Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Libra Hari Inagurasi
Abstrak :
Obyek penelitian ini adalah peninggalan industri yang masih hidup (living industrial heritage) yang dikaji melalui arkeologi industri (industrial archaeology). Dipilihnya tema tersebut dalam penelitian ini dengan pertimbangan, selama ini penelitian arkeologi di Indonesia yang mengangkat topik arkeologi industri belum pernah dilakuan, meskipun peninggalan industri banyak terdapat di Indonesia. Manusia sejak masa lampau telah mengenal alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaannya. Seperti halnya dalam pembuatan gula berbahan baku tebu (Saccharum officinarum). Awal mulanya manusia mengenal pembuatan gula secara tradisional yakni menggunakan seperangkat alat sederhana yang dinamakan ?kilang?, yakni alat yang dibuat dari bahan kayu atau batu, gunanya untuk memeras atau menggiling tebu, digerakkan oleh tenaga hewan sapi atau kerbau. Cara-cara pembuatan gula secara tradisional tersebut setidak-tidaknya telah dikenal sejak abad ke-17 hingga abad ke-18 di Banten, Batavia dan sekitarnya. Bersamaan dengan kekuasaan bangsa Belanda, pada abad ke-19 mulai diperkenalkan teknologi baru dalam hal cara-cara pmbuatan gula, yakni menggunakan mesin-mesin mekanik dan mendirikan pabrik-pabrik gula. Mesinmesin tersebut adalah mesin bertenaga uap air bertekanan tinggi, merupakan wujud teknologi yang berkembang pada abad ke-19, yang ditemukan bersamaan dengan Revolusi Industri di Inggris abad ke-18. Industri gula merupakan suatu mekanisme yang terdiri dari beberapa komponen, lingkungan atau sumberdaya alam yang mendukung, ketersediaan bahan baku, mesin, peralatan, bangunan, dan orang-orang atau manusia yang melakukannya. Industri tersebut telah direncanakan secara matang dengan memperhatikan pertimbangan ekologis. Aktivitas industri gula Cepiring didukung oleh lingkungan alam atau lingkungan fisik yang ada disekitarnya. Berbagai benda-benda teknologi yang ditinggalkan, di masa kini menjadi buktibukti fisik kemajuan teknologi masa lampau, yakni kemajuan teknologi industri dan transportasi. Kemajuan teknologi tersebut disertai pula dengan perubahanperubahan pada masyarakat yakni munculnya masyarakat industri.
The Object of the research is living industrial heritage seen from the point view of industrial archaeology. The theme is chosen because thus far research on industrial archaeology has not been carried out in Indonesia. Since a very long time ago, human beings have known tools to make their works easier. This was also the case with sugarcane (Saccharum officinarum) based sugar manufacture. Initially people made sugar traditionally using a series of simple tools made of wood or stone named ?mill? (kilang) to press or grind sugarcanes. The tool is moved by a bull or water buffalo. Such traditional way sugar manufacture had been practiced at least within 17th?18th centuries AD in Banten, Batavia, and the surrounding environment. With the coming of the Dutch colonial, in 19th century AD new technologies was introduced in sugar manufacturing procedure, such as: the use of mechanical machines and the establishment of more modern sugar factories. The new machines were powered by high-pressured steam, which was a type of technology that was developed in 19th century AD and was innovated during the Industrial Revolution in the United Kingdom in 18th century AD. Sugar manufacture industry as a mechanism that consist of several component: suitable environment or natural sources, availability of raw material, machinery, apparatus, factory building and manpower. This type of industry was thoroughly planned and taking into account the ecological factors. The activities of the Cepiring sugar factory were supported by suitable natural sources or physical environment. The various technological items that survived are the physical evidences of technological advancement in the past in the fields of industry and transportation, which were accompanied.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27311
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Pratama
Abstrak :
