Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hamzah Muhammad Al Ghozi
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan mengungkap representasi kekuasaan Jawa dan kritik terhadap praktik kekuasaan Jawa, serta urgensi dari strategi narasi dalam novel Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom yang merupakan interpretasi ulang cerita dongeng "Prabu Watu-Gunung dari Negeri Giling-Wesi" pada teks Babad Tanah Jawi. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi dianalisis menggunakan teori Stuart Hall (2003), Benedict R.O'G Anderson (1984 & 2000), dan Koentjaraningrat (1984). Hasil analisis representasi yang mengupas unsur-unsur struktur memperlihatkan Gilingwesi sebagai kerajaan yang paling unggul dalam kontestasi kekuasaan pertama antarkerajaan yang merepresentasikan kekuasan Jawa. Gilingwesi dipimpin tokoh raja Watugunung dengan tiga kriteria kepemimpinan, antara lain kharisma, kewibawaan, dan kekuasaan dalam arti khusus. Analisis tentang kritik memperlihatkan bahwa kritik novel terhadap praktik kekuasaan Jawa direpresentasikan lewat praktik kekuasaan Gilingwesi dalam kontestasi kedua dengan Gerbang Agung, kerajaan yang memenuhi beberapa karakteristik dari kekuasaan Jawa. Empat komponen praktik kekuasaan Jawa yang dikritik, yaitu (a) wahyu dan kharisma; (b) alam semesta dan pusat kekuasaan; (c) laku tapa dan kuasa-kesaktian; serta (d) etika priyayi dan keturunan. Kesimpulannya, Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi mengajukan empat kritik terhadap praktik kekuasaan Jawa, antara lain tokoh perempuan, laku tapa, moralitas, dan juru selamat. Urgensi dari strategi narasi diperlihatkan melalui Sungu Lembu sebagai narator cerita yang melalui kesaksian dan pandangan kritisnya merepresentasikan kekuasaan Jawa dan mengkritik praktik kekuasaan Jawa.
ABSTRACT
This thesis discusses the representation of Javanese power and the criticism of Javanese power practice, and the urgency of the narrative strategy in Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi by Yusi Avianto Pareanom which is a reinterpretation of the story entitled "Prabu Watu-Gunung dari Negeri Giling-Wesi" in Babad Tanah Jawi text. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi is analyzed by using the theory of Stuart Hall (2003), Benedict R. O'G Anderson (1984 & 2000), and Koentjaraningrat (1984). The result of representation analysis that explores structural elements of the novel shows Gilingwesi as the most superior kingdom in the first power contest which its represents the power of Java. Gilingwesi is led by the king of Watugunung which has the three criteria of leadership, such as charisma, authority, and power in a special sense. The analysis of criticism indicates that the critique of the novel toward Javanese power practice is represented by Gilingwesi's power practice in second contestation against Gerbang Agung, a kingdom that fulfills some characteristics of Javanese power. The four components of Javanese power practice that are criticized, namely (a) wahyu and charism; (b) the centre of power and the universe; (c) tapa behavior and supranatural- power; and (d) priyayi ethics and heredity. To sum up, Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi presents four criticisms of Javanese power practice, including female characters, tapa behavior, morality, and savior. The urgency of the narrative strategy is shown by Sungu Lembu as the narrator which through its witnesses and its critical view represent the power of Java and criticize the practice of Javanese power.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Arifiana
Abstrak :
