Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Earlene Vinsensia
Abstrak :
Persepsi nilai produk merupakan faktor penting yang dapat memengaruhi intensi membeli konsumen. Salah satu cara untuk memunculkan persepsi nilai produk yang baik di mata konsumen adalah melalui influencer yang kredibel. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran persepsi nilai produk sebagai mediator dalam hubungan antara kredibilitas influencer dan intensi membeli pada pengguna Instagram. Partisipan penelitian ini merupakan 311 pengguna Instagram berjenis kelamin perempuan dan berusia 18-24 tahun. Hasil analisis mediasi menunjukan bahwa terdapat hubungan tidak langsung antara kredibilitas influencer dan intensi membeli melalui persepsi nilai produk (ab = 0,236, p < 0,05). Selain itu, terdapat pula efek langsung antara kredibilitas influencer dan intensi membeli (c’ = 0,146, p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa persepsi nilai produk memediasi secara parsial hubungan antara kredibilitas influencer dan intensi membeli pada pengguna Instagram. Dengan demikian, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pelaku bisnis dalam memilih influencer yang ingin diajak bekerja sama, yaitu dengan memperhatikan kredibilitas influencer.
Product perceived value is an important factor that can influence consumer purchase intention. One way to bring up a good consumer's product perceived value is through a credible influencer. This study aimed to look at the role of product perceived value as a mediator in the relationship between influencer's credibility and purchase intentions on Instagram users. The participants of this study were 311 Instagram users who were female and aged around 18-24 years. The results of mediation analysis showed that there was an indirect relationship between influencer credibility and purchase intention through product perceived value (ab = 0,236, p <0,05). In addition, there was also a direct effect between influencer's credibility and purchase intention (c‘= 0,146, p <0,05). This shows that product perceived value partially mediates the relationship between influencer credibility and purchase intention on Instagram users. Thus, this research can be useful for businessmen in choosing influencers who they want to work with, by paying attention to influencer’s credibility.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jesivinica Christy Santoso
Abstrak :
Penggunaan Influencer Instagram di Indonesia menjadi menarik untuk diteliti mengingat Indonesia adalah negara heterogen yang terdiri dari sangat banyak etnis dan budaya yang mana sangat mungkin terjadi fenomena ingroup bias. Fenomena ini dapat dijelaskan oleh Social Identity Theory yang dikemukakan oleh Tajfel dan Turner (1986) dimana dikatakan bahwa semakin seseorang terasosiasi dengan kelompoknya, maka akan semakin bias juga perlakuan dan persepsi seseorang terhadap anggota dari kelompok lain. Peneliti menguji peran identitas etnis konsumen sebagai moderator hubungan identitas sosial influencer (Ingroup/Outgroup) dan intensi membeli. Partisipan terdiri dari mahasiswa dan karyawan dari berbagai instansi (N=316) diuji menggunakan versi Bahasa Indonesia dari Purchase Intention Scale dan Multigroup Ethnic Identity Measurement – Revised (MEIM-R) untuk melihat tingkat intensi membeli dan identitas etnis konsumen secara berurutan. PROCESS oleh Hayes (2020) digunakan untuk menguji peran moderasi identitas etnis. Analisis statistik menunjukkan bahwa identitas etnis konsumen tidak memoderasi hubungan identitas sosial influencer (Ingroup/Outgroup) dan intensi membeli. Diskusi dan saran penelitian dibahas di bagian akhir makalah.
