Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Mujadid
Abstrak :
Penggunaan DMPS sebagai filler material berdasar pada anggapan bahwa DMPS merupakan biomaterial yang bersifat inert terhadap sistem imun tubuh. Berbagai kasus pada individu dengan injeksi DMPS memicu timbulnya granuloma yang kemudian diikuti oleh fibrosis. Berbagai kemungkinan penyebab mengenai kemunculan respon imun akibat DMPS pun muncul. Mulai dari kontaminasi oleh komponen bakteri, seperti LPS, cara injeksi yang tidak tepat, volume DMPS yang diinjeksikan tidak sesuai hingga mekanisme seluler, seperti oksidasi DMPS, yang menyebabkan molekul tersebut menjadi imunogenik. Data yang didapat dari penelitian ini akan mencoba menjelaskan mekanisme respon imun seluler dari resipien terhadap DMPS yang diinjeksikan dengan metode secara in vitro untuk mengetahui gambaran respon imun yang terjadi di dalam tubuh akibat pajanan DMPS hingga dapat memicu timbulnya granuloma hingga fibrosis. PBMC diambil dari pasien normal dan pasien dengan granuloma akibat injeksi DMPS. Kemudian, dikultur selama 72 jam dengan kelompok perlakuan RPMI sebagai kontrol negatif, PHA dan LPS sebagai kontrol positif, DMPS dan DMPS dengan penambahan plasma autolog. Tujuan dari kultur PBMC tersebut adalah untuk mendapatkan gambaran aktivitas sitokin TNF-a, IFN-g, IL-6, IL13 dan IL-10 yang diperoleh dengan analisis menggunakan Milliplex map kit Luminex serta proliferasi PBMCdengan menggunakan pewarnaan acridine orange. Tidak ada peningkatan proliferasi limfosit maupun monosit yang signifikan (p>0,05) pada kelompok perlakuan DMPS, baik pada pasien normal maupun pasien dengan granuloma. Peran plasma autolog pun tidak teramati dalam meningkatkan proliferasi pada kedua sel. Meskipun demikian, plasma autolog berperan dalam peningkatan aktivitas TNF-a dan IL-6 secara signifikan (p<0,05) sebagai respon terhadap pajanan DMPS, baik pada pasien normal maupun pasien dengan granuloma. Data penelitian ini menunjukkan bahwa DMPS mampu memicu timbulnya inflamasi yang dimediasi oleh aktivitas TNF-a dan IL-6 dan sangat bergantung pada protein plasma setiap individu, meskipun data berupa proliferasi PBMC belum dapat menggambarkan gambaran respon imun terhadap DMPS.
The use of DMPS as a filler material based on the assumption that DMPS is a biomaterial that is inert to the immune system. Various cases in individuals with DMPS injection, trigger granuloma formation, followed by fibrosis. Possible causes of the emergence of the immune response due to DMPS are appeared. Start from contamination by bacterial components, such as LPS, improper injection method, the volume of injected DMPS does not conform, and cellular mechanisms, such as oxidation of DMPS, which causes that molecule becomes immunogenic. The data obtained from this study may try to explain the mechanism of cellular immune response of DMPS-injected recipients with in vitro-based method to get the description of immune responses that occurs in the body due to exposure of DMPS which can lead to granuloma formation, followed by fibrosis. PBMC is taken from normal patients and patients with granulomas due to injection of DMPS. And then, it was cultured for 72 hours with RPMI treatment as a negative control, PHA and LPS as a positive control, DMPS and DMPS with the addition of autologous plasma. The purpose of the PBMC culture was to describe the activity of TNF-a, IFN-g, IL-6, IL13 and IL-10, which were obtained by analysis using Milliplex map kit Luminex and PBMC proliferation using acridine orange staining. There is no increase in proliferation of lymphocytes and monocytes were significantly (p> 0.05) in the DMPS-treated group, both in normal patients and patients with granulomas. The role of autologous plasma was not observed in the increase both cell proliferation. Nonetheless, autologous plasma had a role in the increased activity of TNF-a and IL-6 significantly (p <0.05) in response to exposure DMPS, both in normal patients and patients with granulomas. The data of this study indicated that DMPS is able to trigger inflammatory activity mediated by TNF-a and IL-6 and it was very dependent on each individual plasma proteins, although the data from proliferation of PBMC has not been able to describe immune response against DMPS.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Harun Yahya
Bandung: Dzikra, 2003
113.8 YAH mt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Yazdanbakhsh
Jakarta: UI-Press, 2014
PGB 0004
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Niniarti Z. Djamal
Abstrak :
Pendahuluan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) adalah suatu penyakit mulut yang paling sering ditemukan kini amat mengganggu penderitanya karena hilang tirnbul (rekurest) sehingga dapat mengganggu fungsi pengunyahan (1;2). SAR biasanva mengenai jaringan lunak yang tidak berkeratin, bentuknya bulat, dikelilingi "halo" berbatas jelas dan terasa sakit (2,3,4). Etiologi SAR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, namun ada beberapa faktor predisposisi yang diduga turut berperan pada putogenesisnya, antara lain faktor genetik, hormonal, imunologis, psikologis, infeksi mikroorganisme, derisiensi vitamin ataupun allergi (2,3,4,5), Karen belum diketahui penyebab utamanya maka bagaimana mekanisme sampai terjadinya SAR (patogenesis) secara pasti belum terungkap. Oleh karena itu penanganan SAR yang telah diupayakan selama ini belum mencapai hasil yang optimal. Seiring dengan kemajuan di bidang imunologi maka beberapa penelitian akhir-akhir ini menemukan adanya ketidakseimbangan imunologis pada penderita SAR yaitu dengan ditemukannya perubahan proporsi subpopulasi limfosit di daerah tepi oleh Leiner (6,7,8) dan ternyata perubahan tersebut semakin nyata pada SAR tipe mayor (9).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
