Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Raihan Mumtaz
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi efek konsentrasi dan temperatur pencampuran terhadap sifat rheologi dan morfologi dari campuran poly(L-lactic acid) (PLLA) dan agar-agar untuk aplikasi implan yang dapat terdegradasi. Studi ini menggunakan metode pencampuran melt-blending dengan variasi komposisi agar-agar (0%, 4%, 8%, dan 12%) pada dua suhu pencampuran berbeda, yaitu 160°C dan 180°C. Karakterisasi dilakukan melalui pengujian rheologi osilasi dan rotasional, serta pengamatan morfologi permukaan dan patahan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil pengujian menunjukkan bahwa viskositas campuran PLLA dan agar-agar menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi agar-agar dan suhu pencampuran. Pada suhu 180°C, viskositas menurun lebih signifikan dibandingkan pada 160°C. Pengujian rheologi osilasi menunjukkan bahwa modul penyimpanan (G') dan modul kehilangan (G") dari campuran cenderung menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi agar-agar, yang menunjukkan penurunan kekakuan dan peningkatan sifat viskoelastis dari material. Pengamatan morfologi permukaan dan patahan dengan SEM menunjukkan bahwa penambahan agar-agar menghasilkan distribusi partikel yang lebih homogen, tetapi juga meningkatkan jumlah retakan pada permukaan material. Pada suhu pencampuran yang lebih tinggi (180°C), material menunjukkan homogenitas yang lebih baik, namun dengan peningkatan jumlah retakan dan kekosongan (voids). Penelitian ini menyimpulkan bahwa komposisi campuran PLLA dan agar-agar serta suhu pencampuran memiliki pengaruh signifikan terhadap sifat rheologi dan morfologi dari material. Campuran dengan komposisi 96% PLLA dan 4% agar-agar pada suhu 160°C menunjukkan sifat mekanik dan morfologi terbaik untuk aplikasi implan mampu luruh. Sampel P96A4T1 yang memiliki nilai torsi yang meningkat secara bertahap tetapi tetap dalam rentang yang dapat dikelola, dimulai dari nilai torsi awal adalah 204 Nm pada detik ke-17 dan mulai stabil pada detik ke-34 dengan nilai torsi sebesar 94 Nm. Selain itu, hasil SEM menunjukkan bahwa Pada P96A4T1, struktur permukaan terlihat lebih homogen dengan sedikit retakan dibandingkan dengan sampel lain. ......This research aims to investigate the effects of concentration and mixing temperature on the rheological and morphological properties of poly(L-lactic acid) (PLLA) and agar blends for degradable implant applications. The study employed the melt-blending method with varying agar concentrations (0%, 4%, 8%, and 12%) at two different mixing temperatures, 160°C and 180°C. Characterization was performed through oscillatory and rotational rheology tests, as well as surface and fracture morphology observations using Scanning Electron Microscopy (SEM). The results indicated that the viscosity of the PLLA and agar blends decreased with increasing agar concentration and mixing temperature. At 180°C, the viscosity decreased more significantly compared to 160°C. Oscillatory rheology tests showed that the storage modulus (G') and loss modulus (G") of the blends tended to decrease with increasing agar concentration, indicating a reduction in stiffness and an increase in the viscoelastic properties of the material. Surface and fracture morphology observations using SEM revealed that the addition of agar resulted in more homogeneous particle distribution but also increased the number of surface cracks. At the higher mixing temperature (180°C), the material exhibited better homogeneity but with an increase in cracks and voids. The study concludes that the composition of PLLA and agar blends and the mixing temperature significantly affect the rheological and morphological properties of the material. The blend with 96% PLLA and 4% agar at 160°C exhibited the best mechanical and morphological properties for degradable implant applications. The blend of 96% PLLA and 4% agar at 160°C showed the best mechanical and morphological properties for implant shedding applications. Sample P96A4T1 had a torque value that increased gradually but remained within a manageable rang,. In addition, the SEM results show that in P96A4T1, the surface structure looks more homogeneous with few cracks compared to the other samples.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikbal
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang : Keberhasilan gigi tiruan dukungan implan sangat ditentukan oleh stabilitas awal (primary stability) pada saat pemasangan, sehingga terjadi osseointegrasi. Stabilitas tersebut dipengaruhi oleh beban oklusal yang diterima melalui restorasi sementara. Beban oklusal yang diterima implant pada , dapat secara langsung pada saat implantasi (immediateloading) atau setelah terjadi osseointegrasi (delayed loading). Masih banyak kontroversi mengenai pengaruh besar beban pada stabilitas implan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian seberapa besar pengaruh kontak oklusal pada restorasi terhadap stabilitas implan yang dipasang secara immediate loading. Metode : Pada tiga ekor Macacafascicularis, dilakukan pemasangan Sembilan implant gigi. Segera setelah implant ditanam pada tulang, restorasi sementara dipasang pada implant dengan kontak ingan, normal dan tanpa kontak. Nilai stabilitas implant diukur menggunakan Ostell ISQ segera setelah pemasangan implan, bulan pertama dan kedua setelah pemasangan implan. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna dari nilai stabilitas implan (p<0,05) antara kelompok kontak oklusal normal dengan tanpa kontak; dan kontak oklusal normal dengan kontak ringan. Namun tidak ditemukan perbedaan bermakna (p>0,05)pada kenaikan nilai stabilitas implan yang terjadi antara periode baseline, bulan pertama dan bulan kedua pada seluruh kelompok kontak oklusal. Simpulan: Terdapat pengaruh kontak oklusal restorasi sementara pada implan yang dipasang secara immediateloading terhadap stabilitas implan dan kontak oklusal yang menghasilkan nilai stabilitas paling besar setelah pemasangan implan adalah restorasi tanpa kontak.
