Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Hadi
Abstrak :
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang dapat mencapai targetnya, tanpa mengabaikan kemampuan masa depan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Konsep ini secara langsung berkaitan dengan isu lingkungan, dimana pembangunan ekonomi harus juga memperhatikan aspek lingkungan dari pembangunan tersebut. Produksi semen portland sedang dalam pengawasan kritis sebagaimana terbentuknya karbon dioksida. dalam jumlah besar sebagai hasil samping produksinya. Hal ini menuntut para ilmuwan dan engineer untuk mencari cara untuk mengurangi kadar karbon dioksida di udara, misalnya dengan mengurangi penggunaan semen dalam konstruksi. Beton geopolimer adalah beton yang terbentuk dari material geopolimer sebagai bahan sehingga sepenuhnyamengganti penggunaan semen sebagai bahan pengikat. Material geopolimer dalam penelitian ini menggunakan bahan dasar abu dasar (bottom ash), dimana bahan tersebut sebagai limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 13 Tahun 1999 dan PP No. 85 Tahun 1999. Penggunaan abu dasar sebagai bahan konstruksi merupakan salah satu upaya untuk menetralisir kadar limbah dalam abu dasar, sahingga dapat digunakan kembali dan memiliki nilai jual. Parameter yang akan diteliti adalah kuat tekan dan kuat tarik dari beton geopolimar, serta ketahanan asam material geopolimer terhadap serangan asam. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa kuat tarik baton geopolimer dapat mancapai dua kali lebih besar dan kuat tekanannya. Serta perendaman sampel geopolimer dalam larutan HCl 37% selama 7 hari memperlihatkan penurunan kuat tekan yang kecil. ......Sustainable development is process of developing that meels the needs of present without compromising the ability of future generation to meet their own needs. This concept directly related to environmental issues, where emnomical development should also consider environmental aspect as well. The production of portland cement are under critical review due to high amount carbon dioxide released as cement by-product. This issue encourages scientist and engineer to find ways to reduce carbon dioxide amount in air, i.e. reducing the usage of portland cement in construction. Geopolymer concrete is concrete which formed by geopolymer material as a binder and mineral aggregate as inclusion, thus replace cement portland entirely as concrete binder. Geopolymer material used in this research are bottom ash, which classified as a dangerous waste material stated by Indonesian government in Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 Tahun 1999 and PP No. 85 Tahun 1999. The usage of bottom ash as construction material is to find ways to neutralize dangerous contents of bottom ash, thus can be reusable. Parameters to be researched are compressive strength and tensile strength of geopolymer concrete, and also acid resistance ability of geopolymer. By this paper, we shall know that tensile strength of geopolymer concrete are able to reach out twice of it's compressive strength. Soaking geoplymer sample in HCI 37 % in 7 days shows small defect in compressive strength.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35240
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Polimerorganik hingga kini telah memenuhi sebagian besar kebutuhan masyarakat akan bahan-bahan konvensional dan teknik, meskipun bahan polimer organik ternyata memiliki berbagai kelemahan. Polimer anorganik yang hingga kini kurang mendapatkan perhatian dibanding bahan polimer organik sebenarnya memiliki kelebihan tersendiri. Makalah ini memperkenalkan sintesis sol-gel untuk preparasi polimer organik. Selanjutnya akan diperkenalkan juga jenis polimer anorganik, serta proses sol-gel sebagai salah satu metode terbaru untuk mensintesis polimer anorganik. Terakhir akan diperkenalkan beberapa contoh representatif dari polimerisasi kondensasi melalui metode sol-gel.
MPI 1:2 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mark, James E.