Penelitian terhadap novel-novel Mira Widjaja, khususnya novel Dari Jendela SMP, Galau Remaja di SMA, Di Tepi Jeram Kehancuran, dan Ketika Cinta Harus Memilih memiliki ber-bagai tujuan. Pertama, untuk mengetahui kedudukan novel-novel tersebut sebagai karya sastra populer dengan cara menerapkan teori Abraham Kaplan tentang ciri-ciri karya populer. Kedua, untuk memperoleh tema serta amanat cerita yang didapat melalui analisis terhadap permasalahan tokoh utama masing-masing novel. Tujuan ketiga, untuk mendapatkan gambaran terhadap obsesi pengarang yang tercermin melalui sikap masing-masing tokoh utama sehubungan dengan permasalahan yang dihadapinya. Berdasarkan ciri-ciri yang terdapat di dalamnya, menunjukkan hasil bahwa ke-empat novel Mira W. merupakan karya sastra populer. Masing-masing novel memiliki seluruh ciri karya populer baik dari segi bentuk maupun dari segi perasaan. Tema novel menunjukkan adanya keragaman dan tidak semata-mata mengenai percintaan tokoh-tokoh utamanya. Novel DJSMP memiliki tema pencarian jati diri seorang remaja dan novel GRSMA bertemakan kehidupan remaja yang labil. Keduanya mengisahkan kehidupan remaja. Novel DTJK dan KCHM mengisahkan kehidupan rumah tangga dengan tema nilai keluhuran budi manusia untuk novel DTJK dan tema kepicikan pandangan manusia dalam novel KCHM. Sikap tokoh-tokoh utama menampakkan harapan Mira W. kepada pembacanya agar tetap berpegang teguh pada kebenaran keyakinan hati dan agar pembaca bersikap dewasa dalam menghadapi berbagai permasalahan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S11335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didot Mpu Diantoro
Abstrak :
Nasjah Djamin adalah salah seorang pengarang dalam khasanah kesusastraan Indonesia, yang juga dikenal sebagai pelukis. Karya-karya pengarang ini telah memenangkan beberapa hadiah kesusastraan di Indonesia, yang tentu saja merupakan indikasi keistimewaan karya-karyanya, khususnya novel, yang juga menunjukkan produktivitas pengarang. Penulis melihat indikasi pengulangan unsur-unsur tertentu dalam novel yang dilakukan Nasjah Djamin dalam menyampaikan cerita-ceritanya. Oleh karena itulah penulis berusaha mengangkatnya dan menganalisis unsur-unsur seperti tokoh dan tema dengan sedikit menyinggung unsur alur dalam novel-novel tersebut untuk dapat mengungkapkan pengulangan apa saja yang dilakukan oleh Nasjah Djamin. Hasil analisis tersebut digunakan untuk mendeskripsikan pengulangan-pengulangan yang penulis maksudkan di atas. Dalam novel-novel Nasjah Djamin selalu hadir tokoh-tokoh yang memiliki kemiripan karakter satu dengan lainnya. Umumnya tokoh-tokoh tersebut memiliki karakter yang keras hati, angkuh, dan gigih mempersoalkan harga diri dan eksistensi mereka pribadi, namun memiliki kelemahan dalam soal asmara. Tokoh-tokoh tersebut hadir dalam cerita-cerita dengan kemiripan dalam segi alur atau pola penyampaian ceritanya. Pengarang selalu menempatkan tokoh-tokoh tersebut dalam kenangan masa lalu mereka, dan selalu mempertemukan mereka dengan tokoh-tokoh lain yang mereka kenal dalam kondisi masa lalu yang pernah mereka alami. Peristiwa-peristiwa berikutnya berkembang dengan adanya pertemuan tokoh-tokoh tersebut dengan tokoh-tokoh lain yang mereka kenal pada masa lalu yang pernah mereka alami. Dari karakter tokoh-tokoh yang memiliki kemiripan itu dan juga alur cerita yang mirip, pengarang lalu mengembangkan gagasan-gagasan atau tema-tema cerita yang memiliki kemiripan pula, yaitu gagasan atau tema tentang usaha individu tuk mempertahankan eksistensi mereka, gagasan tentang penyelewengan seorang suami, gagasan tentang wanita-wanita yang menjalani kehidupan seks bebas, yang menurut ukuran nilai-nilai yang berlaku di lingkungan mereka kurang baik. Lalu berkembang pula gagasan tentang tokoh-tokoh yang melarikan diri dari kekosongan hidup teks dengan mengandalkan kekayaan atau kekuatan materi mereka. Hal-hal yang penulis sebutkan di atas itulah yang merupakan isi skripsi ini.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Nilla Gusti
