Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Badrul Munir
Abstrak :
Lapisan tipis indium timah oksida (ITO) dideposisikan pada substrat gelas corning dengan metode sputtering menggunakan gas argon. Parameter deposisi dan penambahan oksigen dalam gas sputtering dioptimasi untuk mendapatkan tingkat transparansi lapisan tertinggi dan resistivitas listrik terendah melalui pengamatan struktur, sifat listrik dan sifat optik. Peningkatan laju deposisi dan ketebalan lapisan menghasilkan perubahan orientasi kristalografi dari (222) ke (400) dan (440), serta peningkatan kekasaran permukaan lapisan. Pemanasan substrat sangat diperlukan untuk mendapatkan lapisan tipis dengan kristalinitas yang lebih baik. Nilai resistivitas lapisan cenderung naik dengan penambahan oksigen hingga 2% dalam gas sputtering , dengan nilai resistivitas terendah sebesar 5.36 x 10-4Ω?cm dapat dicapai pada ketebalan lapisan 750 nm. Semua lapisan tipis yang dideposisi pada penelitian ini menunjukkan transparansi lebih dari 85% sehingga memungkinkan untuk diaplikasikan pada divais fotovoltaik dan display.
......Indium tin oxide (ITO) films were sputtered on corning glass substrate. Oxygen admixture and sputtering deposition parameters were optimized to obtain the highest transparency as well as lowest resistivity. Structural, electrical and optical properties of the films were then examined. In creasing deposition rate and film thickness changed the crystallographic orientation from (222) to (400) and (440), as well as higher surface roughness. It was necessary to apply substrate heating during reposition to get films with better crystallinity. The lowest resistivity of 5.36 x 10-4Ω?cm was obtained at 750 nm film thickness. The films resistivity was increased by addition of oxygen up to 2% in the argon sputtering gas. All films showed over 85% transmittance in the visible wavelength range, possible for applications in photovoltaic and display devices.
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Eric Jobiliong
Abstrak :
Indium tin oxide (ITO) films have been prepared by do magnetron sputtering with different partial oxygen pressure from 4 mPa to 32 mPa and different of sputter power. The thickness of ITO films were found to be 529 nm - 796 nm. The effects of oxygen partial pressure and sputtering power on the optical properties of ITO films are investigated. From transmittance and reflectance spectra from 350 nm to 800 nm, we can determined the optical parameters by the minimal function method. A visible transmission of - 90% is obtained for 10 mPa oxygen partial pressure. The real refractive index n of ITO films and the energy gap were found 2.04 - 2.22 at λ 550 nm and 2.99 eV - 3.14 eV, respectively. Typical values for the extinction coefficient k at visible range were found to be 7x 10-4 - 7x10-2.
Lapisan indium timah oksida (ITO) telah dibuat dengan proses dc magnetron sputtering dengan tekanan parsial oksigen yang diubah-ubah dari 4 mPa - 32 mPa dan daya sputtering yang berbeda. Ketebalan lapisan ITO yang didapat berkisar antara 529 nm - 796 nm. Dilakukan studi mengenai pengaruh tekanan parsial oksigen serta pengaruh daya sputtering pada sifat optis lapisan tipis ITO. Dari spektrum reflektansi dan transmitansi diantara 350 nm - 800 nm, didapat parameter-parameter optis ITO dengan menggunakan metode fungsi minimal. Untuk tekanan parsial oksigen 10 mPa didapat nilai transmisi cahaya tampak 90% Nilai index bias real n lapisan ITO dan besar celah pita energi berturut-turut adalah 2,04 - 2,22 pada λ 550 nm dan 2,99 eV - 3,14 eV. Nilai index bias imajiner k yang didapat adalah 7x 10-4 - 7x10-2.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T17289
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ifan Rifandi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40855
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sutri I.