ABSTRACT Introduction: successful of dental implant were determined by primary stability when placement. The stability were influnced by occlusal loading thriugh provisional restoration. There are two types of loading protocol that usually used, immediate and delayed loading. But there are still controversies about the influence of occlusal loading on implant's stability. Therefore, it was necessary to study the influence of immediate loading to implant's stability. Method: Nine dental implants were placed on the mandibular of three Macacafascicularis. Provisional restorations with various occlusal contacts (no contact, light, and normal contact) were placed to the implant. Implant stability was measured using the Ostell ISQ three times, immediately (baseline), first month and second month after implant placement. Result: Implant stability between implant with no occlusal contact and normal contact and also light occlusal and normal occlusal contact were found significantly different (p<0,05). However, there was no significant increased (p>0,05) found on implant stability measured at baseline, first and second month after implant placement for all occlusal contact groups. Conclusion: There were influence of immediate loading to implant's stability and provisional restoration of implant without occlusal contact showed highest implant good stability result.
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Hardhini
Abstrak :
Latar belakang: Akurasi hasil pencetakan merupakan hal penting dalam pembuatan gigi tiruan terutama pada gigi tiruan lengkap dukungan implan. Tinjauan sistematik ini disusun untuk membandingkan akurasi hasil pencetakan digital menggunakan pemindai intra oral dibandingkan dengan pencetakan konvensional. Metode: Tinjauan sistematik ini disusun berdasarkan literatur penelitian klinis berdasarkan Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA) dan teregistrasi pada PROSPERO dengan nomor CRD42023478021. Terdapat empat database dan sistem pencarian manual yang digunakan dalam periode 2008-2023. Literatur yang dievaluasi merupakan penelitian yang membahas tentang akurasi hasil pencetakan gigi tiruan dukungan implan secara digital dan konvensional yang dilakukan pada kasus dengan minimal empat implan terpasang pada rahang yang telah kehilangan seluruh gigi. Penilaian risiko bias dilakukan dengan menggunakan Cochrane RoB-2 dan ROBINS-I. Hasil: Total 368 literatur diperoleh dari empat database dan 297 literatur diseleksi berdasarkan judul dan abstrak setelah eliminasi duplikat. Total tujuh literatur dari database memenuhi kritera inklusi dan digabungkan dengan satu literatur hasil pencarian manual. Delapan literatur dilakukan analisis. Akurasi hasil pencetakan secara tiga dimensi memiliki nilai yang bervariasi namun masih dalam rentang yang dapat diterima secara klinis (200μm). Gigi tiruan yang dihasilkan juga memiliki passive fit yang baik. Secara radiografis, mayoritas gigi tiruan yang dihasilkan tidak memiliki celah di antara superstruktur dengan implan. Hasil analisis Grading of Recommendation Assessment Development and Evaluation (GRADE) seluruh kualitas literatur yang diperoleh memiliki kualitas yang tergolong tinggi. Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis tersebut, hasil pencetakan digital memiliki keakurasian yang setara dengan pencetakan konvensional dalam aplikasi klinis. ......Background: Accuracy of the impression is important in making dentures, especially in implant-supported complete dentures. This systematic review conducted to compare accuracy of digital impressions using intra-oral scanners and conventional impressions. Method: This systematic review followed the Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA) and registered on PROSPERO with number CRD42023478021. Four databases and a manual search system limited to publication date 2008-2023 period. Literature evaluated based on data discusses accuracy of digital and conventional implant-supported denture impressions carried out in cases with minimum four implant on fully edentulous jaw. Risk of bias assessment was performed using the Cochrane RoB-2 and ROBINS-I. Result: A total of 368 literature was obtained from four databases and 297 literature was selected based on title and abstract after duplicate removal. A total of seven literature from the database met the inclusion criteria and was combined with one literature resulting from a manual search. Eight literature were analyzed. Three- dimensional accuracy of impressions varies but is still within the clinically acceptable range (200μm). Dentures from all impressions also has a good passive fit. Radiographically, the majority of dentures produced do not have voids between the superstructure and the implant. Quality assessment with Grading of Recommendation Assessment Development and Evaluation (GRADE) shows high level of quality evidence for all literature. Conclusion: Based on the results of this analysis, conventional and digital impressions results have comparable accuracy in clinical applications.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
