpun teknik pemerosesan citra dapat meningkatkan kemampuan dan sejumlah manfaat bagi manusia, pemakaian teknik ini hanya akan efisien jika pemakainya memiliki pengetahuan tentang ciri-ciri penyajian atau penampakan analog dari fenomena alam.
Penyajian analog dari pada kelainan mata, seperti peningkatan kerusakan mata akibat glaucoma, penyempitan lapang pandangan mata, perubahan topografis dari pada cup dan penampakan warna dari pada retinal layer dan ukuran dari anterior chamber, merupakan objek utama dari pada studi ini. Glaukoma, sebagai suatu penyebab yang cukup umum dari kebutaan, dapat diditeksi pada taraf awal dengan mempelajari perubahan topografis atau cupping papilla ( optic disc ). Perubahan-perubahan konfigurasi papilla telah ditemukan sebagai indikator yang baik untuk menentukan adanya, serta kemajuan glaukoma. Tetapi, untuk topografis dan konfigurasi yang ekstensif tidak dapat ditentukan, jika menggunakan pengukuran dengan satu parameter tertentu saja untuk secara tepat dapat membedakan papilla normal dan glaukoma.
Dengan menggunakan teknik pemerosesan citra untuk pemakaian dibidang oftalmologi, dapat diekstrak karakteristik yang khas dalam membedakan mata normal dan glaukoma. Untuk mencapai tujuan ini, beberapa studi telah dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metoda untuk menentukan dan mengukur kondisi glaukoma; yang tentunya harus dilengkapi dengan sejumlah uji coba lebih lanjut.
Maksud dan tujuan dari pada studi ini, adalah mengembangkan suatu aplikasi teknik pemerosesan citra untuk oftalmologi khususnya glaukoma. Secara bertahap beberapa teknik pemerosesan telah diajukan.
Dalam hal komputerisasi lapang pandangan mata , dibahas suatu perimeter projeksi berbasis komputer berikut teknik pengukurannya. Juga dibahas analisis, kalibrasi lapang pandangan mata dan tentang sistem kontrol pergerakan mata dengan metoda yang belum pernah diterapkan sebelumnya.
Stereo-photogrametri digital untuk papilla adalah suatu bidang dalam lime dan teknologi kedokteran yang telah diterima secara meluas khususnya optalmologi. Teknik ini secara meluas telah digunakan untuk mengukur secara kuantitatif, seperti perbandingan cup/disc.
Diketahui bahwa ukuran dan kedalaman dari papilla sangat berubah-ubah dari individu ke individu, sehingga perbandingan cup/disc tidak bisa merupakan faktor penentu, melainkan bentuk cup dan perbandingan cup tersebut terhadap mata sebelahnya lebih bisa menentukan.
Sebagai pengganti cara pengukuran kuantitatif tersebut diatas, dikembangkan teknik rekonstruksi tiga dimensi papilla, yang tidak lain merupakan pengukuran cara kualitatif. Suatu cara baru untuk melakukan pengukuran volume dari bilik depan mata manusia telah dikembangkan dengan hasil yang cukup teliti. Agar selanjutnya dapat digunakan secara klinis, masih diperlukan pengukuran dengan jumlah pasien yang lebih besar.
Untuk analisis suatu topografis yang lebih rumit, teknik-teknik yang telah dibahas diatas, akan sangat lebih bermanfaat jika dilengkapi dengan teknik perbaikan warna. Dengan teknik ini dapat membuat setiap gangguan atau kelainan lapisan serabut saraf retina, menjadi lebih jelas dengan penampakan yang lebih mudah untuk diinterpretasikan.
Secara fungsional dan keterkaitan satu sama lain dari teknik-teknik yang telah dibahas, jelas dapat dimengerti bahwa semuanya secara teknis cukup potensial untuk dikembangkan kesuatu sistem baru yang diberi nama Sistem Pemerosesan Citra oftalmologis" atau " ohthalmologic Image Processing System (GIPS).
Pada penelitian ini juga dikemukakan suatu perkakas baru dan teknik yang memiliki kemampuan untuk mengamati, analisis, dan pengontrolan tahapan terhadap akibat dari suatu gangguan pada mata, seperti pertumbuhan dan perbaikan kembali lapang pandangan dan lapisan serabut saraf.