The usage of Influencer Instagram in Indonesia is a very interesting topic to be examined since Indonesia is a heterogenic country consisting of various ethnicities and cultures which supports the ingroup bias phenomenon to occur. This phenomenon can be explained by Social Identity Theory proposed by Tajfel and Turner (1986) which states that the more a person affiliated to a group, the more he/she is biased towards members of other groups. Current study examined the role of consumer’s ethnic identity as the moderator of the relationship between influencers social identity (Ingroup/Outgroup) and purchase intention. Participants consist of students and employees (N=316) were tested using the Indonesian version of Purchase Intention Scale and Multigroup Ethnic Identity Measurement – Revised (MEIM-R) to see the value of purchase intention and consumers ethnic identity respectively. PROCESS by Hayes (2020) was used to examine the moderating role of consumer’s ethnic identity. Statistical analysis shows that consumers ethnic identity doesnt moderate the relationship between influencer’s social identity (Ingroup/Ougroup) and purchase intention. Discussion and research suggestions are discussed at the end of the paper.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatri Fathiyyah Fadilah
Abstrak :
Peningkatan penggunaan teknologi dan internet menjadikan komunikasi dan informasi semakin mudah untuk didapatkan, salah satunya adalah dengan menggunakan platform media sosial. Salah satu bentuk dari strategi pendekatan aktif pemasaran melalui media sosial adalah menjadikan digital influencers sebagai endorsers dari brand perusahaan. Digital influencers akhir-akhir ini banyak digunakan oleh perusahaan sebagai bentuk strategi electronic word of mouth (E-WOM), karena dapat dianggap sebagai sebuah alat untuk memberikan informasi mengenai brand secara lebih luas. Penelitian ini menelusuri bagaiman atribut yang dimiliki oleh digital influencers pada Instagram dapat memengaruhi hubungan parasocial dan kredibilitas, yang kemudian dapat berdampak kepada kredibilitas brand dan repurchase intention pada pelanggan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan total responden sebanyak 243 orang melalui purposive sampling dan dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Hasil studi ini menunjukan bahwa attractiveness dan attitude homophily memiliki pengaruh yang positif terhadap hubungan parasocial dan kredibilitas influencer. Kredibilitas influencer memiliki pengaruh positif terhadap kredibilitas brand. Dan kredibilitas brand dan hubungan parasocial memiliki pengaruh positif terhadap repurchase intention, meskipun kredibilits influencer ditemukan tidak memiliki pengaruh terhadap repurchase intention ......With the increasing use of technology and also the internet makes communication and information easier to get, one of which is by using a social media platform. A form of active marketing strategy approach that can be done through social media is by making digital influencers as endorsers of a company’s brand. Digital influencers nowadays have been used by many companies as a form of electronic word of mouth (E-WOM) strategy, because they can be considered as a tool to provide information about brands more broadly. This research investigates how the perceived attributes of digital influencers on Instagram influence their parasocial relationship and credibility, which further may impact brand credibility and repurchase intention of consumers. The approach applied in this research is a quantitative method with total of 243 samples processed, collected using a purposive sampling and analyzed by Structural Equation Method (SEM). In this study, we find that attractiveness and attitude homophily is positively related to parasocial relationship and influencers’ credibility. Influencer’s credibility is positively related to brand’s credibility. Both brand’s credibility and parasocial relationship positively influence consumers’ repurchase intention, however, no significant effect of influencer’s credibility was found
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Pretty Aprilia
Abstrak :
ABSTRAK
Pencarian informasi dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian pada diri manusia. Informasi dibutuhkan manusia untuk membantu dalam pekerjaan maupun pada aktivitas lain yang dilakukan pada kehidupan sehari-hari. Hobi, adalah salah satu aktivitas manusia yang dilakukan pada waktu luang. Banyak orang mengeluarkan waktu serta dana yang cukup banyak saat mencari informasi untuk hobi yang dilakukan daripada untuk pekerjaan. Foodie, merupakan orang yang menyukai makanan dan tertarik untuk belajar dan mencoba makanan baru. Seorang foodie juga membutuhkan informasi untuk bisa mencicipi berbagai makanan. Media sosial menjadi salah satu sumber informasi yang digunakan foodie untuk mendapatkan informasi. Penelitian ini melihat proses pencarian informasi oleh foodie pada foto makanan di Instagram. Penelitian ini menggunakan konsep everyday life of information seeking dari Savolainen sebagai latar belakang dan konsep perilaku konsumen pada tahap pra pembelian pada konsumsi pelayanan dari Tsiotsou dan Wirtz untuk melihat cara pencarian yang dilakukan oleh foodie. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan lima orang foodie. Penelitian menunjukkan foodie menjadikan Instagram sebagai sumber utama dalam pencarian informasi. Meskipun begitu, foodie tetap mencari informasi lain dari situs directori restoran. Selain itu, foodie menjadikan harga dan lokasi sebagai sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan sebelum datang dan makan di tempat tersebut. Kata kunci: pencarian informasi, foodie, foto makanan, Instagram, pra pembelian.