E.R. Gunardi
Abstrak :
Abstrak
The use of levonorgestrel implants as a contraceptive method have undergone changes in the number of implants used, beginning from six rods in the early methods to two rods in the present method and have been proven effective. This study aims to evaluate the efficacy of single rod implant (Monoplant®) by measuring serum levonorgestrel concentration and cervical mucus quality. Methods: Thirty healthy women, aged 20-40 year old, and have been proven fertile, underwent single rod implant insertion. Levonorgestrel serum levels was measured every month and cervical mucus viscosity was examined every three month, until six months. Results: Levonorgestrel serum concentration was consistently above minimum effective level (200 pg/mL), from month 3 to 6 respectively 338.9 pg/mL, 424.8 pg/mL, 320.3 pg/mL, and 337.5 pg/mL. Almost all of the acceptors (96.7%) had good cervical mucus viscosity since three months following implant insertion. Conclusion: Levonorgestrel serum concentration in Monoplant® users was still above minimum contraceptive level until the sixth month. Viscosity of cervical mucus increased immediately following implant insertion. This indicates that single rod levonorgestrel implant is effective as a contraceptive method.
Jakarta: Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2014
610 UI- MJI 23:1 (2014) (2)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Febrian Nasrul
Abstrak :
Pendahuluan: Fraktur intertrochanter dapat dilakukan tata laksana dengan beberapa metode, di antaranya dengan proximal femoral nail antirotation (PFNA). PFNA merupakan tindakan yang minimal invasif dan dapat mempercepat proses penyembuhan ekstremitas. Namun, pada beberapa kasus dapat terjadi kegagalan yang dipicu oleh berbagai faktor, di antaranya pemasangan yang kurang tepat dan kualitas densitas tulang yang buruk. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kegagalan implan pada pasien fraktur intertrochanter pasca PFNA. Metode: Sebuah penelitian kohort retrospektif dilakukan melibatkan pasien dengan intertrochanter yang dilakukan fiksasi menggunakan PFNA di RSCM, RSUP Fatmawati, dan RSUP Persahabatan pada Januari 2019 – Desember 2023. Penelitian ini menilai hubungan posisi blade screw, panjang nail, tip-apex distance (TAD), calcar-referenced tip-to-apex distance (CalTAD), tipe fraktur intertrochanter, neck shaft angle (NSA), densitas tulang, dan kualitas reduksi terhadap kejadian kegagalan implan pasca PFNA dan luaran fungsional menggunakan harris hip score. Hasil dan Diskusi: Sebanyak 48 sampel dengan fraktur intertrochanter yang menjalani operasi PFNA dengan 4 (8,33%) kasus kegagalan implan. Terdapat hubungan signifikan antara kualitas reduksi dengan kejadian kegagalan implan (p = 0,015) dan harris hip score (p < 0,001). Tidak terdapat hubungan signifikan antara posisi blade screw berdasarkan indeks parker anteroposterior dan lateral, TAD, CalTAD, panjang nail, tipe fraktur intertrochanter, NSA, dan densitas tulang dengan kejadian kegagalan implant PFNA (p > 0,05). Kesimpulan: Kualitas reduksi merupakan faktor risiko utama terjadinya kegagalan implan fraktur intertrochanter dengan PFNA. ......Introduction: Management of intertrochanteric fractures can be conducted through various methods, among which is the Proximal Femoral Nail Antirotation (PFNA). PFNA offers a minimally invasive approach and can facilitate early healing of the extremity. However, in some cases, failure may occur due to various factors, including blade screw position and poor bone density quality. Therefore, this study aims to identify factors contributing to implant failure in patients with intertrochanteric fractures after PFNA. Methods: A retrospective cohort study was conducted involving patients with intertrochanteric fractures treated with PFNA fixation at Cipto Mangunkusumo Hospital, Fatmawati Hospital, and Persahabatan Hospital from January 2019 to December 2023. This research examines the relationship of blade screw position, nail length, tip-apex distance (TAD), calcar-referenced tip-to-apex