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi di nusantara khususnya di Jawa pada masa pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda mengalami masa keemasan.Transportasi kereta api merupakan primadona baru alat angkutan masal yang efisien, cepat dan relatif aman di pulau Jawa. Daerah Ambarawa merupakan daerah yang sangat strategis untuk menempatkan stasiun Kereta Api, karena kedekatannya dengan benteng Willem I serta terlindung oleh pegunungan dan posisi geografisnya yang dekat dengan kota-kota penting seperti Semarang, Jogja dan Surakarta, dengan itu pemerintah Kolonial mendapat keuntungan fungsi jasa angkut dan militer. Dengan merekonstruksi kegiatan industri jasa perkeretaapian kita akan bisa milihat jejak budaya masa lalu dari suatu peradaban manusia pada masa itu. ......Transportation is removing the human or goods from one place to another by using a vehicle driven by man or machine. Transport in the archipelago, especially in Java, during the reign of the Dutch East Indies colonial experience the golden age.Transportasi time a new tool is an excellent mass transit is efficient, fast and relatively safe in Java. Ambarawa area is a very strategic area for placing Railway station, because of its proximity to Fort William I and sheltered by mountains and its geographical position close to major cities such as Semarang, Yogyakarta and Surakarta, with the colonial government benefit functions and transport services military. By reconstructing the railway service industry activity we will be able milihat traces of a cultural past of human civilization at that time.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Rahmat Danar Hadi
Abstrak :
Stasiun kereta api Tanjung Priok adalah sebuah bangunan penunjang industri yang dibangun pada masa Hindia Belanda. Perkembangan kegiatan industri di Hindia Belanda pertengahan abad ke-19 menuntut untuk dibangunnya jalur kereta api sebagai moda transportasi massal. Hal yang sama juga terjadi di Batavia, sehingga jalur kereta api dibangun untuk melayani pengangkutan hasil industri dan penumpang. Untuk menunjang kegiatan operasional kereta api, maka dibangun pula stasiun sebagai terminal pengangkutan. Pembangunan Stasiun Tanjung Priok berkaitan dengan keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan paling modern di Hindia Belanda. Di sekitar bangunan stasiun, juga terdapat bangunanbangunan lain yang memiliki fungsi untuk menunjang kegiatan kereta api di Stasiun Tanjung Priok. Stasiun Tanjung Priok memiliki makna yang besar bagi kegiatan ekonomi, sosial, dan politik masyarakat dan pemerintah Batavia sejak tahun 1925 hingga 1942. Fungsi utamanya adalah sebagai gerbang utama menuju kota Batavia. ......Tanjung Priok railway station is an industrial support building which built during the Dutch East Indies. The development of industrial activities in the Dutch East Indies mid -19th century demanded for the construction of a railway line as a mode of mass transportation. The same thing happened in Batavia, so that the railway line was built to serve the industry and the transportation of passengers. To support the operations of the railway, the station was also built as a freight terminal. Tanjung Priok Station development with regard to the existence of the Tanjung Priok port as the most modern ports in the Dutch East Indies. In the vicinity of the station building, there are also other buildings that have the functionality to support the railway station in Tanjung Priok .Tanjung Priok Station has great significance for the economic, social, and political society and government in Batavia since 1925 to 1942. Its main function is as a major gateway to the city of Batavia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Ismariati
Abstrak :
ABSTRAK

PLTU Mantung merupakan pembangkit listrik bertenagakan uap pertama diAsia Tenggara. PLTU ini dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda untuk meningkatkan hasil dari kegiatan penambangan timah di Belinyu. Kehadiran PLTU Mantung membawa banyak perubahan signifikan, tidak hanya pembaharuan mesin-mesin penambangan yang menggunakan uap sebagai sumber energi tetapi juga turut berperan dalam perekrutan pekerja tambang secara besar-besaran. Kehadiran PLTU Mantung tidak hanya membawa perubahan dari segi pembaharuan teknologi penambangan timah akan tetapi kegiatan penambangan timah tersebut pada akhirnya membentuk suatu pola kehidupan sosial, yang jika dikaji dari sudut pandang Marxisme ialah, kehidupan sosial antara majikan dan buruh. Pembagian kelas sosial tersebut terlihat dari pola tata letak bangunan serta pembagian wilayah yang diperuntukan bagi majikan dan buruh. Kehidupan sosial majikan dan buruh diteliti berdasarkan tinggalan-tinggalan arkeologis yang merepresentasikan dua golongan tersebut.