ABSTRACT
Information searching is done to reduce uncertainty in human beings. Information is needed by humans to assist in the work as well as on other activities done in everyday life. Hobby is one of human activities that done at leisure. Many people spend considerable time and money while seeking information for a hobby that is done rather than for work. Foodie is a person who loves food and puts interest in learning and trying new foods. A foodie also needs information to be able tasting a variety of foods. Social media became one of the sources of information used foodie to get information. This study looks at the process of information seeking by foodie on food photos in Instagram. This study uses the concept of everyday life of information seeking by Savolainen as research background and consumer behavior in the pre purchase stage on the consumption of services by Tsiotsou and Wirtz to see how the information seeking is performed by foodie. The method is descriptive qualitative, and data retrieval is done by in depth interview with five foodies. Research shows that Instagram is the main source of information seeking. Even so, foodies keep looking for other information from restaurant directory sites. In addition, foodie makes the price and location as a evaluation and consideration material before trying the food.
2018
T51204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Fajrina
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang pengaruh kredibilitas influencer dan electronic Word of Mouth (eWOM) di Instagram terhadap keputusan pembelian. Perkembangan industri digital marketing kini menimbulkan fenomena baru yang saat ini dikenal dengan sebutan influencer marketing. Dalam konteks pemasaran, influencer menjalankan fungsi promosi dari mulut ke mulut atau yang lebih dikenal dengan Electronic Word of Mouth (eWOM). Perusahaan seperti Tokopedia menggunakan influencer marketing dalam strategi pemasaran mereka dan salah satu influencer yang bekerjasama dengan Tokopedia adalah Rachel Vennya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh kredibilitas Rachel Vennya sebagai influencer pada promo Tokopedia Maret Mantap dan mengukur efektivitas eWOM yang disampaikan oleh Tokopedia melalui Rachel Vennya terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian menunjukan bahwa kredibilitas influencer memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Selain itu, eWOM memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. dan kredibilitas influencer dan efektivitas eWOM secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. ......This thesis discusses the influence of influencer credibility and electronic Word of Mouth (eWOM) on Instagram on purchasing decisions. The development of the digital marketing industry now raises a new phenomenon that is currently known as influencer marketing. In the context of marketing, influencers carry out word of mouth promotion functions, better known as Electronic Word of Mouth (eWOM). Companies such as Tokopedia also use influencer marketing in their marketing strategies and one of the influencers who collaborates with Tokopedia is Rachel Vennya. This research is a quantitative study using multiple regression analysis to see the influence of Rachel Vennya`s credibility as an influencer on Tokopedia Maret Mantap and to measure the effectiveness of eWOM delivered by Tokopedia through Rachel Vennya on purchasing decisions. The results show that the credibility of influencers has a significant influence on purchasing decisions. In addition, eWOM has a significant influence on purchasing decisions. and the influencer`s credibility and effectiveness of eWOM together have a significant influence on purchasing decisions.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feny Dwi Maya Listianti
Abstrak :
Penelitian ini membahas bagaimana sebuah brand local sustainable brand melakukan komodifikasi terhadap isu pemberdayaan perempuan di akun Instagram. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis multimodal. Fokus penelitian adalah konten Instagram dalam @sukkhacitta yang menggunakan narasi isu pemberdayaan perempuan melalui foto, caption dan tagar tentang Ibu pembuat baju dan perjuangannya demi menarik sentimen positif, mempersuasi audiens, dan mendorong audiens melakukan pembelian. Hasil penelitian menunjukkan adanya 1) Komodifikasi konten seperti: menggunakan perempuan desa sebagai objek konten dan menggunakan narasi indah untuk menyentuh sisi emosional audiens, 2) Komodifikasi khalayak seperti: narasi pemberdayaan perempuan yang memukau audiens, terperangkap oleh sign consumption, jerat kapitalisme dan pola konsumerisme baru, 3) Komodifikasi pekerja dimana pekerja yaitu para perempuan terutama perempuan desa digunakan sebagai alat pemasaran produk dalam konten instagram @sukkhacitta. Implikasi praktis penelitian