Abstrak :
Jaman Balai Pustaka dianggap sebagai permulaan kesusastraan Indonesia modern (Teeuw 1967:1). Sebagian besar dari cipta sastra yang dihasilkan pada jaman Balai Pustaka, lahir dari pengarang Minangkabau. Kiranya pertanyaan Mengapa lahir dari masyarakat Minangkabau? dapat terjawab dari pembicaraan pada bab-bab yang terdahulu. Dalam masyarakat Minangkabau terjadi konflik yang sangat hebat, yaitu antara kaum tua dan muda. Pada dasarnya konflik ini sudah terjadi pada permulaan masuknya Islam ke Sumatera Barat, di mana sistim kekerabatan yang matrilinial dalam masyarakat Minangkabau itu diketahui oleh pemuka-pemuka Islam sebagai bertentangan dengan agama Islam. Selanjutnya pertentangan.itu menjadi tajam setelah masuknya pendidikan Barat dalam masyarakat Minangkabau melalui pemerintahan Belanda. Kaum muda secara keras menentang adat lama yang dipegang oleh kaum tua. Pertentangan itu meruncing pada persoalan "kawin paksa". Persoalan ini paling dirasakan dalam masyarakat.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S10842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Panca Prasetya
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi sosiolinguistik ini berjudul `Alih Kode dalam Novel Para Priyayi.' Alih kode atau secara umum dapat diharfiahkan sebagai pemakaian dua bahasa (dalam tulisan ini yang dikaji adalah bahasa Indonesia dan Jawa) oleh penutur memang merupakan salah satu dari sekian banyaknya penelitian alih kode yang lebih banyak melakukan penelitian lapangan.

Penelitian alih kode dalam wacana tulisan ini merupakan sedikit penelitian yang coba mencari maksud dan fungsi alih kode yang terkandung di dalamnya (novel). Untuk memudahkan pencarian tujuan yang hendak dicapai, penulis membagi analisis alih kode menjadi tiga zaman yang merupakan rentetan generasi suatu keluarga besar yang berperan di dalam novel.

Maksud dan fungsi alih kode tidak pernah terlepas dari latar atau isi cerita yang menaunginya. Hal ini dapat terlihat melalui hubungan antarkalimat dalam novel. Maksud dan fungsi alih kode yang sering terdapat dalam novel Para Priyayi dipakai untuk rnenunjukkan rasa solidaritas, istilah kekerabatan, membedakan status antar penutur, sebagai kata sapaan, dan menghormati lawan bicara.
2001
S10782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Prasetyo
Abstrak :
Kegiatan kesusastraan Indonesia pada tahun lima puluhan cenderung terpusat di majalah--majalah yang ter_bi t pada saat itu. Hal itu membuat Nugroho Notosusanto memperkenalkan istilah sastra majalah. Ia menyatakan bahwa situasi tahun 1954 ditandai dengan banyaknya majalah kebudayaan sehingga penelitian kesusastraan hares diaraakan ke majalah tersebut. Majalah kebudayaan yang terbit pada tahun lima pu_luhan antara lain; Zenith (1951_1954), Basis (1951 sam_pai sekarang) , Budaja (1953-1962) , Kisah (1943-1956), Konfrontasi (1954-1960). Berkaitan dengan perkembangan kesusastraan di maja_lah pada tahun puluhan, makin dirasakan perlunya usaha penelitian kesusastraan di majalah-ma jalah tersebut dalam penyusunan sejarah kesusastraan Indone_sia. Oleh karena itu, skripsi ini ditulis dengan harapan menambah jumlah penelitian yang telah dilakukan. Diharap_kan dengan semakin banyaknya penelitian akan didapat sua_tu kesimpulan umum mengenai perkembangan kesusastraan di majalah periode 1950. Penulisan skripsi ini dibatasi pada majalah kebuda_yaan Konfrontasi. Pemilihan ini tidak didasarkan pada pertimbangan tertentu selain bahwa majalah tersebut terbit pada tahun lima puluhan dan belum pornah diteliti oleh para ahli kesusastraan lndonesia. Tujuan penulisan skripsi ini mengungkapkan kecende_rungan temaL-ik yang ada dalam cerpen-cerpen Konfrontasi Pemilihan tema didasarkan pada alasan