distance (CalTAD), intertrochanteric fracture type, neck shaft angle (NSA), bone density, and reduction quality with PFNA implant failure and functional outcomes using Harris Hip Score. Results and Discussion: A total of 48 samples with intertrochanteric fractures undergoing PFNA surgery were analyzed, with 4 (8.33%) cases of implant failure. There was a significant relationship between the reduction quality and the occurrence of implant failure (p = 0.015) and Harris Hip Score (p < 0.001). There were no significant relationships between the position of the blade screw based on the parker index anteroposterior and lateral, TAD, CalTAD, nail length, type of intertrochanteric fracture, NSA, and bone density with PFNA implant failure. Conclusion: Reduction quality is a primary risk factor for the occurrence of implant failure in intertrochanteric fractures treated with PFNA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Wastika
Abstrak :
ABSTRAK
Meningkatnya jumlah akseptor Implant di Kabupaten Bekasi, harus diantisipasi oleh petugas yang berkompeten dan berkualitas. Petugas pemasang Implant di Kabupaten Bekasi dilakukan oleh Dokter dan Bidan, dimana bidan sesuai dengan SK Dirjen Binkesmas DEPKES RI No:577/BM/DJ/BKK/V/1991 dibatasi kewenangannya dalam melakukan pelayanan pemasangan Implant. Hal ini sangat menarik untuk diteliti apakah kemampuan (kualitas) pemasang Implant pada dokter dan bidan berbeda?. Untuk itu dilakukan penelitian Kualitas pelayanan Implant oleh Dokter dan Bidan ditiga Kecamatan di Kabupaten Bekasi. Kualitas pelayanan pemasangan Implant diukur dari komposit tiga variabel, yaitu pengetahuan peserta implant tentang implant yang berasal dari informasi petugas, kejadian komplikasi akibat pemasangan implant dan kepuasan yang dirasakan oleh peserta Implant terhadap pelayanan yang diterimanya.

Penelitian dilakukan dengan cara survey dengan pendekatan cross sectional. Sampel peserta implant diambil masing-masing 100 peserta yang dilayani dokter dan 100 peserta yang dilayani bidan Peserta implant yang diteliti adalah peserta implant yang dipasang pada periode Tahun anggaran 1991/1992.

Dari 3 variabel dasar kualitas pelayanan yang diteliti yaitu pengetahuan, kejadian komplikasi dan kepuasan yang dirasakan peserta implant, ternyata perbedaan pengetahuan dan kepuasan peserta implant yang dilayani dokter dan bidan bermakna secara statistik, perbedaan kejadian komplikasi pada peserta yang dilayani dokter dan bidan tidak bermakna secara statistik. Sedangkan perbedaan kualitas pelayanan pemasangan implant sebagai gabungan dari ketiga variabel dasarnya bermakna secara statistik.

Sehingga kesimpulan akhir adalah kualitas pelayanan pemasangan implant yang diterima peserta implant yang dilayani oleh dokter lebih baik dari kualitas pelayanan pemasangan implant yang dilayani oleh bidan.

Peneliti menyarankan agar tenaga bidan lebih meningkatkan mutu pelayanan pemasangan implant dilapangan, dengan cara pelatihan berkala dan berkesinambungan.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agrippina Maria Winardi
Abstrak :

Latar belakang: Stabilitas sekunder memiliki pengaruh besar terhadap oseointegrasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan perawatan implan. Desain thread implan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi stabilitas implan. Namun belum banyak penelitian yang menganalisa pengaruhnya terhadap stabilitas sekunder. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental yang mengevaluasi stabilitas sekunder 44 buah implan dengan jenis implan BL (Bone Level) dan BLT (Bone Level Tapered) masing-masing berjumlah 22 buah implan. Stabilitas implan diukur sebanyak 3 kali pada setiap implan menggunakan alat RFA (Resonance Frequency Analysis). Rerata nilai ISQ (Implant Stability Quotient) akan didapat pada saat pemasangan implan, 1 bulan, dan 2 bulan setelah pemasangan implan. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai ISQ yang signifikan antara nilai saat pemasangan implan dibandingkan nilai saat kontrol 1 bulan serta kontrol 2 bulan setelah pemasangan baik pada kelompok BL maupun BLT dengan nilai p < 0,05. Namun, tidak ada perbedaan nilai ISQ yang signifikan antara implan berdiameter 4,1 mm dan 4,8 mm pada jenis implan BL maupun BLT naik pada saat pemasangan implan, saat kontrol 1 bulan, dan kontrol 2 bulan setelah pemasangan dengan nilai p = 0,21. Kesimpulan: Jenis desain thread implan bone level tidak mempengaruhi stabilitas sekunder. Faktor lain seperti diameter implan juga tidak mempengaruhi nilai stabilitas sekunder baik pada jenis implan BL maupun BLT.