ini adalah untuk menyadarkan audiens bahwa konten instagram telah dikapitalisasi oleh brand yang pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan isu pemberdayaan perempuan sehingga perlu bersikap kritis untuk menghindari jebakan pola konsumerisme baru. Penelitian selanjutnya dapat melakukan wawancara kepada pekerja perempuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai indikasi komodifikasi pekerja dan pembeli baju local sustainable fashion brand untuk mengetahui lebih dalam makna dari isu pemberdayaan perempuan pada pembelian mereka. ......The research explores how a local sustainable fashion brand commodifies the issue of women's empowerment on Instagram platform. This research is using a qualitative approach with a multimodal analysis method. The focus of the research is the Instagram content of @sukkhacitta brand which uses narrative issues on women's empowerment through photos, captions, and hashtags about the women who make clothes and their struggles to attract positive sentiment, persuade the audience, and encourage the audience to make purchases. The results of the study show that there are 1) commodification of content such as: using the women as content objects and using beautiful narratives to touch the emotional side of the audience, 2) commodification of audiences such as: narratives of women's empowerment that amaze the audience which led to trapped by sign consumption, the trap of capitalism and new patterns of consumerism, 3) Commodification of labor where women workers, especially village women, are used as a product marketing tool in Instagram content @sukkhacitta. The practical implication of this research is to make the audience aware that Instagram content has been capitalized by brands which basically aim to gain profit by utilizing women's empowerment issues so that they need to be critical to avoid the trap of new consumerism patterns. Future research can conduct interviews with women workers to find out more about the indications of commodification of workers and buyers of local fashion clothes to find out more about the meaning of the issue of women's empowerment in their purchases.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Dwiarsianti
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis endorser dan message appeal terhadap donation intention dari postingan Instagram organisasi nirlaba. Peneliti membandingkan dua jenis endorser (selebritas dan influencer) dan dua jenis message appeal (positive dan negative) terhadap donation intention. Peneliti juga menganalisis pengaruh mediasi dari kredibilitas endorser. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan desain faktorial 2x2 terhadap 120 peserta yang termasuk ke dalam kelompok usia milenial. Temuan penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara positive dan negative appeal dalam mempengaruhi donation intention. Adapun, temuan dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya perbedaan pengaruh jenis endorser berbeda antara selebritas dan influencer terhadap donation intention. Selanjutnya, temuan penelitian juga tidak menunjukkan adanya pengaruh dari interaksi jenis endorser dan message appeal terhadap donation intention. Selain itu, temuan penelitian juga tidak menunjukkan adanya pengaruh mediasi dari kredibilitas endorser. Berdasarkan temuan penelitian tersebut, peneliti merekomendasikan organisasi nirlaba untuk berfokus pada strategi pengembangan pesan, bukan kepada pembawa pesan untuk meningkatkan keinginan berdonasi. ......This thesis aims to determine the influence of endorser type and message appeal on donation intention from Instagram posts of non-profit organizations. Researchers compared two types of endorsers (celebrities and influencers) and two types of message appeal (positive and negative) on donation intention. Researchers also analyzed the mediating effect of endorser credibility. The research was conducted using an experimental method using a 2x2 factorial design on 120 participants from the millennial age group. Research findings show that there is a significant difference between positive and negative appeals in influencing donation intention. Meanwhile, the findings in this study do not show any differences in the influence of different types of endorsers between celebrities and influencers on donation intention. Furthermore, research findings also do not show any influence from the interaction of endorser type and message appeal on donation intention. Finally, the research findings also do not show a mediating effect from endorser credibility. Based on the research findings, researchers recommend that non-profit organizations focus on message development strategies, not on the messenger to increase donation intention.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Pratama Afrianto
Abstrak :