ABSTRACT

Mantung steam power plant is the first steam-powered plant in Southeast Asia. Mantung steam power plant was built by the Dutch Colonial government to improve the results of tin mining activities in Belinyu. The presence of Steam Power Plant Mantung bring many significant changes, not only the renewal of mining machines that use steam as an energy source but also played a role in the recruitment of mine workers on a large scale . The presence of Steam Power Mantung not only bring changes in terms of technology renewal tin mining but the tin mining eventually form a pattern of social life, which if examined from the standpoint of Marxism is, social life between owners and workers. The division of social class is evident from the pattern of the layout of the building and zoning that is intended for owners and workers. Social life by owners and workers researched by archaeological remains representing two classes.

Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Palmer, Marilyn
London: Routledge, 1998
609 PAL i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amdi Ariefianto
Abstrak :
Perkebunan teh Malabar, merupakan tinggalan industri masa lalu yang masih aktif (living industrial heritage) dan diteliti menggunakan sudut pandang arkeologi industri. Pemilihan tema tersebut dalam penelitian ini dengan pertimbangan, penelitian mengenai perkebunan teh di Indonesia dari sudut pandang arkeologi belum pernah dilakukan, walaupun perkebunan teh di Indonesia cukup banyak, terutama di tanah Jawa. Orang Indonesia, pada awalnya belum mengenal budi daya tanaman teh dan teknologi modern dalam sebuah perkebunan. Tanaman yang banyak ditanam adalah kopi, tebu, nila dan rempah-rempah dengan menggunakan alat tradisional. Masuknya bangsa Belanda ke Indonesia, menyebabkan adanya komiditi baru yaitu karet dan teh, bersamaan dengan alat-alat modern sebagai alat produksi di perkebunan dan pabrik yang ada di Indonesia. Alat-alat tersebut menggunakan mesin uap bertekanan dan listrik untuk beroperasi. Alat-alat tersebut ditemukan bersamaan dengan berkembangnya teknologi akibat Revolusi Indsutri di Inggris pada abad ke-18. Perkebunan teh malabar terdiri dari beberapa komponen pendukung seperti, lingkungan, sumber daya alam, bahan baku lain, mesin dan alat produksi serta non produksi, bangunan dan sumber daya manusia. Dari komponen-kompenen tersebut, memperlihatkan perencaan yang matang dalam pembuatan perkebunan ini, baik secara ekologis, letak bangunan dan rencana bagaimana pekerja perkebunan dapat hidup. Beberapa tinggalan perkebunan teh Malabar, seperti tempat tinggal, pabrik, mesin dan tinggalan lainnya, memperlihatkan adanya perkembangan teknologi yang mencolok dibandingkan teknologi yang digunakan pada perkebunan sebelum datangnya bangsa Belanda ke Indonesia. Selain itu, terlihat juga adanya pemilihan letak pendirian tempat tinggal dan perbedaan kelas sosial yang terjadi di masyarakat industri.