bahwa melalui te_ma dapat dilihat pengaruh situasi sosial tahun lima pu_luhan terhadap cerpen-cerpen Konfrontasi. Hasil pengumpulan tema yang terdapat dalam cerpen_-cerpen Konfrontasi ternyata membuktikan bahwa cerpen_cerpen yang menceritakan kohidupan di daerah-daerah Indonesia merupakan tema sosial yang paling banyak di_tampilkan oleh pengarang. Selanjutnya cerpen-cerpen yang menceritakan kehidupan di masa perang merupakan tema sosial kedua yang banyak diminati oleh para penga_rang. Selain hal itu, cerpen-cerpen Konfrontasi yang menceritakan keberadaan manusia menunjukkan adanya pengaruh pandangan hidup Eropa dalam ceritanya. Hal itu terlihat dengan diungkapkannya paham filsafat sistensialisme Eropa oleh para pengarang dalam cerpen-cerpen yang bertema keberadaan manusia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Sabri
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dibatasi pada cerpen-cerpen karya Idrus yang belum pernah dibukukan atau diterbitkan. Penelitian ini selain dimaksudkan untuk mengungkap sosok kepengarangan Idrus lebih jauh daripada yang selama ini terungkap dalam tulisan-tulisan yang ada, juga dimaksudkan sebagai sekadar sumbangan bagi penelitian lain yang lebih lengkap.

Melalui terra-tema yang sering diketengahkan dalam karyanya, dapat diketahui hal-hal apa saja yang menarik perhatian pengarang dan bagaimana sikapnya terhadap hal yang menarik perhatiannya tersebut.

Cerpen-cerpen lepas Idrus yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini ada 18 (delapan betas) buah. 10 buah cerpen bertema sosial, 4 buah bertema rumah tangga, 3 buah bertema asmara, dan 1 buah cerpen yang menyoroti tingkah laku hewan. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa Idrus tidak selalu menggunakan gaya satirnya yang terkenal tajam terhadap keadaan masyarakat. Cerpen-cerpennya yang bertema asmara hampir semuanya bercorak romantik.
1990
S10934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiyowati
Abstrak :
Analisis mengenai latar sosial, latar fisik, latar waktu, serta hubungan antara latar dengan tokoh, penokohan, dan alur novel Dan Perang pun Usai karya Ismail Marahimin bertujuan untuk membukikan bahwa latar merupakan unsur yang paling menonjol. Dalam penelitian di atas penulis menggunakan pendekatan ekstrinsik dan intrinsik. Pendekatan ekstrinsik digunakan penulis dalam membahas latar sosial, latar fisik, dan latar waktu Dan Perang pun Usai. Dalam analisis tersebut penulis membahas ketiga latar novel itu dengan mengacu pada sejarah bangsa Indonesia atau khususnya pada masa penjajahan Jepang. Pendekatan intrinsik dipakai penulis dalam membahas hubungan latar Dan Perang pun Usai dengan unsur fiksi lainnya, yaitu tokoh, penokohan, dan alur. Jadi, pendekatan ini mengkhususkan diri pada unsur karya itu sendiri. Hasil analisis menunjukkan bahwa ciri khas novel Dan Perang pun Usai adalah menggunakan acuan sejarah sebagai sumber utamanya. Hal ini terlihat jelas dari latarnya. Cerita terjadi pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, dan mengambil tempat di daerah Teratak Buluh, Riau. Keadaan sosial yang digambarkan dalam novel tersebut sangat mendekati realitas. Selain mengandung unsur politik, sejarah, dan sosial budaya, latar novel Dan Penang pun Usai juga. menyokong unsur fiksi lainnya, yaitu tokoh dan alur. Keadaan, tempat, dan suasana dalam cerita memberikan gambaran kepada pembaca akan watak tokoh dan tindakan tokoh. Alur Dan Perang pun Uati tidaklah tunggal; alurnya bercabang-cabang dan banyak alur bawahan dari tiap-tiap tokohnya. Keadaan alur yang tidak tunggal dan bercabang_-cabang sejalan dengan suasana perang dalam cerita yang penuh kemelut. Alur bawahan tersebut membuat latar sosial novel tersebut bervariasi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Fransiscus
