Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isty Alfiany
"Penelitian mengenai penilaian kesehatan perairan situ di Kampus Universitas Indonesia Depok dengan IBI (Index of Biotic Integrity) telah dilaksanakan di Situ Kenanga, Agathis, Mahoni, Puspa, Ulin, dan Situ Salam pada bulan Maret -- April 2016. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah IBI dapat digunakan untuk menilai kesehatan perairan Situ Kampus UI dan bagaimana kondisi kesehatan perairan Situ Kampus UI. IBI diaplikasikan berdasarkan karakter komunitas ikan yang ada. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan metode sampling bebas menggunakan alat electrofishing gear, push net, cast net mata jaring 2,5 cm, dan lift net. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IBI dapat digunakan untuk menilai kesehatan perairan berdasarkan komunitas ikan di Situ Kampus UI dengan diterapkannya beberapa modifikasi metrik. Kesehatan perairan di Situ Agathis, Mahoni, Puspa, dan Ulin tergolong sedang; kesehatan perairan di Situ Salam tergolong baik.

A research about an assesment of freshwater lakes health in University of Indonesia Campus Depok has been implemented on Kenanga, Agathis, Mahoni, Puspa, Ulin, and Salam Lakes from March to April 2016. The aim of the study is to know if IBI (Index of Biotic Integrity) can be applied on UI Campus Lakes for assess freshwater lakes health and how is the condition of freshwater health in UI Campus Lakes. IBI is applied based on character of existing fish community. Fish sampling was done by free sampling method using an electrofishing gear, a push net, a cast net [mesh 2.5 cm], and a lift net. The results showed that IBI can be used to assess freshwater health based on fish community in UI Campus Lakes by applying several metric modifications. Freshwater health on Agathis, Mahoni, Puspa, and Ulin Lakes classified as moderate/fair; freshwater health on Salam Lakes classified as good."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penggunaan materi biologi dalam mendeteksi tingkat gangguan pada ekosistem sungai telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, di antaranya dengan pengembangan biokriteria berdasarkan pada konsep integritas biologi/pendekatan multimetrik dari hewan fauna makrobentik/bentos. Penelitian ini menyusun suatu biokriteria lokal dengan mengambil lokasi di beberapa ruas anak Sungai Cisadane sebagai studi pendahuluannya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menetapkan reference site/situs rujukan pada anak Sungai Cisadane; (2) mengklasifikasi tingkat kerusakan atau gangguan di beberapa ruas Sungai Cisadane berdasarkan komunitas bentos; dan (3) membangun kriteria biologi yang didasarkan pada konsep multimetrik dari komunitas bentos. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2003 di beberapa ruas anak Sungai Cisadane dengan 7 lokasi titik sampling. Sampling fauna organisme bentik menggunakan alat kick-net dan sortir dari hewan tersebut menerapkan metode fixcount 100 individu. Indeks biotik kumulatif (IBK) yang dihasilkan dari pendekatan multimetrik digunakan untuk menentukan tingkat gangguan ekologis di ruas Sugai Cisadane. Hasilnya menunjukkan Stasiun Kramat Payung, Cikudapaeh, Cikaniki hulu dapat dijadikan sebagai kandidat situs rujukan untuk daerah yang bergradien tinggi yang didasarkan pada indek habitat (159-167), indek kimia kirchoff (87-88), maupun indek biotik kumulatif (17-24). Ketiga stasiun lainnya telah mengalami gangguan ekologis dari sedang hingga berat. Nilai dengan 17-25 dikategorikan daerah yang belum/minim gangguan, nilai 16-11 dalam kategori gangguan sedang, dan nilai 10-5 dikategorikan mengalami gangguan berat. Penerapan indek kumulatif biotik ini untuk sungai atau DAS lainnya. mungkin membutuhkan beberapa validasi dan tahap penyempurnaan sehingga indek ini diharapkan dapat digunakan pada skala DAS yang lebih luas."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengaruh aktivitas antropogenik terhadap ekosistem perairan telah mendorong berkembangnya penggunaan konsep bioindikator guna mengetahui gangguan ekologis dari sebuah perairan. Salah satu biota yang layak untuk dipertimbangkan sebagai bioindikator akuatik adalah larva serangga Trichoptera. Paper ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang potensi dari serangga tersebut sebagai bioindikator akuatik ditinjau dari struktur komunitas, respon subletal (gannguan pada pembentukan pola jaring dan abnormalitas insang maupun anal papilae), bioakumulasi, dan respon perilaku akibat bahan polutan toksik maupun sedimentasi. paper ini menunjukkan potensi yang besar dari hewan tersebut guna menilai status kesehatan dari sebuah ekosisiem perairan."