Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andre
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering dialami pascatrauma kepala, tetapi faktor yang berhubungan dengan insomnia belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi insomnia pascatrauma kepala dan faktor yang berhubungan. Metode penelitian: Desain penelitian potong lintang deskriptif menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) versi Bahasa Indonesia pada pasien pascatrauma kepala di Poliklinik Neurologi RSUPN Ciptomangunkusumo, RSUD Pasar Rebo dan RSPAD Gatot Soebroto selama bulan Maret-Mei 2016 dengan onset minimal tiga bulan. Faktor yang dianalisis adalah derajat keparahan trauma kepala, gambaran CT-Scan kepala, derajat nyeri kepala, gangguan depresi dan ansietas. Derajat keparahan trauma kepala dinilai berdasarkan skala koma Glasgow, lamanya pingsan, lamanya amnesia pascatrauma dan CT-Scan kepala. Insomnia ditetapkan jika skor PSQI >8. Nyeri kepala dinilai dengan numeric rating scale, gangguan depresi dan ansietas dinilai dengan Mini Internasional Neuropsychiatric Interview Version ICD-10 (MINI ICD-10). Hasil : Diantara 70 orang subjek pascatrauma kepala, didapatkan prevalensi insomnia sebesar 33%. Subjek cedera kepala berat (31%) memiliki risiko 3,4 kali mengalami insomnia dibandingkan cedera kepala ringan (42%) (IK 95% 1,072-10,806). Subjek dengan nyeri kepala sedang sampai berat (26%) memiliki risiko 5,78 kali mengalami insomnia dibandingkan subjek tanpa nyeri sampai nyeri kepala ringan (74%) (IK 95% 1,730-19,315). Tidak didapatkan hubungan antara gangguan depresi (9%), ansietas (3%) dengan insomnia. Kesimpulan : Insomnia banyak dijumpai pascatrauma kepala. Keluhan nyeri kepala sedang sampai berat, dan cedera kepala berat merupakan faktor yang berhubungan dengan insomnia
ABSTRACT
Background : Insomnia is very common following traumatic brain injury (TBI), but the related factors with insomnia is less known. This study was aimed to determine the prevalence of insomnia after TBI and related factors. Methods : Cross-sectional descriptive study using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) Indonesian version on patients with history of TBI, with a minimum of three months since onset, in Neurology clinic of Cipto Mangunkusumo general hospital, Pasar Rebo general hospital and Gatot Soebroto Army hospital during March-May 2016. The analyzed factors consisted of: severity of TBI, head CT-Scan findings, severity of headache, depression, and anxiety disorders. Severity of TBI was assessed on Glasgow coma scale, duration of loss of consciousness, duration of post traumatic amnesia and head CT-Scan findings. Insomnia was determined if PSQI score > 8. Severity of headache was measured by numeric rating scale, depression and anxiety disorders were assessed based on Mini Internasional Neuropsychiatric Interview Version ICD-10 (MINI ICD-10). Results : Prevalence of insomnia among 70 subjects after TBI was 33%. Severe TBI subjects (31%) had 3.4 times the chance of developing insomnia compared to mild cases (42%) (CI 95% 1.072-10.806). Moderate-severe headache subjects (26%) had 5.78 times the risk of having insomnia compared to no headache-mild headache cases (74%) (CI 95% 1.730-19.315). No significant relation could be established between depression (9%), anxiety disorders (3%) with insomnia. Conclusion : Insomnia is common after TBI. Moderate-severe headache and severe TBI are the related factors of insomnia.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellis, Keith
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1988
616.849 ELL ht
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Heri Kurniawan
London: Simon & Schuster, 1996,
616.849 8 Alb g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Moynihan, Noel
Basle, Switzerland: Editiones Roche, 1988
616.849 82 MOY i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Albert, Katherine A.