Malabar tea plantation, an industrial remnants of the past are still active (living industrial heritage) and examined using the point of view of industrial archeology. The selection of the themes in this study with the consideration, research on tea plantations in Indonesia from the archaeological point of view has not been done, although the tea plantations in Indonesia is quite a lot, particularly in Java. People of Indonesia, at first unfamiliar with tea cultivation and modern technology in a plantation. Are widely grown crops are coffee, sugar, indigo and spices using traditional tools. The entry of the Dutch in Indonesia, leading to a new commodity that is rubber and tea, along with modern tools as a means of production in plantations and factories in Indonesia. Such tools using pressurized steam engine and electricity to operate. The tools were found along with the development of technology a result of industrial revolution in England in the 18th century. Malabar tea plantations consist of several components such support, the environment, natural resources, other raw materials, machinery and equipment production and non-production, building and human resources. Those components, shows a mature planning in making this plantation, ecologically, building layout and plan how plantation workers can live. Some remnants of Malabar tea plantation, such as housing, factories, machinery and other remains, shows a striking technological developments than the technology used on the plantations before the arrival of the Dutch in Indonesia. In addition, the look is also a selection of the location of residence and establishment of social class differences that occur in the industry.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buchanan, Robert Angus
Harmondsworth: Penguin, 1972
338.094 2 BUC i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Inggil Reka Sonia
Abstrak :
Objek penelitian yang diangkat dalam kajian ini adalah industri surat kabar harian Kedaulatan Rakyat yang ada di Yogyakarta. Pemilihan Kedaulatan Rakyat sebagai objek penelitian karena belum ada kajian arkeologi industri di Indonesia yang mengambil sektor percetakan atau industri surat kabar menjadi topik pembahasan. Penelitian ini berfokus untuk menggambarkan produksi surat kabar harian Kedaulatan Rakyat pada tahun 1945-1968 melalui kebudayaan material (material culture) yang ditinggalkan, seperti mesin dan peralatan. Sebagai salah satu surat kabar tertua di Indonesia yang lahir empat puluh hari pasca kemerdekaan dan masih menerbitkan berita hingga sekarang (living industrial heritage), Kedaulatan Rakyat menyimpan peran yang besar dalam membantu pemerintah mempertahankan kemerdekaan Indonesia, khususnya di wilayah Yogyakarta. Di masa lalu, teks berita yang ada dalam surat kabar dibuat menggunakan mesin manual dengan cara menekan huruf-huruf timbul berbahan logam pada kertas koran. Tentunya berbeda dengan produksi surat kabar di masa sekarang, menggunakan plat berbentuk lembaran dan mesin cetak modern, yang lebih efektif dan efisien menghasilkan surat kabar dalam waktu yang singkat dan jumlah yang besar. Metode penelitian dari Kenneth Dark dipilih untuk menggambarkan produksi surat kabar di masa lalu. Dark melihat bahwa tinggalan materiil hanya dapat menjelaskan mengenai keberadaan dirinya, untuk itu tinggalan tersebut perlu ditempatkan pada kerangka interpretasi dengan mengaitkan pada sejarah dan fungsi material culturenya agar menjadi bukti arkeologi. Melalui serangkaian prosedur tersebut, dapat direkonstruksi proses produksi surat kabar harian Kedaulatan Rakyat melalui kebudayaan material yang masih tersisa. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi industri surat kabar di Indonesia untuk lebih memperhatikan, menjaga, dan merawat tinggalan mesin dan peralatan yang sudah tidak digunakan karena terdapat perkembangan yang perlu untuk disampaikan mengenai teknologi dan proses produksi surat kabar bagi generasi muda di masa mendatang. Selain itu, kajian ini dapat menjadi peluang lahirnya penelitian arkeologi industri pada sektor-sektor yang lainnya. ......The research object raised in this study is the Kedaulatan Rakyat daily newspaper industry in Yogyakarta. The choice of Sovereignty of the People as the object of research is because there has been no study of industrial archeology in Indonesia which has taken the printing sector or the newspaper industry as the topic of discussion. This research focuses on describing the production of the daily newspaper Kedaulatan Rakyat in 1945-1968 through the material culture that was left behind, such as machines and tools. As one of the oldest newspapers in Indonesia which was born forty days after independence and still publishes news today (living industrial heritage), Kedaulatan Rakyat plays a big role in helping the government maintain Indonesian independence, especially in the Yogyakarta