Abstrak :
Pengeksplorasian sebuah fakta sejarah menjadi sebuah roman sejarah merupakan sebuah keniscayaan apabila sekat-sekat penulisan sejarah secara jujur dan profesional sudah tertutup. Mengingat hakekat sastra lebih terpusat pada unsur estetiknya maka wajar pulalah sebuah kisah sejarah yang menjadi bahan penulisan roman sejarah penuh dengan bias atau dramatisasi fakta. Bagi seorang yang mencintai dunia kusastraan, dramatisasi kisah sejarah itu bukanlah hal yang harus dicibir. Bagaimanapun seorang penulis roman sejarah yang baik bukanlah sekedar mendramatisasi kisah yang diambilnya. Roman sejarah yang ditulis tidaklah sekedar dicomot begitu saja dari hamparan fakta sejarah yang ada. Dalam kisah sejarah yang diambil oleh Mangunwijaya terdapat sebuah tendesi yang begitu jelas. Fenomena tentang terlihatnya hubungan yang jelas antara fakta masa kini dan masa lalu menjadi landasan bagi Mangunwijaya menetapkan sejarah Mataram II sebagai bahan penulisan romannya. Kekuasaan yang semena-mena, kemunafikan, pengingkaran hak azasi manusia, dan kekejaman yang luar biasa masa lalu ternyata masih berlangsung terus hingga di zaman yang kita klaim sebagai era modern ini. Mangunwijaya mendramatisasi fakta sejarah Mataram II itu dengan fokus cerita pada adanya perlawanan-perlawanan yang sangat radikal dari sosok-sosok yang melambangkan kekurangberdayaan, yaitu kaum wanita. Dengan cerdik dan sinis, Mangunwijaya mengambil contoh perlawanan yang dilakukan para wanita itu dan strata terbawah di masyarakat. Roro Mendut, Genduk Duku, dan Lusi Lindri merupakan simbol perlawanan itu. Secara sinis Mangunwijaya memperlihatkan pada kita ternyata sikap ksatria itu bukan datang dari masyarakat yang mengakui mewarisi darah biru (para bangsawan). Sikap ksatria ternyata dapat dimiliki oleh siapa saja dan dari golongan masyarakat mama saja selama insan itu menyadari dan berani menyuarakan suara hati nuraninya. Sebab bukankah ada sebuah kalimat filosofis yang berbunyi, Cogito Ergo Sum? Saya berpikir maka saya ada.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Sukur
Abstrak :
Ramadhan K.II. adalah salah satu pengarang Indonesia yang konsisten di dalam menciptakan karya-karyanya. Kekonsistensiannya itu dapat dibuktikan dan tema-tema karyanya yang cenderung memilih tema tentang ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada di dalam masyarakat Indonesia, yakni berkisar pada bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, agama, serta moral dan korupsi- Hal ini dapat diperhatikan dari beberapa karyanya, seperli Royan revolusi (1971), Kemelut Hidup (I 977), Keluarga Permana (1975), dan ladang Perminus (1990). Masalah ketimpangan-ketimpangan sosial yang diangkat Ramadhan K II. itulah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti salah satu karya dari sastrawan ini, yakni novel Ladang Perminus. Pemilihan atas novel ini dilatarbelakangi oleh beberapa kenyataan yang tampak di dalam novel Ladang Perminus ini menyerupai keadaan tertentu di dunia nyata- Selain itu, penulis menganggap bahwa penelitian terhadap novel Ladang Perminus ini perlu dilakukan karena tampaknya penelitian secara khusus terhadap novel ini belum pernah dilakukan. Hasil dari penelilian yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa peristiwa-perisliwa yang terjadi dalam novel Ladang Perminus ruemiliki kemiripan dengan realitas yang terjadi pada kondisi politik dan perekonomian 1ndonesia sekitar tahun 1970-an, terutama berkaitan dengan kasus krisis ekonomi yang dialami Pertamina semasa lbnu Sulowo menjabat sebagai direktur utamanya. Selain itu, pengarang melalui tokoh-tokohnya membawa kritikan serta pesan moral yang berhubungan dengan masalah korupsi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S10784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>