New York: Simon & Schuster , 1996
616.848 8 ALB g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Noviani Adeleyna
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat insomnia yang terjadi pada mahasiswa melalui pendekatan pengaruh kecemasan tes. Hal ini menjadi penting bagi mahasiswa karena pada mahasiswa yang memiliki kecemasan tes yang tinggi, maka mahasiswa tersebut dapat mengalami insomnia. Penelitian ini berdasarkan teori yang telah dikemukakan oleh Eysenck yang mengatakan bahwa ketegangan atau kecemasan yang tinggi dapat membuat konsentrasi belajar terhambat, sehingga mahasiswa tersebut dapat menderita insomnia. Pemakaian model pada penelitian ini dikarenakan konstruk kecemasan tes memiliki indikator-indikator yang tidak dapat diukur atau diamati secara langsung, maka dilakukan dengan uji model struktural. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 167 orang. Dari hasil perhitungan dengan LISREL dengan analisis Goodness of Fit (GOF), didapat hasil Chi-Square yang cukup besar 1958.91 (p=0.0). Artinya model yang menggambarkan adanya pengaruh kecemasan tes terhadap insomnia pada mahasiswa yang sedang dalam masa ujian tidak sesuai dengan data.
ABSTRACT
The research has been done to study Insomnia among college students based on effect of test anxiety model. This study becomes important to college student because there is a possibility of insomnia among college student who have test anxiety. This study based on Eysenck?s theory who mentioned that high anxiety may distract the concentration for studying, even can make insomnia for some college students. The construct of test anxiety have indicator which can?t be direct observed, therefore researcher used structural equation modeling. The participants of this research are 167 college students. The analysis with Goodness of Fit (GOF), that have Chi-Square result 1958.91 (p=0.0). This result indicates model who have describe there is influence test anxiety to insomnia at college student does not fit with the data.
2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annafsul Muthmainnah
Abstrak :
Penyakit COVID-19 telah menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Coronavirus Disease 19 disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang menyerang saluran pernapasan. Banyak pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh berbagai faktor. Pemberian terapi murottal Al Qur’an menjadi salah satu intervensi keperawatan yang dapat membantu mengatasi gangguan pola tidur. Laporan kasus ini mengamati seorang pasien COVID-19 yang dirawat di ruang high care unit karena mengalami desaturasi dan membutuhkan alat aliran oksigen yang lebih tinggi, mengeluh kesulitan tidur di malam hari selama di ruangan karena adanya kecemasan ingin segera pulang, rasa nyeri, kedinginan, dan terganggu dengan kebisingan. Intervensi selama 3 hari dengan mendengarkan murottal Al Qur’an pada malam hari dilakukan sebagai alternatif intervensi selain dari terapi farmakologis. Terapi murottal mampu mengatasi gangguan tidur yang dialami pasien dimana keluhan sulit tidur berkurang dan kualitas tidur meningkat. Terapi murottal perlu diterapkan di ruang rawat rumah sakit maupun fasilitas lainnya guna meningkatkan kualitas tidur pasien. ......The COVID-19 disease has spread throughout the world, including Indonesia. Coronavirus Disease 19 is caused by severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), which attacks the respiratory tract. Many hospitalized COVID-19 patients experience sleep disturbances caused by various factors. The murottal Al-Qur'an therapy is one of the nursing interventions that can help overcome sleep pattern disorders. This case report observes a COVID-19 patient treated in a high care unit because she was desaturated and needed a higher oxygen flow device. She complained of difficulty sleeping at night while in the room due to anxiety about wanting to go home, pain, cold, and being disturbed by noise. Intervention for three days by listening to murottal Al Qur'an at night was carried out as an alternative intervention apart from pharmacological therapy. Murottal therapy is able to overcome sleep disorders experienced by patients where complaints of difficulty sleeping are reduced and sleep quality is increased. Murottal therapy needs to be applied in hospital wards and other facilities to improve patient sleep quality.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abet Sukoco Prasetyo