area. In the past, news texts in newspapers were made using manual machines by pressing embossed metal letters on newsprint. Of course, it is different from the production of newspapers today, using sheets in the form of plates and modern printing presses, which is more effective and efficient in producing newspapers in a short time and in large quantities. The research method from Kenneth Dark was chosen to describe the production of newspapers in the past. Dark sees that material remains can only explain his existence, for this reason these remains need to be placed in an interpretation framework by linking them to history and the function of the material culture so that they become archaeological evidence. Through these series of procedures, the production process of the Kedaulatan Rakyat daily newspaper can be reconstructed through the remaining material culture. This research can be input for the newspaper industry in Indonesia to pay more attention to, maintain and care for the remains of machines and equipment that are no longer in use because there are developments that need to be conveyed regarding the technology and process of producing newspapers for the younger generation in the future. In addition, this study can be an opportunity for the birth of industrial archeology research in other sectors.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Kurniawan
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas Pabrik Gula Soemberhardjo dengan menggunakan kajian arkeologi industri. Pengaruh Belanda pada masa kolonial memicu berkembangnya industrialisasi di Nusantara. Salah satu industri yang berkembang adalah industri gula. Berbagai kebijakan yang diterapkan pemerintah kolonial mempengaruhi dinamika industri gula di Nusantara. Kondisi tersebut mendorong berkembangnya pabrik-pabrik gula, salah satunya PG Soemberhardjo. Lingkungan serta ketersediaan infrastruktur menjadi faktor penentu dalam pendirian pabrik gula. Pendirian PG Soemberhardjo didukung dengan keberadaan bangunan pabrik, pemukiman pegawai, dan peralatan produksi. Kelas-kelas sosial pada masyarakat industri di PG Soemberhardjo terbentuk berdasarkan jabatan yang tercermin dari bentuk rumah tinggal pegawai. Emplasemen pabrik gula soemberhardjo dibentuk untuk mengakomodir kelas-kelas sosial yang ada.
ABSTRACT
This research is to study PG Soemberhardjo using industrial archaeology as the perspective. Dutch influence in colonial era triggered the process of industrialization in Nusantara. Regulations introduced by the colonial government in that era affected the nature of sugar industries. The outcome was the thriving of sugar factories accross Nusantara, one of the sugar factory built in this era was PG Soemberhardjo. Environment and infrastructures are the determinant factors in the establishment of sugar factory. The establishment of PG Soemberhardjo was supported by the construction of the factory building, worker?s settlement, and the availability of machineries. Social structures in PG Soemberhardjo?s industrial society was formed based on the job position in factory and such structures are reflected in the form of the dwellings. Emplacement of PG Soemberhardjo was constructed to accomodate those kind of social structures
2015
S66883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Satria Nugraha
Abstrak :
ABSTRAK
Kajian arkeologi industri memberikan pemahaman dan gambaran akan kehidupan sosial masyarakat industri masa lalu. Objek kajian arkeologi industri berupa artefak, struktur, atau bangunan bekas kegiatan industri. Pada masa kolonial, banyak industri didirikan di Indonesia, dan salah satunya adalah industri gula. Industri gula yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Pabrik Gula Kalibagor di Banyumas, Jawa Tengah. Penelitian ini membahas tentang tata ruang emplasemen pabrik yang berkaitan dengan aktivitas produksi dan kehidupan sosial yang ada dalam lingkungan industri Pabrik Gula Kalibagor pada masa lalu. Semua itu dapat diketahui dari pola keletakkan bangunan-bangunan dalam emplasemen pabrik.
ABSTRACT
Industrial archaeology review provides an understanding and the description about the social life of the past industrial society. The object of the study of industrial archaeology is in the form of artifacts, structures, or former buildings of the industrial activity. During the colonial period, many industries were established in Indonesia, and one of which was a sugar industry. The sugar industry that becomes the object of this research is the Kalibagor sugar factory at Banyumas, Central Java. This study discusses the factory spatial emplacement which is related to the production and social life activity that is presented in the industrial environment at Kalibagor sugar factory in the past. All can be known by the layout pattern of the buildings in factories emplacement.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>