Kegiatan donasi yang dilakukan di ruang-ruang publik mulai bergeser sejak kemunculan internet. Seperti halnya Kitabisa.com yang bergerak dalam bidang sosial dan fokus pada kegiatan penggalangan dana atau donasi. Dari berbagai bentuk kegiatan donasi yang dikampanyekan oleh Kitabisa.com, yang menarik adalah konten #bantulansia. Konten dikemas dengan menampilkan kondisi kemiskinan lansia sehingga mampu menarik para pengguna Instagram untuk memberikan like, komentar, bahkan donasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika yang berfokus pada kajian tentang tanda-tanda, fungsi tanda, sistem tanda dan produksi makna ditarik dari tanda-tanda tersebut dengan model semiotika Ferdinand De Saussure. Terdapat dua komponen yang berkaitan dalam semiotik, yaitu penanda (signifier) adalah sebuah bunyi, gambar, atau tulisan yang bermakna artinya petanda adalah aspek material dari apa yang dilihat, dibaca, ditulis atau didengar. Kedua adalah petanda (signified) yang merupakan konsep atau gambaran mental atau pikiran, artinya penanda adalah aspek mentalnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kitabisa.com cenderung menampilkan kondisi lansia yang rentan, kekurangan ekonomi dan harapan yang tidak tercapai karena ekonomi terbatas sehingga membangkitkan rasa iba, prihatin yang menjadi trigger dalam konten Kitabisa.com. Konten yang diproduksi terpola, te-rutinisasi serta mengikuti kerangka standar dan prosedur Kitabisa.com dengan syarat 5% dari donasi terkumpul akan diklaim oleh Kitabisa.com. Semakin banyak donasi yang terkumpul maka semakin tinggi nilai 5% yang diklaim oleh Kitabisa.com artinya ideologi komersial pun tidak luput dari tubuh Kitabisa.com. ......Donation activities carried out in public spaces began to shift since the emergence of the internet. Like Kitabisa.com, which is engaged in social activities and focuses on fundraising or donation activities. From the vast variety of donation campaign by Kitabisa.com, the interesting one is the content of #bantulansia. The content is packaged by displaying the poverty conditions of the elderly to attract Instagram users to give likes, comments, and even donations. This study uses a semiotic analysis method that focuses on the study of signs, sign functions, sign systems and the production of meaning drawn from these signs with Ferdinand De Saussures' semiotic model. There are two components in semiotics, the first one is signifier which could consist from sound, image, or writing created from the material aspect of what is seen, read, written or heard. The second is the signified which is a concept or mental picture or thought as the mental aspect. The results of this study indicate that Kitabisa.com tends to display the elderly in a vulnerable condition, economic difficulties and unachieved life expectancy caused by the economical limitations to trigger compassion and concern in Kitabisa.com content. The content produced is patterned, routinized and follows the standard framework and procedures of Kitabisa.com on the condition that 5% of the collected donations will be claimed by Kitabisa.com. The more donations collected, the higher the 5% value claimed by Kitabisa.com, meaning that commercial ideology does not escape Kitabisa.com's body.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilo Hari Cahyono
Abstrak :
Indonesia memiliki jumlah pengguna Instagram terbesar keempat di dunia, selain itu Indonesia memiliki ecommerce adoption yaitu prosentase jumlah orang yang membeli barang melalui Internet tertinggi di dunia. Peluang tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan oleh online store untuk memasarkan produknya melalui media instagram. Wanderlustbag adalah salah satu perusahaan rintisan yang menjual produk fashion di Instagram. Wanderlustbag saat ini mempunyai 11,700 follower dan setiap hari mengunggah konten secara rutin di Instagram, namun interaksi yang didapatkan masih sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi tingkat interaksi follower pada suatu akun online store di Instagram. Hasil penelitian ini akan memberikan rekomendasi langkah yang perlu dilakukan perusahaan agar dapat meningkatkan interaksi dengan follower. Metodologi yang digunakan menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner secara daring. Proses pengolahan data dilakukan menggunakan metode PLS-SEM melalui evaluasi measurement model, structural model, dan pengujian hipotesis. Hasil pengujian menyatakan bahwa faktor sociability, interactivity, popularity, dan community involvement memberikan pengaruh terhadap interaksi follower, namun physical attractiveness tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap interaksi follower. ......Indonesia has the fourth largest number of Instagram users in the world, besides that Indonesia has e-commerce adoption, which is the highest percentage of people who buy goods via the Internet