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang:Insomnia dapat terjadi pada pegawai perkantoran baik yang swasta maupun pemerintah. Instansi pemerintah pusat mempunyai peranan penting terhadap hal teknis, administrasi, dan analisis urusan pemerintah seperti hal aset negara dan inventarisasinya, dokumen-dokumen penting. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gejala insomnia dan faktor ndash;faktor yang mempunyai hubungan dengan gejala insomnia pada pegawai perkantoran instansi pemerintah pusat di Jakarta. Metode:Desain penelitian menggunakan desain potong lintang dengan 224 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner Insomnia Rating Scale IRS untuk mengetahui gejala insomnia. Instrumen lain yang digunakan adalah kuesioner karakteristik responden, Survey Diagnostic Stress SDS , Self Reporting Questionnaire 20 SRQ-20 , dan Pemeriksaan Heart Rate Variability HRV dengan mengunakan HRV analyzer SA 3000P. Hasil:Prevalensi gejala insomnia pada pegawai perkantoran instansi pemerintahan pusat mencapai 50 , dimana gejala insomnia ringan 44,2 dan gejala insomnia sedang 5,8 . Pada penelitian ini didapatkan faktor yang memiliki hubungan bermakna untuk terjadinya gejala insomnia adalah jabatan struktural OR 0,64; 95 CI 0,41 ndash; 0,98 , stressor beban kerja berlebih kualitatif sedang-berat OR 2,50; 95 CI 1,02 ndash; 6,10 dan gangguan mental emosional / positif OR 2,76; 95 CI 1,20 ndash; 6,36 . Kesimpulan dan Saran:Penelitian ini menemukan bahwa prevalensi gejala insomnia pada pegawai instansi pemerintah pusat di Jakarta cukup tinggi. Didapatkan 3 faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan gejala insomnia. Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan gejala insomnia pada pegawai instansi atau perkantoran. Kata kunci : gejala insomnia, prevalensi, instansi pemerintah pusat.
ABSTRACT
Background Insomnia can be occurred by employees in both private and government. Central government agencies have an important role to the technical, administrative, and analysis of government affairs such as national assets and important documents. The purpose of this study was to determine the prevalence of insomnia symptoms and the factors that have significant relationship of employee rsquo s central government agencies in Jakarta. Method The study design was cross sectional involving 224 respondents. Retrieving data using questionnaires Insomnia Rating Scale IRS . Other instrument used was a questionnaire characteristics of the respondents, Stress Diagnostic Survey SDS , Self Reporting Questionnaire 20 SRQ 20 , and Heart Rate Variability HRV analyzer SA 3000P. Result The prevalence insomnia symptoms of the employee rsquo s central government agencies reached 50 , which 44.2 mild insomnia symptoms and moderate insomnia symptoms were 5.8 . In this study the factors that have significant relationship are structural position OR 0,64 95 CI 0,41 ndash 0,98 , stressor qualitative work overload medium heavy OR 2,50 95 CI 1,02 ndash 6,10 and emotional mental disorders positive OR 2,76 95 CI 1,20 ndash 6,36 . Conclusions and Recommendations The study found that the prevalence of insomnia symptoms at the office employees of central government agencies in Jakarta is quite high. The work environment of this study is quite comfortable for the respondents to work. This study found three factors that have significant relationship with insomnia symptoms. Hope there rsquo ll be another study or research about other factors that have significant relationship of employee rsquo s agencies or office. Keywords insomnia symptoms, prevalence, central government agencies.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Puspita Maharani
Abstrak :
Berbagai masalah tidur seperti Insomnia dan Excessive Daytime Sleepiness kerap ditemui di populasi mahasiswa dengan prevalensi yang tinggi. Terjadinya Insomnia kerap memunculkan peristiwa Excessive Daytime Sleepiness yang memicu penurunan performa akademik dan dampak krusial lainnya bagi mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Insomnia dengan Excessive Daytime Sleepiness pada Mahasiswa S1 Reguler Universitas Indonesia. Sampel penelitian ini berjumlah 348 mahasiswa dengan teknik Proportional Sampling dan pendekatan Convenience Sampling. Desain penelitian ini berupa deskriptif korelasional, pendekatan kuantitatif, dan rancangan cross-sectional. Penelitian ini menggunakan instrumen Epworth Sleepiness Scale (ESS) dan Insomnia Severity Index (ISI). Hasil penelitian melalui Uji Korelasi Pearson ditemukan tingginya angka Insomnia dan EDS serta ditemukannya hubungan kedua variabel tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan Insomnia dengan Excessive Daytime Sleepiness pada Mahasiswa S1 Reguler Universitas Indonesia (nilai p < 0,001; α=0.05). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan mahasiswa meningkatkan awareness terkait pemenuhan kebutuhan tidurnya. Peneliti juga menyarankan evaluasi pemenuhan kebutuhan tersebut melalui pembimbing akademik dan regulasi terkait kesediaan waktu dan tempat napping untuk mahasiswa oleh institusi pendidikan. ......Sleep problems such as Insomnia and Excessive Daytime Sleepiness are common in the college student population with a high prevalence. The occurrence of Insomnia often leads to Excessive Daytime Sleepiness which triggers a decrease in academic performance and other crucial impacts on college students. This study aims to determine the relationship between Insomnia and Excessive Daytime Sleepiness in Regular Undergraduate Students at Universitas Indonesia. The sample of this study was 348 college students using The Proportional Sampling technique and The Convenience Sampling approach. The research design is a correlational descriptive, quantitative approach, and cross-sectional design. This study used the Epworth Sleepiness Scale (ESS) and Insomnia Severity Index (ISI) instruments. The results of the study through the Pearson Correlation Test found high rates of Insomnia and EDS and found a relationship between the two variables. Thus it can be concluded that there is a relationship between Insomnia and Excessive Daytime Sleepiness in Regular Undergraduate Students at Universitas Indonesia (p value <0.001; α=0.05). Based on the research results, researcher recommend that college students increase awareness regarding meeting their sleep needs. Researcher also suggest evaluating the fulfillment of these needs through academic supervisors and regulations regarding the availability of time and place for napping for college students by institutions.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Wijayanti
Abstrak :
Peningkatan jumlah penduduk lansia yang semakin bertambah, akan berdampak pada peningkatan beban ketergantungan lansia akibat penurunan fungsi fisiologis yang dialaminya seperti istirahat dan tidur. Insomnia dapat mempengaruhi penurunan kesehatan fisik, psikologis, fungsi kognitif dan sosial pada lansia. Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada lansia dengan insomnia melalui program sleep hygiene di PSTW Budi Mulia 1 Ciracas. Program sleep hygiene merupakan salah satu intervensi keperawatan yang mendorong tidur lebih nyenyak, sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur. Intervensi ini terdiri dari 8 sesi yang dilakukan selama 60 menit setiap sesinya. Instrumen yang digunakan adalah Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severy Index (ISI) dan Sleep Hygiene Index (SHI). Hasil karya ilmiah menunjukkan terdapat penurunan skor pada instrumen PSQI dari 16 menjadi 7, terdapat penurunan dari 21 menjadi 9 pada intrumen ISI dan pada instrumen SHI mengalami penurunan dari 43 menjadi 30. Penulis merekomendasikan adanya upaya untuk mengatasi insomnia dengan menerapkan intervensi peningkatan tidur pada lansia.
The increased number of elderly populations had an impact to the elderly independence due to the decrease in physiological functions experienced such as rest and sleep. Insomnia could decrease the physical, psychological, cognitive and social health functions in the elderly. This scientific work aimed to describe the implementation of nursing care for the elderly with insomnia using the sleep hygiene program at PSTW Budi Mulia 1 Ciracas. Sleep hygiene program is a nursing intervention that encourages deeper sleep, to increase the quantity and quality of sleep. This intervention consisted of 8 sessions and conducted for 60 minutes on each session. The instruments used were Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severy Index (ISI) and Sleep Hygiene Index (SHI). The sleep hygiene program resulted the decreasing scores of PSQI, ISI and SHI. The PSQI instrument decreased from 16 to 7, the ISI instrument decreased from 21 to 9, and the SHI instrument decreased from 43 to 30. The author recommends effort to resolve insomnia by using sleep enhancement interventions on ederly.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>