Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eki Ubayakti
Abstrak :
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945), hampir sebagian besar rakyat telah mengalami berbagai kesulitan hidup. Dari mulai penderitaan ekonomi, perlakuan yang semena-mena, sampai pada kenistaan hidup, semua berbaur menjadi suatu image yang sampai kinipun sulit untuk dilupakan, terutama bagi yang mengalaminya. Terlepas dari citra buruk yang disandang oleh Pemerintahan Militer Jepang itu, namun ada juga suatu kesempatan yang diberikan mereka yang telah membawa manfaat untuk sebagian dari masyarakat kita, yaitu dengan diberikannya pendidikan militer bagi pemuda-pemuda pribumi. Institusi militer ini dikenal di Sumatra Timur (sekarang Propinsi Sumatra Utara dikurangi. Tapanuli dan Sibolga) dengan nama Gyu-gun atau Tentara Sukarela. Maksud dari dibentuknya Gyu-gun adalah untuk membantu dan mempermudah tugas-tugas tentara Jepang dalam perang. Dalam skripsi ini penulis ingin melihat bagaimana Gyu-gun dibentuk di Sumatra Timur. Setelah menelusuri later belakang dan tujuan pembentukan Gyu-gun, kemudian penulis melihat adanya sesuatu yang istimewa dari hasil dibentuknya Gyu-gun, Dengan di bentuknya Gyu-gun di Sumatra Timur, maka untuk pertama kalinya dikenal pendidikan militer dalam arti sesungguhnya. Ini penting artinya, karena sebagian besar mantan anggota Gyu-gun inilah yang kemudian bergabung dalam TKR yang turut berperang dalam Perang Kemerdekaan, dan seba_gian dari mereka inilah yang kemudian menjadi instruktur-_instruktur dalam latihan kilat kemiliteran untuk calon-calon perwira TKR di Sumatra Timur.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Satriani
Abstrak :

ABSTRAK
Setelah beberapa bulan menduduki Indonesia, pemerintah Jepang segera mengadakan reorganisasi pemerintahan. Selain itu untuk mendukung pertahanan dan keamanan, pemerintah Jepang membentuk keisatsutai yaitu kepolisian yang bertugas menjaga keamanan di Indonesia, yang anggotanya sebagian besar terdiri dari orang-orang Indonesia. Tugas kepolisian saat itu terutama dititik beratkan pada perkara-perkara politik, dan dipusatkan pada pemberantasan gerakan-gerakan dan anasir-anasir yang menentang pemerintahan Jepang. Kepolisian juga bertugas menjaga perekonomian, pertahanan dan keamanan. Dalam isi skripsi ini penulis akan membahas tentang bagaimana pembentukan dan struktur keisatsutai terutama di Jakarta. Fungsi dan tugas keisatsutai serta bagaimana hubungan/ citranya dengan masyarakat. Masalah lain yang akan penulis uraikan adalah mengenai pendidikan kepolisian di jaman pendudukan Jepang. Setelah itu penulis akan menguraikan peran polisi pada awal kemerdekaan.

Tujuan utama penulisan tentang keisatsutai wilayah Jakarta ini adalah untuk menambah perbendaharaan penulisan tentang kepolisian, sehingga diharapkan dengan skripsi ini kita akan tahu struktur kepolisian, pekerjan, kasus-kasus yang dihadapi, hubungan dan citra mereka di mata masyarakat pada masa itu sekaligus bagaimana mereka menghadapi kemerdekan. Selain itu penulisan ini ditujukan untuk menguraikan bagaimana kepolisian dalam menjalankan pekerjan di masa pendudukan Jepang juga dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada awal-awal kemerdekan.

Pengkajian penulisan ini bersifat deskripsi analisis, deskripsi yaitu memberi gambaran tentang objek yang akan ditulis. Kemudian dianalisa guna memperjelas pemahaman, setelah sebelumnya melalui tahapan pemilihan subjek yang diselidiki, menguji sumber-sumber tersebut untuk mengetahui apakah sumber itu memang dibutuhkan, apakah asli(otentik) dan masih utuh, sekaligus membandingkan sumber yang satu dengan yang lain. Setelah itu menafsirkan data-data yang ada menjadi fakta dan menghubungkan satu sama lain sehingga menjadi suatu tulisan sejarah. Pengumpulan data melalui studi kepustakan dan wawancara dengan tokoh sejaman sekaligus pernah menjadi anggota keisatsutai sehingga dapat memperkuat atau sebagai bahan perbandingan data yang ada.