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Perairan Muara Cisadane merupakan perairan penting bagi ketersediaan sumberdaya perikanan masyarakat, namun saat ini ditengarai tingkat pencemaran yang terjadi di hulu dan hilir sungai makin meningkat. Tingkat pencemaran limbah domestik di perairan Muara Cisadane telah dipelajari dengan menggunakan parameter mikrobilogis. bakteri indikator fekal dianalisis dengan menggunakan parameter penyaringan, sedangkan keberadaan bakteri patogen diperiksa dengan pertumbuhan pada medium selektif. Penelitian dilakukan sebanyak 4 kali dalam kurun waktu 2 tahun (2003-2004) mewakili musim peralihan I (musim barat ke musim timur) dan perlihan II (musim timur ke musim barat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencemaran limbah domestik di perairan muara Cisadane sudah mencapai 2 mil ataupun sedimen. kepadatan tertingi fekal koli teramati bulan Juni 2003 (rata-rata geometris= 24 upk (unit pembentukan koloni)/100ml) sedangkan kepadatan total kolinya teramati bulan Oktober 2004 (rata-rata geometris= 981 upk/100ml). bagian paling tercemar dari Muara Cisadane adalah bagian tengah (mulut sungai) dan perairan yang berjarak 0-1mil dari pantai. Bakteri total koli dan fekal dapat digunakan untuk mendeteksi periodik, perbaikan pemanfaatan lahan dan penyadaran masyarakat tentang sanitasi di wilayah sungai diperlukan untuk memelihara kesehatan masyarakat dan lingkungan pesisir perairan ini."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Daulay, Amru
"Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah merencanakan pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE). Dalam pengoperasiannya akan terjadi pelepasan radionuklida 137Cs ke lingkungan. Limbah rumah tangga dan industri mengakibatkan pencemaran logam berat 65Zn ke lingkungan. Untuk itu diperlukan bioindikator untuk mengidentifikasi adanya pencemaran 137Cs dan 65Zn. Kinetika proses bioakumulasi 137Cs dan 65Zn melalui jalur air laut pada udang putih (Litopenaeus schmitti) dari Teluk Jakarta telah diteliti dengan mengamati pengaruh variasi konsentrasi dan salinitas. Eksperimen akuaria dilakukan terhadap empat kelompok ukuran dengan dua kali pengulangan. Percobaan dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu akumulasi/pengambilan, depurasi/pelepasan serta pemodelannya. Hasil penelitian menunjukkan kenaikan konsentrasi menaikkan laju pengambilan dan laju pelepasan 137Cs dan 65Zn oleh udang putih (Litopenaeus schmitti) Nilai faktor biokonsentrasi (BCF) udang putih (Litopenaeus schmitti) pada beda konsentrasi 137Cs dan 65Zn adalah 1,47-2,53 mL.g-1, sedangkan nilai faktor biokonsentrasi (BCF) pada beda salinitas 137Cs dan 65Zn adalah 0,33-4,91 mL.g-1.

National Nuclear Energy Agency (BATAN) has planned construction of an Experimental Power Reactor (RDE). In operating can release of radionuclide 137Cs will occur in environment. Household and industrial waste results in pollution of heavy metal 65Zn into environment. For reason a bioindicator is needed to identify the pollution of 137Cs and 65Zn. The kinetics of 137Cs 65Zn bioaccumulation through seawater pathway on white shrimp (Litopenaeus schmitti) have been investigated by observing the effects of varying body sizes. An aquaria experiment is applied to four body size groups with two replications. The experiment was carried out by 3 steps such as: uptake, depuration, and modelling. The results showed that the uptake and elimination rates decreased along with the increasing body size. The values of bioconcentration factor (BCF) on white shrimp (Litopenaeus schmitti) 137Cs 65Zn with treatment different concentration 1,47-2,53 mL.g-1, while the values of bioconcentration factor (BCF) on white shrimp (Litopenaeus schmitti) 137Cs 65Zn with treatment different salinity was 0,33-4,91 mL.g-1."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T52216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdulkadir Rahardjanto
"Air adalah salah satu kebutuhan dasar kehidupan dan merupakan sumber daya yang perlu dipertahankan kelestariannya secara kuantitas maupun kualitas untuk kepentingan manusia dan lingkungan. Pada saat ini, belum ada pelibatan partisipasi masyarakat pada konservasi DAS hulu berbasis bioindikator sebagai upaya pengelolaan sungai secara berkelanjutan. Selain itu, belum ada model pelibatan masyarakat yang dapat dijadikan acuan dalam kegiatan konservasi sungai berbasis bioindikator. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menyusun model konservasi DAS Brantas hulu berbasis bioindikator vegetasi Riparian, Makroinvertebrata dan Odonata dengan partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan sungai sehingga terwujud pengelolaan sungai yang berkelanjutan. Hasil penelitian memperlihatkan vegetasi Riparian pada daerah penelitian diketemukan 61 Ordo tumbuhan, 71 familia dan 188 species. Makroinvertebrata diketemukan 11 Ordo, 15 familia, 31 genus, dan 36 species; Odonata 2 sub Ordo, 3 familia, 11 genus, dan 15 species. Ketiga bioindikator dapat dijadikan penunjuk kondisi lingkungan yang baik pada daerah penelitian. Status kesehatan sungai berdasarkan kondisi substrat dasar berstatus baik dan dapat mendukung kehidupan organisme in stream perairan. Hasil analisis The Rapid Appraisal of River Conservation (RapRiCons) pada dimensi Ekologi, Sosial, Ekonomi, Teknologi dan Etika memperlihatkan kondisi daerah penelitian yang cukup baik dan berkelanjutan. Peningkatan pengetahuan bioindikator dapat dijadikan model partisipasi masyarakat pada konservasi DAS hulu berbasis bioindikator sebagai upaya pengelolaan sungai berkelanjutan.