Dengan menggunakan software interface standar'dan guide line suatu Geographic Information System, semua informasi spasial kelainan mata yang didapat dengan menggunakan teknik-teknik tersebut diatas dapat diintegrasikan menjadi satu sehingga akan didapatkan kemampuan mengakses dan memeroses multipel data Optalmologis serta mengembangkan prosedur dan algoritma untuk mengolah informasi.
Sistem terakhir ini diharapkan dapat dikembangkan dalam waktu dekat mendatang sehingga didapat suatu sistem management informasi yang efisien dalam memenuhi kebutuhan mengakses data bagi para ahli ilmu kedokteran, khususnya bagi peneliti yang berminat mengembangkan bidang optalmologi.

Recent advances in computer technology and the recent reduction in the price of computer have resulted in their widespread use in medical applications gas well as in home. The increase in use, especially in medicine, has resulted in the concern over how to maximize the efficient use of computer. This is usually accomplished by optimizing the interactions of the users with the information's presented by the computers. The ultimate use of information's generated by the computer system is in its application to users. In order to accomplish one of the objectives, we develop the image processing technique for ophthalmology.
The study of this subject has been conducted and proved especially useful for early detecting of glaucoma in the eye.
Image processing technique for ophthalmology applications is highly concerned with the generation of new images from existing images which were produced from a monocular- or Stereo-fundus camera and slit lamp camera. The new enhanced image may have noise suppressed, blurring removed, or edges accentuated.
The result is, however, still an image, usually meant to be interpreted by a person. Bore progress has been made in these areas where computers have been called upon to extract ill-defined information from images that even people find hard to interpret.
While image processing techniques offer increased capability and a number of potential advantages for the human being, the effective use of image processing techniques requires an understanding of object features of analog presentations.
The analog presentations of eye diseases, such as the progression of damage from glaucoma, decreasing of visual field, topographic changes or cupping and color appearance of the retinal layer in the human eye and its anterior chamber volume measurement are mainly the object of this study. Glaucoma, as a common cause of blindness can be detected in the early stages by studying topographic changes or cupping of the optic disc. Changes in the configuration of the optic disc cup in human eye were found as a good indicator of the presence and progress of glaucoma. However, in more extensive topographies and-configuration determination no single measurement parameter was able to accurately differentiate normal and glaucomatous optic cup.
By using the proposed image processing technique for ophthalmology applications, the most distinguish characteristic of normal and glaucomatous eye can be extracted. These findings suggest that any single feature of optic cup was not a sensitive indicator of glaucomatous cupping.
To accomplish these phenomena, some studies have been conducted on the methods for determining and measuring the glaucomatous eye, but the improvements and further development is still needed.
The purpose of this study is, therefore, to develop image processing technique for ophthalmology applications especially glaucoma. In this research work several image-processing techniques were proposed subsequently.
In regard with computerization of visual field measurement, the design of a new computerized projection perimeter and its measurement technique was discussed. The analysis and calibration of visual field map, including of a kind of eye movement control was also discussed, which have never been included in the ever-built perimeter.
Digital stereo-photogrammetry of the optic disc is one of the areas of medicine in which has received wide interest in ophthalmology. This technique have been 'idely used for measurements of the optic disc quantitatively, such as cup/disc ratio. We know that the size and depth of the physiologic cup varies greatly among different individuals. The significant factor is not the cup/disc ratio, but the "shape" of the cup and its comparison to that of the cup in the fellow eye.
Instead of quantitative measurement the three-dimensional reconstruction of the optic disc was developed by which the qualitative measurements of optic disc can be done.
A new computerized method to measure the volume of anterior chamber in the human eye was extended to extract the parameter, which can be used to accurately differentiate normal and glaucomatous eye.
The analysis of complex topographical relationships such as those mentioned above can be greatly aided by the use of color enhancement technique to make any defect part of retinal and nerve fiber layer too clear to be detected. By using these techniques, the appearance of retinal layer and the color boundary of nerve fiber layer have been enhanced.