Pada saat Jepang menyerah pada Sekutu, keisatsutai diharapkan dapat menjaga keamanan sampai pemerintah Jepang menyerahkan Indonesia kepada Sekutu. Perkiraan Jepang temyata meleset jauh, karena polisi justru mempergunakan senjata yang ada di tangan mereka untuk mempertahankan Republik Indonesia. Dengan kata lain polisi bergabung dengan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan yang diplokamirkan tanggal 17 Agustus 1945 dan kemudian pada tanggal 21 Agustus 1945 mereka menyatakan diri sebagai polisi Republik Indonesia. Keisatsutai yang tadinya didirikan dan dilatih untuk membantu pemerintahan Jepang di Indonesia akhimya menjadi modal utama untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
1998
S12457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sopian
Abstrak :
Dalam perekrutan anggota barisan propaganda, Jepang rrmengikutsertakan seniman-senimannya selain tentara Jepang itu sendiri. Propaganda sangat diperlukan untuk dapat mewujudkan segala keinginan Jepang atas tanah pendudukan. Namun tidak semua setuju dengan peraturan dan cara yang ditempuh tentara Jepang. Jawa Sarasa yang ditulis Takeda - yang berlatar belakang sebagai seorang sastrawan - selama masa tugasnya di Indonesia memaparkan ketidaksetujuannya itu. Meskipun demikian ia tidak pernah rnengesampingkan rasa hormatnya terhadap kaisar. Jawa Sarasa sebagai catatan perjalanan Takeda pada zaman -pendudukan Jepang sangat berarti untuk mengetahui pandangan dan sikapnya pada waktu itu sebagai bagian untuk merekonstruksi sejarah dalam nuansa yang berbeda dari penulisan sejarah Indonesia zaman Jepang pada umumnya. Karya tersebut tidak beredar di Indonesia tetapi beredar di Jepang. Oleh karena itu tidak berdampak pada masyarakat Indonesia dan hanya berdampak untuk masyarakat Jepang, karena karya itu sendiri ditulis dalam bahasa Jepang
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S12159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniardi Setiawan Azis
Abstrak :
Penelitian mengenai orang-orang Tionghoa di Malang pada tahun 1942-1949 ini ditujukan untuk melengkapi penulisan tentang sejarah lokal dan sejarah etnis Tionghoa di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Selain menggunakan sumber-sumber tertulis, penelitian ini juga dilengkapi dengan menggunakan sumber-sumber lisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehidupan orang-orang Tionghoa di Malang pada tahun 1942 _ 1949, yang merupakan masa pendudukan Jepang dan masa Revolusi, mengalami beberapa perubahan dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi. Di bidang politik, pemerintah Jepang memaksa orang-orang Tionghoa yang memiliki orientasi politik berbeda-beda untuk bersatu serta melarang seluruh organisasi sosial dan politik Tionghoa. Di bidang sosial, pemerintah pendudukan Jepang menutup sekolah-sekolah Tionghoa dan menerapkan kebijakan pengerahan massa terhadap orang-orang Tionghoa sebagaimana diterapkan juga kepada orang-orang pribumi. Di bidang ekonomi, pemerintah pendudukan Jepang menganggap orang-orang Tionghoa sebagai sumber pendapatan ekonomis yang potensial. Untuk itu, pemerintah pendudukan Jepang membentuk Komite Hoakiao Penolong Kesengsaraan sebagai wadah untuk mengumpulkan derma dari orang-orang Tionghoa Malang. Kehidupan orang-orang Tionghoa di Malang pada masa Revolusi juga mengalami beberapa perubahan. Di bidang politik, persatuan antara orang-orang Tionghoa kembali pecah. Mereka terbagi-bagi ke dalam orientasi-orientasi politik yang berbeda-beda. Di bidang sosial, salah satu persoalan yang dihadapi orang-orang Tionghoa di Malang adalah pendidikan bagi anak-anak Tionghoa. Persoalan ini baru terpecahkan pada tahun 1949 dengan kembali dibukanya sekolah Tiong Hoa Hwee Kwan. Di bidang ekonomi, potensi ekonomi yang dimiliki orang-orang Tionghoa di Malang digunakan oleh pemerintah Republik. Pada bulan November 1945, mereka memberikan sumbangan sebesar f. 50.000 kepada pemerintah Republik.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S12646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustafa Kamal
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini terpusat pada tokoh Sutan Sjahrir. Titik fokusnya adalah pemikirannya selama di Penjara Cipinang, Boven Digoel, dan Banda Neira. Rentang waktu yang diambil adalah mulai saat penangkapannya tahun 1934 sampai kedatangan Jepang di Indonesia tahun 1942. Akan tetapi demi kejelasan perjalanan mentalitas dan pemikirannya, didiskripsikan pula masa kecil, remaja, dan mudanya. Pembahasan mengenai riwayat hidup Sutan Sjahrir sudah cukup banyak. Akan tetapi pembahasan yang mengkhususkan diri pada bidang pemikiran terutama dalam kaitannya dengan perkembangan pematangan pemikiran pada masa-masa pemenja_raannya di Cipinang, pembuangannya di Boven Digoel dan Banda Neira masih perlu dilakukan.