in the world. This opportunity should be used by online stores to market their products through Instagram media. Wanderlustbag is a startup that sells fashion products on Instagram. Wanderlustbag currently has 11,700 followers and uploads content regularly on Instagram every day, but the interaction is still very low. This study aims to analyze the factors that affect the level of follower interaction on an online store account on Instagram. The results of this study will provide recommendations for steps the company needs to take in order to increase interaction with followers. The methodology used is using quantitative methods by distributing questionnaires online. The data processing process is carried out using the PLS-SEM method through evaluation of measurement models, structural models, and hypothesis testing. The test results state that the factors of sociability, interactivity, popularity, and community involvement have an effect on follower interactions, but physical attractiveness does not have a significant effect on follower interactions.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chyntia Novy
Abstrak :
Salah satu peran public relations adalah membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan melalui engagement. Engagement terkait erat dengan bagaimana memelihara para pemangku kepentingan dan hal ini selalu terkait erat dengan dialog dan komunikasi dua arah. Pentingnya engagement telah semakin ditingkatkan dengan pengembangan media sosial, yang memberikan peluang bagi publik untuk terlibat dengan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi komunikasi perusahaan dalam membangun engagement melalui pola komunikasi simetris dua arah pada konten media sosial Instagram, serta engagement yang terbentuk didalamnya. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif dengan studi kasus pada Instagram Sinar Mas. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam, sedangkan data sekunder diperoleh dari observasi terhadap Instagram Sinar Mas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi perusahaan untuk membangun engagement adalah dengan merancang konten yang relevan dengan kehidupan sehari- hari, menggunakan visual design kreatif yang disesuaikan dengan target audiens, menempatkan audiens dalam posisi yang setara, membuat pesan yang sederhana dan menyisipkan pertanyaan sehingga dapat lebih mendorong komunikasi dua arah. Peneliti juga menemukan bahwa dalam membangun engagement, perusahaan secara efektif menerapkan komunikasi simetris dengan membangun interaksi, dialog, komunikasi timbal balik, serta berusaha untuk selalu merespon pesan yang masuk. Dalam hal ini, engagement yang terbentuk berada pada tingkat menengah atau pada tingkat analisis individu yang disimpulkan dari hasil interaksi dan keterlibatan secara kognitif, afektif dan perilaku dari pengikutnya di Instagram. Meski engagement merupakan aspek penting, namun engagement di media sosial tidak menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi strategi komunikasi perusahaan secara keseluruhan. ......One of the roles of public relations is to build relationships with stakeholders through engagement. Engagement is closely related to how maintanining stakeholders which always closely related to dialogue and two-way communication. The importance of engagement has been further enhanced by the development of social media, which provides opportunities for the public to engage with companies. This study aims to describe the corporate communication strategy in building engagement through two- way symmetrical communication on Instagram social media content, as well as the engagement formed therein. This research uses a constructivist paradigm, qualitative approach with case study on Sinar Mas‘ Instagram. Primary data collection was done by in-depth interviews, while secondary data was obtained by observations on Sinar Mas‘ Instagram. The results show that corporate strategy to build engagement is by designing relevant content to everyday life, using creative visual design tailored to target audience, put audience in an equal position, create simple messages and insert questions so that it can further encourage two-way communication. Researchers also found that in building engagement, company effectively implement symmetrical communication by building interaction, dialogue, reciprocal communication, and trying to always respond the incoming messages. In this case, engagement that is formed is at the intermediate level or at the level of individual analysis which concluded from interaction results and cognitive, affective and behavior engagement of followers on Instagram. Despite engagement is an important aspect, engagement on social media is not the only factor that affects the whole corporate communication strategy.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>