 


Background: Secondary stability greatly influences osseointegration, which ultimately affects the success of implant treatment. Though implant thread design is one important factor influencing implant stability, not many studies have analyzed its impact on secondary stability. Methods: This quasi experimental study involving 44 implants evaluated the biological stability of threaded implants with cylindrical (bone-level; BL) and tapered (bone-level tapered; BLT) designs. Implant stability was evaluated for each implant at 3 time parameters using resonance frequency analysis. A mean implant stability quotient (ISQ) value was calculated for each measurement time. Results: A significant increase in the ISQ value was found at each time parameter consecutively in both implant design groups (P < 0.05). No significant difference was noted in ISQ value between the groups at all 3 time parameters (P = 0.05). There was also no significant difference in the ISQ value at all 3 time parameters between implants with diameters of 4.1 mm and 4.8 mm in the BL and BLT implant groups (P = 0.21). Conclusion: The implant thread designs of BL and BLT implants did not affect the secondary stability. Factors such as implant diameter also did not affect the secondary stability in either implant group.

 

Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deniarti
Abstrak :
Penelitian telah menunjukkan pentingnya jaringan berkeratin di sekitar implan untuk mencegah penyakit peri-implan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan mukosa-gingiva berkeratin di sekitar implan dan gigi dengan skor parameter klinis dan kadar TNF-α. Sebuah studi potong lintang dari 20 orang dewasa dengan 20 implan gigi dan 20 gigi kontralateral yang telah berfungsi supra-struktur selama lebih dari tiga bulan, tanpa penyakit sistemik. Jaringan keratin di sekitar implan dan gigi diukur. Pemeriksaan klinis meliputi Plaque Index (PI), Papilla Bleeding Index (PBI), dan Pocket Depth (PD). Peri-implant Sulcus Fluid (PISF) dan Gingival Crevicular Fluid (GCF) dikumpulkan untuk mengukur kadar TNF-α menggunakan ELISA. Uji Spearman digunakan untuk menganalisis korelasi. Perbedaan signifikan antara jaringan keratin lebar dan sempit di sekitar implan terlihat pada PI (p=0,003), PBI (p=0,000), dan PD (p=0,004), tetapi tidak menunjukkan perbedaan pada kadar TNF-α (p=0,606). Perbandingan antara jaringan berkeratin lebar dan sempit di sekitar gigi kontralateral menunjukkan perbedaan pada PI (p=0,020) dan PBI (p=0,027), tetapi tidak ada perbedaan pada PD (p=0,160) dan kadar TNF-α (0,236). Tidak ada perbedaan skor parameter klinis dan kadar TNF-α antara gigi implan dan kontralateral dengan jaringan berkeratin lebar atau sempit. Korelasi kuat ditemukan antara setiap skor parameter klinis dan lebar jaringan keratin dari jaringan peri-implan dengan PI (r=-0,630), PBI (r=-0,881), dan PD (r=-0,636). Skor parameter klinis antara jaringan berkeratin lebar dan sempit di sekitar implan menunjukkan korelasi yang kuat terutama pada PBI. Hal ini menyimpulkan pentingnya jaringan keratin yang memadai di sekitar implan untuk menjaga stabilitas implan. ......Studies have shown the importance of keratinized tissue around implant to prevent peri-implant diseases. This study aims to analyze the correlation of keratinized tissue around implant and tooth with clinical parameter scores and TNF-α levels. A cross-sectional study of 20 adults with 20 dental implants and 20 contralateral teeth which had functioned supra-structure for more than three months, without any systemic diseases. Keratinized tissue around implant and tooth were measured. The clinical examinations included Plaque Index (PI), Papilla Bleeding Index (PBI), and Pocket Depth (PD). Peri-implant Sulcus Fluid (PISF) and Gingival Crevicular Fluid (GCF) were collected to measure TNF-α levels using ELISA. Spearman’s test was used to analyse the correlation. Significant differences between wide and narrow keratinized tissue around implant exhibit in PI (p=0.003), PBI (p=0.000), and PD (p=0.004), but showed no difference in TNF-α levels (p=0.606). Comparison between wide and narrow keratinized tissue around contralateral teeth showed differences in PI (p=0.020) and PBI (p=0.027), but there was no difference in PD (p=0.160) and TNF-α levels (0.236). There was also no difference in clinical parameter scores and TNF-α levels between the implant and contralateral tooth with wide or narrow keratinized tissue. Strong correlations were found between each clinical parameter score and keratinized tissue width of peri-implant tissue with PI (r=-0.630), PBI (r=-0.881), and PD (r=-0.636). Clinical parameters score between wide and narrow keratinized tissue around implant showed strong correlation particularly in PBI. This concludes the importance of adequate keratinized tissue around implant to maintain implant stability.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky, Grantheart
Abstrak :
Seiring meningkatnya kebutuhan akan material implant untuk tulang pinggul dilatarbelakangi oleh meningkatnya jumlah usia lanjut yang rentan terkena penyakit osteoporosis. Beberapa studi yang telah dilakukan melaporkan bahwa unsur Al dan V pada Ti-6Al-4V dapat terurai dan mengakibatkan pengaruh yang buruk berupa gangguan kesehatan, alergi, gangguan saraf sampai penyakit Alzheimer. Selain itu Ti-6Al-4V memiliki masalah yaitu perbedaan modulus dengan tulang manusia dapat menyebabkan terjadinya fenomena stress shielding. Biaya pengantian tulang pinggul cukup mahal karena menggunakan elemen paduan yang berharga. Kebaruan yang dilakukan pada penelitian ini adalah disain komposisi paduan baru titanium tipe β (beta) dengan komposisi berat Ti-6%Nb-6%Mo dengan penambahan unsur Mn sebanyak 8%,10%,12% dan dilanjutkan proses perlakuan panas pada temperature 1100oC dengan variasi waktu 3 jam, 6 jam dan 12 jam dengan kuens air yang bertujuan memperbanyak fraksi volume fasa beta. Pengujian yang dilakukan berupa XRF, XRD, uji metalografi, uji kekerasan microvickers dan uji ultrasonic untuk menghitung besaran dari modulus elastisitas sampel. Hasil yang didapatkan terlihat bahwa penambahan mangan akan memperbanyak fasa beta. waktu 6 jam merupakan durasi yang paling optimal untuk perlakuan panas karena mikrostruktur Ti-6Mo-6Nb dengan penambahan mangan 12% dan perlakuan panas selama 6 jam memiliki struktur mikro yang fasa alfanya lebih sedikit dibandingkan sampel yang lain dengan kekerasan terendah pada sampel komposisi mangan 12% sebesar 217HV. Sampel yang memiliki nilai modulus elastisitas paling rendah adalah hasil perlakuan panas selama 12 jam dengan komposisi mangan 12% yaitu sebesar 70GPa.
As the increasing of demand for implant material especially for hip bone, is because of the increasing number of elderly who are prone to osteoporosis. Several studies have reported that elements of Al and V in Ti-6Al-4V can decompose and result in adverse effects in the form of health problems, allergies, neurological disorders to Alzheimer's disease. In addition, Ti-6Al-4V has a problem, namely the difference in modulus with human bones can cause stress shielding phenomena. The cost of replacing hip bones is quite expensive because it uses valuable alloy elements. The novelty carried out in this study was the design of a new titanium type β (beta) composition with a composition of the weight of Ti-6% Nb-6% Mo with the addition of Mn as much as 8%, 10%, 12% and continued with heat treatment at 1100oC with variations of time 3 hours, 6 hours and 12 hours with water quota which aims to increase the fraction of the beta phase volume. Tests carried out in the form of XRF, XRD, metallographic test, microvickers hardness test and ultrasonic test to calculate the magnitude of the modulus of elasticity of the sample. The results obtained show that the addition of manganese will multiply the beta phase. the 6-hour duration is the most optimal duration for heat treatment because the Ti-6Mo-6Nb microstructure with the addition of 12% manganese and heat treatment for 6 hours has a microstructure whose phases are less than the other samples. This sample also has the lowest hardness.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>