Masa-masa itu temyata memberikan guratan yang mendalam dalam garis pemikiran Sjahrir. Karena di sana is tidak hanya mengawangkan pikirannya saja sebagai mahasiswa yang bergulat dengan buku-buku, tapi terbentur dengan realitas yang amat pahit dari penderitaan hidup. Secara strategic upaya untuk lebih jernih melihat kiprah politik dan konstruksi pemikiran Sutan Sjahrir di masa pendudukan Jepang, revolusi, pasca revolusi sampai akhir hayatnya, akan memperoleh ketajamannya apabila diteropong dari sebuah rekonstruksi pemikirannya di masa-_masa itu. Dalam keseluruhan hidup Sutan Sjahrir saat-saat yang memakan waktu hampir delapan tahun inilah yang merupakan sebuah pertapaan panjang.

Dari sebuah kontemplasi ini pulalah akan lahir sebuah pemikiran-pemikiran seseorang yang orisinil, mendalam, dan matang. Tujuan utama penulis adalah memperkaya khasanah karya ilmiah yang memberikan nuansa baru pada tulisan-tulisan tentang Sjahrir sehingga dapat lebih akurat memposisikannya dalam sejarah. Misalnya raja tentang penempatannya sebagai sayap kiri moderat dengan sosialisme demokrasinya, atau tentang tuduhan dirinya yang kebarat-baratan akan memperoleh landasannya dari skripsi ini. Dari hasil analisis terhadap diskripsi yang dipaparkan dalam skripsi ini dapat disimpulkan bahwa benturan-benturan realitas temyata telah menjadikan Sutan Sjahrir sebagai seorang realis. Realitas telah menggeser pandangan-pandangan marxisnya menjadi bemada revisionis. Dari masa pematangan pemikirannya dapat dilihat sebuah benang merah pemikiran politiknya yang tak terputus hingga penentangannya terhadap demokrasi terpimpin ala Sukarno, yakni dirinya sebagai Real Politiker.

Masa-masa itu juga telah menggumpalkan keyakinannya yang membulat tentang humanisme universal yang menjadi weltarrschaung-nya. Pluralitas kehidupan yang membentuk struktur awal kehidupannya dan rasionalitas barat yang mencerahkannya seolah diujicobakan melalui benturan-benturan realitas kehidupan yang bertolak belakang dengan kenyataan yang sebelumnya. Akan tetapi benturan-benturan itu ternyata tidak cukup untuk menghilangkan jarak kultural dan kesenjangan pemikirannya dengan bangsanya. Di atas segala keterasingannya itu ia masih ingin berbuat sesuatu, namun dalam kenyataan politiknya Sutan Sjahrir adalah seorang realis yang tidak terlampau berhasil.
1995
S12438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library