Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Mohammad Irsam
Abstrak :
Setelah membatja dan memperhatikan bab perlambang jang telah diuraikan, maka dalam bab terachir ini dapat diberikan kesimpulan2 sebagai berikut: 1. Semua tjara melambangkan atau menjindirkan maksud dalam prinsipnja dapat dikembalikan kepada anasir2 perbuatan magis, jaitu magi imitative, dengan menggunakan sugesti bunji, segesti sifat dan sugesti bentuk sebagai alatnja. 2. Menurut bentuknja tjara melambangkan itu, dalam pantun, teka-teki, wangsalan, parikan, paribasan, umpama, upatjara dan kebiasaan se-har-2 adalah menuruti kerangka tituan dan sasaran, jaitu dengan adanja baris2 jang tidak mengandung arti dan jang mengandung arti...
Panuti Sudjiman: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1962
S10996
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Diana Riski
Abstrak :
Secara tersirat, penjual dan pembeli telah memenuhi prinsip-prinsip kerja sama. Tidak semua ujaran yang diujarkan baik penjual maupun pembeli mematuhi prinsip kerja sama. Aturan ini dilanggar supaya dapat menghasilkan percakapan yang lebih komunikatif. Pelanggaran yang dilakukan bertujuan untuk membuat jarak antara penjual dan pembeli lebih dekat sehingga menghantarkan pada pelaksanaan strategi kesantunan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pelaksanaan prinsip kerja sama dan strategi kesantunan dalam interaksi jual-beli dan mendeskripsikan hubungan strategi kesantunan dan prinsip kerja sama sesuai dengan kesepakatan yang dicapai. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Informan dalam penelitian ini adalah seorang wanita penjual dan delapan orang pembeli. Untuk memperoleh data, telah dilakukan perekaman pada saat transaksi berlangsung. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, di dalam interaksi jual-beli terdapat pemenuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama. Dalam data percakapan jual-beli, ditemukan pemenuhan bidal kualitas dan bidal relevansi. Bidal kualitas dipenuhi karena informasi yang diberikan benar, tidak mengandung kebohongan atau tidak logis. Bidal relevansi juga dipenuhi karena ujaran penjual selalu dalam topik pembicaraan yang sama. Pemenuhan ini terjadi karena penjual selalu berbicara dalam ruang lingkup yang sama dengan arah pembicaraan pembeli. Pemenuhan ini dilakukan sebagai wujud perhatian terhadap pembeli. Pelanggaran bidal kuantitas dan bidal cara sering terjadi akibat penjelasan panjang yang diujarkan penjual. Bidal kuantitas dilanggar karena penjual memberikan informasi yang berlebihan dalam berkomunikasi. Pelanggaran bidal cara karena penjual berbicara tidak jelas. Penjual sering memberikan penjelasan yang berlebihan sehingga terkadang tidak jelas. Penjelasan yang diujarkan ini sebagai akibat dari keinginan penjual untuk melayani pembeli. Pelanggaran terhadap prinsip kerja sama menghasilkan strategi kesantunan. Kesantunan yang sering dipenuhi adalah strategi kesantunan positif. Kepentingan pembicaraan berfokus pada keinginan penjual untuk dapat diterima masuk dalam lingkungan si pembeli. Dari data yang ada, pemenuhan yang sering terjadi pemenuhan bidal kualitas dan bidal relevansi. Jika sebuah ujaran memenuhi bidal kualitas maka ujaran tersebut juga berpotensi untuk memenuhi bidal relevansi. Sama halnya dengan pelanggaran bidal kuantitas dan bidal cara. Jika ujaran penjual melanggar bidal kuantitas maka ujaran tersebut juga berpotensi untuk melanggar bidal cara. Pelanggaran bidal kuantitas dan bidal cara berpotensi memunculkan strategi kesantunan positif. Strategi kesantunan positif yang muncul adalah dengan cara penjual mengikuti keinginan pendengar sesuai dengan ketertarikan, keinginan, dan kebutuhannya, membesar-besarkan keinginan dan simpati pendengar, dengan penggunaan dialek, dengan persetujuan, dengan mempraanggapkan kesamaan pengetahuan dengan keinginan pembeli, dan dengan lelucon.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10722
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dimas Aryana Wigraha
Abstrak :
Topik dari penelitian ini adalah penggunaan strategi kesantunan dalam sebuah kartun. Kartun mempunyai fungsi untuk menyindir dan memperingatkan. Menyindir, memperingatkan, dan mengkritik memiliki kesamaan makna, yaitu sebuah tindakan yang tidak menghargai hal yang dimiliki oleh pihak yang menjadi objek. Sindiran dan peringatan yang terdapat pada kartun dapat diartikan sebagai sebuah kritik. Dengan melakukan sebuah kritik, seseorang telah melakukan tindakan yang kurang santun. Kesantunan yang dimaksud adalah tindak menunjukkan kepedulian terhadap citra orang lain. Dalam menyampaikan kritik di dalam kartunnya, seorang kartunis harus dapat membuat agar kritik yang disampaikannya dapat diterima dan tidak membuat pembacanya marah. Kartunis harus menggunakan strategi yang tepat di dalam kartun yang diciptakannya. Masalah dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat strategi kesantunan apa yang cenderung digunakan kartunis di dalam kartun yang diciptakannya dan kaitan penggunaan strategi kesantunan tersebut dengan tindakan komunikasi yang berlangsung. Pemilihan kartun Jangan Tanya Mengapa: Perusahaan Rokok Untung Besar sebagai objek penelitian didasarkan pada objek kritik yang dituju. Kartun ini merupakan kartun sosial yang mengkritik kebiasaan merokok yang terdapat di dalam sebuah masyarakat. Tema yang diangkat merupakan tema yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Pihak yang menjadi objek kritik merupakan masyarakat, yang mungkin juga pembaca kartun ini. Karena itu, menarik dilihat bagaimana kartunis mensiasati agar ancaman yang dilakukannya tidak membuat pembaca marah atau tersinggung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori strategi kesantunan yang diungkapkan oleh Brown dan Levinson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kesantunan yang digunakan pada data merupakan strategi-strategi kesantunan yang dapat menyebabkan kerusakan citra yang cukup besar. Jenis-jenis strategi kesantunan yang digunakan pada data adalah strategi menyatakan tindak mengancam citra tanpa ditutup-tutupi, strategi menyatakan tindak mengancam citra dengan ditutup-tutupi, dan strategi tidak menyatakan tindak mengancam citra. Keadaan tersebut tentunya dapat membuat objek kritik merasa tersinggung atau marah. Namun, berdasarkan data-data yang ditemukan, kritik yang terdapat pada sebuah kartun merupakan sebuah hal yang santun. Hal ini disebabkan fungsi yang terdapat pada kartun, yaitu memperingatkan dan menyindir. Berdasarkan kedua fungsi tersebut, kritik yang terdapat pada kartun dapat diterima sebagai sesuatu yang santun
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S10721
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library