The functioning and interrelation of whatever the above presented techniques is clearly understood and technologically potential for expansion to the new area of imaging system so called ophthalmologic image processing system (DIPS).
This research has also develop new tool and technique that offer the potential to observe, analyze and control the end results of diseases affecting the human eye, such as reproducibility and recovery of visual field and nerve fiber layer. Using standard interface software?s and operating guide lines of geometric information system (GIS) all of the ophthalmologic information extracted in the above mentioned image processing techniques have been integrated to provide the capabilities to access and process multiple ophthalmologic disperse data sets and develop the necessary procedures and algorithm to drive resource information.
This system has established an efficient information management system to meet the data access requirements of medical doctors specializing in ophthalmology.
"
2000
D437
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Sufiani
"ABSTRAK
Rangkaian pembagi daya optik telah dibuat untuk suatu sub sistem komunikasi optik. Untuk ini dipilih jenis gelas BK-7 yang dapat diperoleh dengan mudah di Indonesia. Pada proses pembuatannya digunakan metoda natural difusi dan Tl 2 SO4 sebagai sumber ion Ti yang akan didifusikan. Tahap pertama dari pembuatan rangkaian pembagi daya adalah proses pembentukan lapisan pandu gelombang pada permukaan substrat BK-7. Kemudian dilanjutkan dengan proses pembentukan rangkaian pembagi daya optik 1 x 3, menggunakan metoda photolithografi.
Tahap akhir adalah proses pemotongan dan pemolesan pada ujung input dan output rangkaian pembagi daya. Rangkaian pembagi daya dengan sudut-sudut pencabangan 1°, 40, 5°, dikarakterisasi rnenggunakan sumber cahaya laser He-Ne, A. = 0,63 µm. Dan karakterisasi diketahui bahwa rangkaian pembagi daya dengan sudut pencabangan 10 mempunyai distribusi paling mendekati teoritis di ketiga outputnya dengan effisiensi transmisi sebesar 32,66% dan rugi-rugi sisipan 2,73. Hasil karakterisasi pencabangan lainnya dibahas di bab 4."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisman
"Pada eksperimen ini telah dibuat lapisan tipis CuInSe2 pada substrat kaca (n=1,51) dengan temperatur substrat 150°C dan 200°C deagan variasi ketebalan sekitar 0,2-0,45 un dengan metode evaporasi thermal dalam vakum. Kemudian dilakukan pengukuran sifat optik dan listriknya. Dari nilai-nilai transmitansi dan reflektansi yang diperoleh digunakan untuk menghitung indeks bias, koefisien absorbsi dan energi gap dari lapisan tipis CulnSe2. Pada eksperimen ini didapatkan hasilnya sebagai berikut; Indek bias ( n) sekitar 2,6 - 4,7, koefisien absorbsi (a) sekitar ( 2 - 9 ) x 104/cm dan energi gap sekitar ( 1,02 - 1,45 ) av. Untuk sifat listriknya ternyata resistivitas listrik dari lapisan tipis ini merupakan fungsi dari ketebalan. Yaitu semakin tipis ketebalan lapisan, semakin besar harga resistivitas listriknya. Harga resistivitas listrik dari lapisan tipis CulnSe2 ini sekitar 1,4 - 3,4 ohm cm dan semua sampel ternyata mempunyai type ? n.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, bahwa lapisan tipis CuInSe2 ini merupakan bahan semikonduktor yang potensial untuk dapat dikembangkan, terutama penggunaannya sebagai bahan penyerap sinar matahari pada solar sel."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlindah JS Adriaansz,author
"ABSTRAK
Commercial Paper adalah salah satu jenis surat berharga yang belum lama dikenal di Indonesia. Instrumen ini merupakan surat berharga jangka pendek, tanpa jaminan, diterbitkan oleh perusahaan yang mempunyai peringkat memadai untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendek, berjangka waktu sampai dengan 270 hari, dan pada umumnya diterbitkan dengan sistem diskonto. Sebagai instrumen yang baru dikenal di Indonesia Commercial Paper (CP) penerbitan dan perdagangannya belum diatur secara memadai. Sampai saat ini barn ketentuan yang tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/52/KEP/DIR tanggal 11 Agustus 1995 mengenai Persyaratan Penerbitan dan Perdagangan Surat Berharga Komersial (Commercial Paper) Melalui Bank Umum di Indonesia yang dapat dijadikan pedoman untuk menerbitkan dan memperdagangkan Commercial Paper di Indonesia. Ketentuan ini menempatkan Commercial Paper sebagai surat sanggup kepada pengganti menurut pembagian dalaxn Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia. Namun ketentuan itu dirasakan masih belum cukup mendukung kegiatan penerbitan dan perdagangan Commercial Paper di Indonesia. Oleh karena itu, masih diperlukan ketentuan lain yang dapat mendukung penerbitan dan perdagangan berbagai jenis surat berharga yang merupakan hasil inovasi dan pasar uang di Indonesia. (Commercial Paper merupakan salah satu diantaranya)."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Hitam
"BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengukuran tekanan bola mata merupakan hal yang panting pada pemeriksaan mata karena dapat dipakai untuk menilai salah satu parameter dinamika cairan akuos. Alat yang paling banyak dipakai mengukur tekananan bolamata pada saat ini adalah tonometer indentasi Schiotz dan tonometer aplanasi Goldmann (1).
