Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theodora Rachel
Abstrak :

Rute pulmonal merupakan rute penghantaran zat aktif yang menjanjikan untuk pengobatan lokal dan sistemik, karena memungkinkan untuk mengadministrasikan obat dengan dosis minimum dan konsentrasi tinggi langsung pada situs terapi, non-invasif, dan tidak melalui metabolisme lintas pertama. Pemilihan eksipien yang tepat dapat menghasilkan sediaan inhalasi dengan karakteristik yang sesuai untuk penghantaran zat aktif sesuai dengan tujuan penggunaannya. Bahan alam Indonesia yang berasal dari laut (seperti kitosan, alginat, gelatin ikan) dan bahan nabati (modifikasi pati, gum alam dan xyloglucan) telah dikembangkan sebagai eksipien pada sejumlah sediaan farmasi. Namun bahan alam tersebut belum banyak dimanfaatkan sebagai eksipien sediaan inhalasi. Oleh karena itu, penulisan artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik bahan alam Indonesia yang prospektif untuk dikembangkan sebagai eksipien untuk sediaan inhalasi, serta menganalisa tantangan dalam proses pengembangannya. Metode yang digunakan adalah literature review dengan pencarian artikel penelitian di sciencedirect, PubMed dan google scholar dengan kata kunci natural, excipient dan inhalation. Bahan alam Indonesia yang berasal dari laut (seperti kitosan, alginat, gelatin ikan) dan bahan nabati (modifikasi pati, gum alam dan xyloglucan) menunjukkan karakteristik yang prospektif untuk penghantaran zat aktif ke paru-paru. Pengembangan bahan alam untuk sediaan inhalasi perlu dilakukan dengan mempertimbangkan sifat fungsional eksipien yang sesuai untuk tujuan pengobatan yang diinginkan dan proses produksi yang efisien, serta kompatibilitas dan keamanan eksipien tersebut terhadap sel dan jaringan paru-paru.


Pulmonary route is a prospective delivery route for active substances for local and systemic therapy due to its possibility to administer drugs with minimum doses and high concentrations directly at the therapeutic site, non-invasive method, and avoid the first-pass metabolism. Selecting suitable excipients can produce inhalation dosage forms with appropriate characteristic to deliver API according to their intended use. Natural excipients from Indonesia which are derived from the sea (such as chitosan, alginate, fish gelatin) and from plants (modified starch, natural gum and xyloglucan) have been developed as excipients in several pharmaceutical dosage forms. However, this natural material has not been widely used as excipient in inhalation dosage form. Therefore, this article aimed to identify characteristics of natural resources which are prospective to be developed as excipients for inhalation dosage form, as well as analyze the challenges in its development. The literature review has been performed to explore research articles in sciencedirect, PubMed and google scholar with key words of natural, excipient dan inhalation. Natural excipients from Indonesia which are derived from the sea (such as chitosan, alginate, fish gelatin) and from plants (modified starch, natural gum and xyloglucan) exhibit prospective characteristics for delivering API to the lungs. Furthermore, several considerations should be performed in developing these natural materials for inhalation dosages form, including the functional properties of the excipient required for targeted therapy and efficient production processes, as well as the compatibility and safety of the excipient toward cells and lung tissue.

Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ghozali Thohir
Abstrak :
Seorang pekerja laki-laki 38 tahun mengalami gejala gangguan saraf tepi dan di diagnosis neuropati perifer. Pekerja tersebut memiliki riwayat bekerja sebagai operator mesin Spinning di pabrik pembuatan rayon selama 10 tahun dengan riwayat paparan CS2 melebihi nilai ambang batas secara inhalasi. Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang tepat tentang hubungan antara paparan karbon disulfida kerja melalui inhalasi dengan neuropati perifer di antara pekerja industri rayon. Pencarian artikel dilakukan melalui PubMed, Scopus, Medline, Embase dan handsearching. Kriteria inklusi adalah Tinjauan Sistematis, Meta-Analisis, Studi Kohort, Studi Kasus-kontrol, Studi potong lintang, pekerja dengan paparan CS2 secara inhalasi di lingkungan kerja, hasil diagnosis neuropati perifer atau hasil tes konduktifitas saraf sebagai alat diagnostik baku neuropati perifer ( MNCV dan SNCV ). Kemudian ditelaah secara kritis menggunakan kriteria CEBM oxford untuk studi etiologi . Dari hasil pencarian artikel didapatkan 4 jurnal penelitian. Terdapat satu artikel studi kohort prospektif dan tiga artikel studi potong lintang. Hasil telaah kritis 4 studi penelitian belum cukup kuat menunjukkan hubungan antara paparan CS2 inhalasi dengan neuropati perifer. Namun nilai penurunan konduktivitas saraf tepi dikatakan bermakna jika kecepatan konduktivitas saraf tepi ekstremitas atas < 50 m/s dan ekstremitas bawah jika < 40 m/s. ......Carbon disulfide (CS2) is widely used in various industries as a raw material for the manufacture of goods such as rayon, cellophane, and carbon tetrachloride. Currently, the largest user of this chemical is the rayon fibre industry. This evidence-based case report aims to obtain precise answers regarding the relationship between occupational carbon disulfide exposure through inhalation and peripheral neuropathy among rayon industry workers. A 38-year-old male worker had peripheral nerve disorder symptoms and was diagnosed with peripheral neuropathy. The worker had a history of working as a spinning machine operator in a rayon manufacturing factory for 10 years with a history of exposure to CS2 exceeding the threshold value through inhalation. An article search was conducted through PubMed, Scopus, Medline, Embase, and manual searching. The articles were then critically appraised using Oxford's CEBM criteria for etiological studies. The article searches resulted in one prospective cohort study and three cross-sectional studies. Based on the patient's condition, the findings from the 4 research studies were insufficient to establish a link between inhalation exposure to CS2 and peripheral neuropathy. Further studies with a stronger association level are needed to establish the relationship between inhaled CS2 exposure and peripheral neuropathy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library