Abstrak :
Penentuan konduktivitas panas menggunakan differential scanning calorimetry (DSC) untuk komposit matriks keramik (KMK) SiC yang digunakan sebagai penukar kalor telah dilakukan menggunakan kurva entalpi bahan sensor yang digunakan adalah Indium dengan titik leleh pada 156,6% C yang diperhitungkan dengan memperhitungkan adanya hambatan panas dari sampel KMK Sic. Pengukuran yang diperlukan adalah ketebalan KMK SiC dan luasan permukaan bahan sensor yang bersentuhan dengan sampel KMK SiC. Dari kurva entalpi diperoleh nilai hambatan panas sampel KMK SiC yang digunakan sebesar 0,897 K/mW untuk KMK-P dan 0,867 K/mW untuk KMK-PS. Perhitungan konduktivitas panas dari hambatan panas diperoleh nilai 2,919 W/m.K untuk KMK-P dan 3,065 W/m.K untuk KMK-PS
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2015
PIN 8:15 (2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Rahmi Karmelia
Abstrak :
Dalam waktu yang lama, awalnya dilaporkan bahwa emas secara katalitik dianggap tidak aktif. Namun pada tahun 1980-an nanokatalis heterogen berbasis emas telah banyak dieksplorasi sebagai katalis karena aktivitas yang baik dan selektivitas tinggi yang sangat bergantung pada bentuk dan ukurannya. Pada umumnya, nanokatalis emas dibuat dalam suatu larutan, dalam penelitian ini kami mendemonstrasikan nanokatalis emas yang ditumbuhkan langsung pada substrat kaca yang dilapisi ITO melalui metode seed-mediated growth. Bentuk dan ukuran nanokatalis emas dimanipulasi oleh komposisi surfaktan b-cyclodextrin dan DTAB. Hasil karakterisasi FESEM menunjukkan bahwa penggunaan DTAB yang banyak menghasilkan nanopartikel Au berbentuk bulat dan saling bertumpuk tidak teratur, sedangkan dengan menggunakan b-cyclodextrin yang lebih banyak menghasilkan bentuk cauliflowers yang homogen dengan diameter rata-rata 270 nm. Semua sampel bersifat polikristalin face center cubic dengan bidang kristal 111 yang memiliki puncak intensitas tertinggi. Morfologi ini bersesuaian dengan spektrum serapan optiknya yang memiliki puncak Localized Surface Plasmon Resonance. Hasil uji sifat katalitik nanopartikel Au untuk proses hidrogenasi aseton menunjukkan bahwa laju degradasi aseton oleh katalis A, B dan C secara berturut-turut adalah 43 , 46 dan 58 jauh lebih tinggi daripada larutan aseton tanpa katalis yang hanya terdegradasi 25 . Hal ini mungkin disebabkan karena morfologi cauliflowers memberikan area permukaan aktif yang tinggi dan homogen sebagai tempat terjadinya interaksi/ adsorpsi dengan hidrogen dan aseton.
For a long time, in the earlier report gold was considered to be catalytically inactive. However, since the 1980s the gold based heterogeneous nanocatalyst have been widely explored as potential catalysts because of their good activity and high selectivity that highly depend on their shape and size. Generally, gold nanocatalyst were prepared in a solution, in this study we demonstrate the gold nanocatalysts were grown directly on ITO coated glass substrates via a seed mediated growth method. The shape and size of gold nanocatalysts were manipulated through the composition of surfactants of b cyclodextrin and DTAB. The characterization results of FESEM showed that a large amount of DTAB in the sample produce a spherical and irregularly stacked shape of Au nanoparticles, whereas the sample using a higher amount b cyclodextrin result in homogenous cauliflowers shape with an average diameter of 270 nm. All samples characteristic are poly crystalline face center cubic with the 111 plane has the highest intensity peak. This morphology corresponds to the optical properties that emerge as the Localized Surface Plasmon Resonance absorbtion peak. The results of catalytic properties in Au nanoparticles for the acetone hydrogenation process showed that the rate of acetone degradation by catalysts was 43 , 46 and 58 , much higher than without catalyst which is only 25 . This may be due to the morphology of cauliflowers provides a high active and homogenous surface area as an interaction adsorption sites with hydrogen and acetone.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library