Hasil pemeriksaan tonometri aplanasi Goldmann diakui paling teliti, hal ini disebabkan perubahan volume cairan akuos selama pemeriksaan sedikit sekali Yaitu ± 4,5 ul, sehingga dianggap hasil pemeriksaan tersebut tidak dipengaruhi oleh kekakuan
dinding bola mata (ocular rigidity) seperti halnya hasil pemeriksaan dengan tonometri indentasi Schiotz {2,3). Keadaan di atas menyebabkan tonometri aplanasi Goldmann menjadi rujukan dari pemeriksaan tonometri Schiotz. Sayangnya bila tidak digunakan dengan hati-hati dapat terjadi kerusakan epitel kornea akibat obat anestesi yang dipakai dan tersentuhnya kornea oleh alat tersebut. Dilaporkan bahwa pemeriksaan tonometer ini dapat pula menyebarkan infeksi seperti radang konjungtiva, hepatitis,
maupun penyakit AIDS melalui alat yang terkontaminasi (3).
Oleh karena itu kebutuhan terhadap alat yang dapat mengukur tekanan bola mata dengan teliti tanpa menyentuh kornea amat terasa. Baru pada tahun 1972 alat yang demikian diperkenalkan oleh Bernard Goldman yang disebutnya tonometer nonkontak (4). Pengukuran tekanan bola mata dilakukan dengan jalan meniupkan udara ke kornea, jadi tanpa menyentuhnya secara langsung. Penilaian tingginya tekanan bola mata dilakukan dengan mengamati pantulan cahaya dari kornea pada saat aplanasi terjadi, lalu diproses oleh komputer dan hasilnya disajikan dalam bentuk angka angka.
Penelitian di beberapa negara Barat memperlihatkan bahwa hasil pemeriksaan tonometri nonkontak tidak banyak berbeda secara bermakna dibandingkan tonometer aplanasi Goldmann pada tekanan bola mata yang normal (5). Akan tetapi penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh Hitam (8) di Indonesia memperlihatkan keadaan yang sebaliknya. Dalam laporannya setelah memeriksa 20 penderita, ia menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dari kedua cara pemeriksaan di atas, walaupun yang dilakukannya bukan suatu pemeriksaan tersamar ganda yang selama ini dianggap blebih ideal. Perbedaan hasil yang didapat dari beberapa penelitian di luar negri dibandingkan penelitian pendahuluan yang dikerjakan Hitam di Indonesia, mendorong penulis untuk melanjutkan penelitian pendahuluan tersebut dengan jumlah sampel yang lebih banyak disertai pemeriksaan yang lebih baik yaitu dengan milakukannya secara tersamar ganda.
Pada tekanan bola mata yang lebih tinggi ketelitian tonometer nonkontak berkurang (5). Seperti halnya tonometer aplanasi Goldmann, tonometer nonkontak tidak dapat dilakukan pada keadaan kornea yang tidak normal, penderita dengan fiksasi yang jelek, serta penderita yang tidak dapat bekerjasama (4,5)?
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>