New York, N.Y: Prentice Hall International, 1992
541.225 4 MAR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Tussiono
Abstrak :
ABSTRAK Teknologi yang semakin modern dan canggih menuntut peneliti untuk bekerja lebih giat, tidak hanya pada bidang dengan cakupan skala mikro akan tetapi pada skala nano. Seperti halnya penelitian kali ini akan dicoba disintesis membran anorganik silika MCM-48 dengan skala nano. Membran anorganik silika MCM-48 memiliki struktur kubik dengan aliran tiga dimensi. MCM-48 mempunyai selektifitas cukup tinggi pada pemisahan cair-cair atau gas-gas, serta sangat bagus dipergunakan dalam proses katalisis. Membran ini dapat disintesis pada membran pendukung yang terbuat dari zeolit Malang dan clay Lampung dengan metode hidrotermal. Komposisi larutan dengan perbandingan mol yang digunakan untuk membuat MCM-48 adalah TEOS : CTABr : NaOH : H2O = 1 : 0,5 : 5,0x10-3 : 61. Hasil IR menunjukkan bahwa clay sebagai binder material mempunyai kemiripan komposisi dengan zeolit sebagai bahan support. Setelah pelapisan, hasil XRD terlihat puncak difraksi MCM-48 pada 2? = 2,24 dan 2,54. Hal ini membuktikan membran MCM-48 berhasil disintesis. Foto SEM menunjukkan tebal film MCM-48 mencapai sekitar 5?m. Pada foto permukaan, terlihat homogenitas distribusi Si dipermukaan support. Pada foto melintang, terlihat ada penyebaran unsur Si yang merata antara sisi support dan film MCM-48, dan terbentuknya nanokomposit MCM-48/support. Analisis dengan EDX juga membuktikan hal ini. Analisis gas permeasi N2 pada membran membuktikan ada kontribusi aliran viskus, hal ini mengindikasikan ukuran pori MCM-48 tidak terdistribusi seragam. Hasil filtrasi biodiesel terlihat terjadi pemudaran warna. Analisa dengan spektrofotometer UV-Vis memperlihatkan spektra serapan UV-Vis adanya penurunan nilai absorbansi pada hasil penyaringan. Kadar FFA pada biodiesel hasil filtrasi mengalami penurunan dari 0.57% menjadi 0.26%. Kata kunci: MCM-48; CTABr; gas permeasi; membran; TEOS.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subaer
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008
530.413 SUB p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Fahira Jatiputro
Abstrak :
Pada penelitian ini, pembentukan geopolimer divariasikan rasio arang tempurung kelapa terhadap abu terbang sebagai sumber aluminasilikat sebesar 0%, 5%, 10%, dan 15%.  Sumber aluminasilikat yang divariasikan kemudian dicampur dengan larutan alkali aktivator yang berupa NaOH dan water glass dengan berbagai suhu yaitu, 30oC (suhu ruang), 40oC, dan 50oC. Karakterisasi yang akan diujikan berupa analisis kuat tekan, analisis komposisi XRF, analisis kristalinitas XRD, dan analisis gugus fungsi FTIR. Kuat tekan terbaik yang dihasilkan bernilai 21,34 MPa dengan rasio bahan baku 85% abu terbang dan 15% arang tempurung kelapa, yang melalui proses pencampuran alkali aktivator pada suhu 40oC. Nilai tersebut lebih tinggi dari sampel semen Portland sebagai sampel kontrolnya yang bernilai 19,42 MPa. Dalam variasi rasio arang tempurung kelapanya, nilai kuat tekan tersebut naik 48% dibanding variasi tanpa arang tempurung kelapa. Sementara dalam variasi suhu pelarutan alkalinya, nilai kuat tekan naik 62% dari pelarutan pada suhu ruang. Hasil analisis XRF menunjukan adanya peningkatan kadar Si dan Al pada sampel geopolimer dibanding bahan bakunya. Hail analisis XRD menunjukan adanya mineral pargasite, kuarsa, girolit, dan biotit pada geopolimer. Sementara hasil analisis FTIR menunjukkan adanya ikatan Si-O/Al-O pada bilangan gelombang 1399,69 dan ikatan Si-O-Si pada bilangan gelombang 1078,67 ......In this study, the ratio of coconut shell ash to fly ash as a source of aluminasilicate was varied by 0%, 5%, 10%, and 15%. The various aluminasilicate sources were then mixed with an alkaline activator solution in the form of NaOH and water glass at various temperatures, such as 30oC (room temperature), 40oC and 50oC. The characterization that will be tested is in the form of compressive strength analysis, composition analysis of XRF, crystallinity analysis of XRD, and functional groups analysis of FTIR. The best compressive strength is 21.34 MPa with a ratio of 85% fly ash and 15% coconut shell ash, which is mixed with an alkaline activator at 40oC. This value is higher than the Portland cement sample as the control sample which is 19.42 MPa. In the variation of the coconut shell ash ratio, the compressive strength value increased by 48% compared to the variation without coconut shell ash. Meanwhile, with variations in the temperature of the alkaline dissolving, the compressive strength increased by 62% from dissolution at room temperature. The results of the XRF analysis showed an increase in Si and Al levels in the geopolymer samples compared to the raw materials. The results of the XRD analysis showed the presence of pargasite, quartz, gyrolite and biotite minerals in the geopolymer. While the results of FTIR analysis showed the presence of Si-O/Al-O bonds at wave number 1399.69 and Si-O-Si bonds at wave number 1078.67.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasiska Diana Putri