Water is one of the basic needs of life and is a resource that needs to be preserved both quantity and quality for the benefit of humans and the environment. At this time there is no involvement of community participation in the conservation of the upstream watershed based on bioindicators as a basis of sustainable river management. In addition, there is no models of community participation that can be used as a reference in the river conservation based on bioindicators. The general objective of this research is to devise pattern of conservation based on bioindicators at the Brantas upstream watershed based on Riparian vegetation, Macroinvertebrates and Odonata with community participation in managing sustainable river management. The results showed Riparian vegetation in the study area were found 61 Ordo of plants, 71 species and 188 familia. Macroinvertebrates found 11 Ordo, 15 familia, 31 genera, and 36 species; Odonata 2 sub Ordo, 3 familia, 11 genera and 15 species. These three bioindicators can be used as a guide mark environmental conditions at research area. Health river status based on sediment at streambed condition, has a good result and can support life in stream organism. The results of the analysis of environmental sustainability, The Rapid Appraisal of River Conservation (RapRiCons) depicted in five dimensions (Ecology, Social, Economy, Technology, and Ethics) showed good results and sustainable. Understanding bioindicators knowledge can be used as model of community participation in watershed conservation based on bioindicator as a sustainable river management plan.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Ellis Horwood, 1992
628.5 BIO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chichester [Eng.]: John Wiley & Sons, 1979
626.161 BIO (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Wijayanto
"Ciliwung telah mengalami perubahan kondisi lingkungan diakibatkan adanya penataan dan normalisasi. Berdasarkan hal tersebut pada bulan Oktober hingga November 2017 di Ciliwung perbatasan Depok hingga Jakarta selatan telah dilakukan studi pengaruh kondisi lingkungan terhadap keragaman makrozoobentos pada daerah Sungai Ciliwung yang alami, penataan dan normalisasi.
Penelitian tersebut bertujuan menggambarkan keragaman makrozoobentos di Ciliwung berdasarkan tingkat adaptasinya pada wilayah alami, penataan dan normalisasi. Penelitian dilakukan di 3 stasiun yang ditentukan dengan metode purposive sampling.Stasiun 1 di Jalan Tole Iskandar sebagai daerah alami, stasiun 2 di Srengseng Sawah sebagai daerah penataan, dan stasiun 3 di T.B. Simatupang sebagai daerah normalisasi.
Dari hasil penelitian didapatkan 24 Genus. Jumlah genus dan kepadatan terbesar berada di stasiun 2 dengan jumlah Genus 20 dan kepadatan 114 ind/m2. Keanekaragaman H tertinggi di stasiun 1 dengan nilai 2,5541. Keseragaman E tertinggi di stasiun 3 dengan nilai 0,8941. dan dominansi tertinggi di stasiun 3 dengan nilai 0,2343. Berdasarkan parameter lingkungannya, keragaman makrozoobentos dipengaruhi parameter fisika berupa kedalaman, turbiditas dan tipe substrat akibat perubahan kondisi lingkungan.

Ciliwung experienced changes in environmental conditions due to the arrangement and normalization. Based on the case at Ciliwung across of Depok to south Jakarta from October to November 2017, study about the effect of environmental conditions on the macrozoobentos diversity on the Ciliwung in natural area, land conversion and normalization has been conducted.
The study aims to describe the macrozoobenthos diversity in Ciliwung based on adaptation rates in natural areas, structuring and normalization. The research was conducted at 3 stations that determined by purposive sampling method. Station 1 at Jalan Tole Iskandar as natural area, station 2 in Srengseng Sawah as the land conversion, and station 3 in T.B. Simatupang as a normalization area.
From the results obtained 24 Genus. The largest number of genus and densities are at station 2 with Genus number 20 and density 114 ind m2. Highest H 39 diversity at station 1 with a value of 2.5541. Uniformity E is highest at station 3 with a value of 0.8941. and the highest dominance in station 3 with value 0,2343. Based on environmental parameters, the diversity of macrozoobentos is influenced by physical parameters such as depth, turbidity and substrate type due to changes in environmental conditions.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library