Abstrak :
Geopolimer telah dipertimbangkan sebagai material pengikat pengganti semen dalam beton. Tak hanya unggul dari segi lingkungan, performa geopolimer juga mampu bersaing sebagai material konstruksi. Dalam aplikasi struktural diperlukan material mutu tinggi yang tak jarang diproduksi dengan memanfaatkan superplasticizer karena mampu menghasilkan beton berkekuatan tinggi dengan kadar air yang rendah tanpa menurunkan fluiditasnya. Memahami kemungkinan pemanfaatan superplasticizer pada geopolimer menjadi syarat penting untuk mengembangkan material ini dalam skala industri. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dan efektivitas penambahan superplasticizer komersial yang didesain untuk beton OPC terhadap sifat mortar geopolimer segar dan keras. Sampel yang diamati berupa mortar geopolimer berbasis abu terbang kelas F yang diaktivasi oleh larutan NaOH+Na2SiO3 dengan dosis superplasticizer sebesar 0, 0.1%, dan 0.2%. Pengujian yang dilakukan mencakup uji flow table, kuat tekan, dan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan polycarboxylate ether dapat meningkatkan flowability geopolimer, meskipun peningkatannya tidak lagi signifikan seiring bertambahnya dosis superplasticizer. Mortar geopolimer dengan dosis penambahan superplasticizer yang rendah tidak memberikan efek berarti pada kuat tekan. Namun, penurunan nilai kuat tekan akan terjadi pada penambahan dosis tinggi superplasticizer. Melalui FTIR dapat diamati adanya penurunan intensitas serapan gugus fungsi karboksilat dan eter pada sampel mortar, yang menandakan terjadi sejumlah pemutusan ikatan polycarboxylate ether pada geopolimer. ......Geopolymers are considered as an alternative binding material to cement in concrete. They offer environmental benefits and perform well as construction materials. Superplasticizers are commonly used to produce high-quality materials for structural applications, allowing the production of high-strength concrete with low water content while maintaining its fluidity. Understanding the possibility of using superplasticizers in geopolymers is crucial for industrial-scale development. This study aims to investigate the effect of commercial superplasticizers designed for OPC concrete on fresh and hardened geopolymer properties. Class F fly ash-based geopolymer mortars activated by NaOH+Na2SiO3 solution were tested with superplasticizer dosages of 0, 0.1%, and 0.2%. Tests included flow table, compressive strength, and FTIR analysis. Results show that the addition of polycarboxylate ether can improve the flowability of geopolymers, although the improvement is no longer significant with increasing superplasticizer dosage. Geopolymer mortars with low-dosage superplasticizer addition do not show significant effects on compressive strength. However, a decrease in compressive strength values will occur with high dosages of superplasticizer. FTIR analysis reveals reduced absorption intensity of carboxylate and ether groups, suggesting some breakage of polycarboxylate ether bonds in geopolymers.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chiffia Hana Syabina
Abstrak :
Indonesia merupakan negara nomor satu dengan produksi minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) di dunia. Pada proses pengolahan kelapa sawit, tandan kosong, serat, dan cangkang kelapa sawit digunakan sebagai bahan bakar boiler yang menghasilkan produk samping berupa abu sawit. Hal tersebut meningkatkan perlunya pemanfaatan abu sawit sebagai material ramah lingkungan dan berkelanjutan. Geopolimer adalah produk ramah lingkungan yang dihasilkan dari pengolahan limbah industri yang dapat menggantikan semen karena kandungan aluminosilikat yang tinggi. Silika yang tinggi pada abu sawit juga berpotensi dimanfaatkan sebagai campuran larutan aktivator geopolimer. Selain itu, Indonesia juga memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Pengolahan nikel menghasilkan produk samping berupa terak feronikel yang juga sudah luas digunakan sebagai prekursor geopolimer. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik geopolimer yang dihasilkan dengan memanfaatkan abu sawit (POFA) sebagai sumber silika untuk larutan aktivator geopolimer dengan bahan prekursor terak feronikel dibandingkan dengan penggunaan larutan aktivator natrium silikat (Na2SiO3). Komposisi larutan aktivator abu sawit terdiri dari 20.8% POFA, 61.6% air, dan 17.6% NaOH sedangkan larutan aktivator natrium silikat (Na2SiO3) dibuat dengan mencampurkan 44.8% Na2SiO3, 40.2% air, dan 15% NaOH. Pelarutan dilakukan secara manual dalam suhu ruang, kemudian digunakan untuk pencampuran setelah 24 jam. Kedua geopolimer dilakukan pengujian kuat tekan, mampu alir (flowability), waktu pengikatan (setting time), XRD, dan SEM. Geopolimer dengan aktivator abu sawit memiliki karakteristik yang lebih buruk dibandingkan dengan aktivator natrium silikat (Na2SiO3), yaitu dengan kekuatan tekan 28 hari senilai 7.57 MPa, mampu alir (flowability) 56.99%, initial setting time 95 menit dan final setting time 135 menit. Hasil XRD menunjukkan adanya puncak calcium silicate hydrate (C-S-H) dengan intensitas tinggi. Mikrostruktur yang dihasilkan memiliki permukaan kasar dan porous bawaan dari partikel abu sawit serta terdapat fasa ettringite yang mempengaruhi rendahnya kuat tekan yang dihasilkan. Dengan demikian, pemanfaatan abu sawit sebagai campuran larutan aktivator geopolimer tidak menghasilkan karakteristik yang optimum. ......Indonesia is the world's number one producer of crude palm oil (CPO) derived from oil palm. In the process of processing palm oil, empty bunch, fibers, and palm kernel shells used as boiler fuel, resulting in a byproduct called Palm Oil Fuel Ash (POFA). This increases the need for utilizing palm ash as an environmentally friendly and sustainable material. Geopolymer is an environmentally friendly product produced from the processing of industrial waste, which can replace cement due to its high content of aluminosilicate. The high silica content in POFA also has the potential to be used as a mixture for geopolymer activator solutions. Furthermore, Indonesia also possesses the world's largest nickel reserves. Nickel processing produces a byproduct called ferronickel slag, which is already widely used as a geopolymer precursor. This research was conducted to determine the characteristics of geopolymer produced by utilizing Palm Oil Fuel Ash (POFA) as a source of silica for geopolymer activator solutions, compared to the use of sodium silicate (Na2SiO3) activator solutions. The composition of the POFA activator solution consists of 20.8% POFA, 61.6% H2O, and 17.6% NaOH, while the sodium silicate activator solution is prepared by mixing 44.8% Na2SiO3, 40.2% H2O, and 15% NaOH. The dissolution is manually conducted at room temperature and then used for mixing after 24 hours. Both geopolymers underwent testing for compressive strength, flowability, setting time, XRD, and SEM. Geopolymer with POFA activator exhibits inferior characteristics compared to sodium silicate activator (Na2SiO3), with a compressive strength after 28 days amounting to 7.57 MPa, flowability of 56.99%, initial setting time of 95 minutes, and final setting time of 135 minutes. XRD results indicate the presence of high-intensity peaks of calcium silicate hydrate (C-S-H). The resulting microstructure has a rough and porous surface inherent to POFA particles, and ettringite phase is also present, which affects the low compressive strength obtained. Thus, the utilization of POFA as a mixture for geopolymer activator solution does not yield optimum characteristics.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Christian Benedikt
Abstrak :
Geopolimer menjadi topik penelitian yang banyak dipelajari saat ini untuk sebagai bahan baku dalam kontruksi dan infrastruktur kerena lebih ramah lingkungan dibanding semen portland. Abu terbang kelas F yang didapat dari PLTU Paiton dimanfaatkan sebagai prekursor. Sintesis mortar dilakukan dengan teknik aktivasi alkali menggunakan larutan NaOH dan sodium silikat sebagai aktivator. Bahan pengisi serbuk TiO2 ditambahkan dengan variasi 2,5%, 5,0%, hingga 10,0% yang dihitung berdasarkan berat prekursor. Pembuatan mortar dilakukan dengan mencampurkan prekursor dan pengisi TiO2 dengan larutan aktivator. Pasta yang diperoleh kemudian di cetak menggunakan cetakan berbentuk kubus dengan ukuran sisi 5 cm. Pasta akan dibiarkan mengeras selama 24 jam, lalu akan dirawat pada oven selama 24 jam pada temperature 60 oC. Setelah itu, mortar akan di rawat selama 7 hari pada temperatur ruang. Mortar akan diuji kekuatan tekannya dan dikarakterisasi menggunaan SEM-EDS. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan TiO2 pada geopolimer berpengaruh pada waktu ikat dan kekuatan tekan mortar. Waktu ikat pasta mengalami peningkatan seiring dengan penambahan TiO2. Penambahan TiO2 juga berpengaruh pada kuat tekan geopolimer, dimana penambahan pengisi TiO2 dapat menurunkan kuat tekan. Penambahan serbuk TiO2 sebanyak 2,5%. 5,0%, dan 10,0% dapat menurunkan kuat tekan sebesar 28,3%, 44,8%, dan 0,6%. ......Geopolymer is a research topic that is currently being studied a lot as a raw material in construction and infrastructure because it is more environmentally friendly than Portland cement. Class F fly ash obtained from PLTU Paiton is used as a precursor. Mortar synthesis was carried out using an alkali activation technique using NaOH and sodium silicate solutions as activators. TiO2 powder filler is added with variations of 2,5%, 5,0%, and 10.0% which is calculated based on the weight of the precursor. Mortar is made by mixing TiO2 precursor and filler with activator solution. The paste obtained is then molded using a cube-shaped mold with sides measuring 5 cm. The paste will be pre-cured for 24 hours, then it will be cured in the oven for 24 hours at a temperature of 60 oC. After that, the mortar will be cured for 7 days at room temperature. The mortar will be tested for compressive strength and characterized using SEM-EDS. The data obtained shows that the addition of TiO2 to geopolymer has an effect on the setting time and compressive strength of the mortar, where paste setting time increased with the addition of TiO2. The addition of TiO2 also affects the compressive strength of the geopolymer, where the addition of TiO2 filler can reduce the compressive strength. Addition of 2,5%, 5.0%, and 10.0% TiO2 powder on geopolymer can reduce compressive strength by 28,3%, 44,8% and 0,6%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Fajriah Kurniawan
Abstrak :
Indonesia merupakan negara berkembang yang banyak melakukan kegiatan pembangunan yang pada umumnya menggunakan beton dengan jenis OPC sebagai bahan bakunya karena mudah ditemukan di alam, murah dan perawatannya mudah. Namun, bahan OPC ini menimbulkan permasalahan pada lingkungan, yaitu menghasilkan gas emisi CO2 sebesar 6% setiap tahunnya. Semen geopolimer diyakini mampu menggantikan OPC dengan sifatnya yang lebih tahan panas, ramah lingkungan dan tahan korosi. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan ketahanan panas semen geopolimer berbasis metakaolin yang ditambahkan filler zirkon yang kemudian dibandingkan dengan semen refraktori lainnya, yakni semen kalsium aluminat. Sampel uji terdiri dari mortar geopolimer metakaolin (MK) yang telah dicampurkan larutan aktivator serta penambahan pasir zirkon sebanyak 20% dan mortar kalsium aluminat (CAC) sebagai pembandingnya yang selanjutnya dilakukan curing pada suhu ruang selama 28 hari. Kemudian, semua sampel diberikan perlakuan panas pada furnace hingga temperatur 400°C, 600°C dan 900°C selama 2 jam. Selanjutnya, sampel MK dan CAC dilakukan pengujian kuat tekan yang menyatakan bahwa semakin tinggi temperatur, maka nilai kuat tekan akan semakin meningkat, dan menunjukkan bahwa penambahan zirkon dapat meningkatkan kuat tekan sampel. Namun, pada karakterisasi XRD dan TG-DTA, penambahan zirkon ini tidak terlalu berpengaruh karena tidak munculnya fasa baru selain zirkon baik pada sampel MK maupun CAC. Maka, dapat disimpulkan bahwa penambahan zirkon hanya bersifat sebagai filler pengisi ruang kosong dan tidak memberikan efek signifikan terhadap sampel MK dan CAC. ......Indonesia is a developing country that carries out a lot of development activities which generally use OPC concrete as raw material because it is easy to find in nature, cheap and easy to maintain. However, this OPC material causes problems to the environment, which produces 6% CO2 gas emissions every year. Geopolymer cement is believed to be able to replace OPC with its heat resistance, environmental friendliness and corrosion resistance. This study was conducted to prove the heat resistance of metakaolin-based geopolymer cement added with zircon filler which was then compared with other refractory cement, namely calcium aluminate cement. The test samples consisted of metakaolin geopolymer mortar (MK) with 20% activator solution and zircon sand addition and calcium aluminate mortar (CAC) for comparison, which were cured at room temperature for 28 days. Then, all samples were heat treated in a furnace to temperatures of 400°C, 600°C and 900°C for 2 hours. Furthermore, MK and CAC samples were subjected to compressive strength testing which stated that the higher the temperature, the higher the compressive strength value, and showed that the addition of zircon could increase the compressive strength of the samples. However, in the XRD and TG-DTA characterization, the addition of zircon was not very influential because no new phases other than zircon appeared in both MK and CAC samples. So, it can be concluded that the addition of zircon is only a filler to fill the empty space and does not have a significant effect on the MK and CAC samples.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>