M.M. Vita Kurniati
Abstrak :
Telah dilakukan deteksi reaksi imun silang antara alfa-fetoprotein (AFP) dan albumin tikus dengan teknik ELISA dan Western blot. Antibodi anti-albumin tikus didapat dengan mengimunisasi kelinci dengan 1 mg albumin tikus. AFP takes diisolasi dari cairan amnion dengan menggunakan kolom kromatografi DEAE-selulosa. Sedangkan antibodi anti-AFP tikus diisolasi dengan menggunakan kolom kromatografi afinitas AminoLink (oleh Prijanti dkk.). Titer antibodi anti-albumin tikus yang didapat adalah 3.200.000. Titer yang sangat tinggi ini menunjukkan bahwa antibodi yang didapat cukup murni dan spesifik. Dengan teknik ELISA didapatkan hasil negatif pada reaksi antara AFP tikus dengan antibodi anti-albumin tikus. Demikian pula, reaksi antara albumin tikus dengan antibodi anti-AFP tikus dengan uii ELISA juga memberi hasil negatif. Dengan teknik Western blot didapatkan pula reaksi negatif antara AFP tikus dengan antibodi anti-albumin tikus (titer 800.000). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat reaksi imun silang antara AFP dan albumin tikus.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mellova Amir Masrizal
Abstrak :
Protein-Energy Malnutrition (PEM) is believed to lead to an increased susceptibility to infection, or cause impaired immunity. Infection, occurring with malnutrition, is a major cause of morbidity in all age groups and is responsible for two-thirds of all death under 5 yr of age in developing countries. Many cells of the immune system are known to depend for their function on metabolic pathways that employ various nutrients as critical factors. The most consistent changes in immune competence in PEM are in cell-mediated immunity, the bactericidal function of neutrophils, the complement system, the secretory immunoglobin A, and antibody response.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lulut Azmi Supardi
Abstrak :
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian tertinggi di dunia yang dapat dicegah melalui vaksinasi. Vaksin BCG sebagai satu-satunya vaksin TB, memiliki beberapa kekurangan, diantaranya tingkat proteksi yang tidak merata di populasi orang dewasa dan kekhawatiran aplikasinya pada populasi imunokompromais, hal ini mendorong dikembangkannya vaksin TB alternatif. PE11 merupakan protein yang bertanggung jawab dalam rekonstruksi komponen lipid dinding sel M. tuberculosis dan berdasarkan analisis in-siliko diketahui memiliki domain pengenalan terhadap antibodi dan MHC-II. Dalam studi ini, gen pe11 dari M. tuberculosis strain Beijing diinsersikan ke dalam plasmid pcDNA3.1, pcDNA3.1-pe11, yang kemudian diuji kemampuannya dalam menginduksi respon imun humoral dan mediator seluler pada mencit Balb/c sebagai bentuk DNA vaksin. Berdasarkan uji western blot, respon imun humoral berupa IgG spesifik terhadap protein rekombinan PE11-His berhasil dikonfirmasi. Selain itu, mediator imun seluler dari splenosit mencit pasca vaksinasi dan pajanan antigen secara in-vitro menunjukkan adanya peningkatan produksi IL-12, IFN-γ dan IL-4 dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun tidak terhadap sitokin IL-10. ......Tuberculosis (TB) caused by infection bacteria Mycobacterium tuberculosis, one of ten causes of death in the world that can be prevented through vaccination. The BCG vaccine, as the only TB vaccine, has several drawbacks, including an uneven level of protection in adult population and risk application in immunocompromised population, this has led to the development of an alternative TB vaccine. PE11 is a protein that is responsible for the reconstruction of the lipid component of the cell wall of M. tuberculosis and based on in-silico analysis is known to have the recognition domain for antibodies and MHC-II. In this study, the pe11 gene from the Beijing strain of M. tuberculosis was inserted into the plasmid pcDNA3.1, pcDNA3.1-pe11, then tested for its ability to induce humoral immune responses and cellular mediators in Balb/c mice as a form of vaccine DNA. Based on the western blot test, the specific IgG humoral immune response to the recombinant protein PE11-His was confirmed. In addition, cellular immune mediators from post-vaccination mice splenocytes and in-vitro antigen exposure showed increased production of IL-12, IFN-γ and IL-4 compared to the control group, but not to the IL-10 cytokine.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dolly Dolven Kansera
Abstrak :
Latar Belakang. Sindrom pulih imun (SPI) TB adalah fenomena yang sudah dikenal luas yang dapat menyulitkan terapi antiretroviral. Saat ini belum ada penelitian mengenai insidens dan faktor prediktor terhadap terjadinya SPI TB di Indonesia. Dengan mengetahui insidens dan faktor prediktor yang berperan diharapkan dapat membantu klinisi mengidentifikasi terjadinya SPI TB dan merencanakan tindakan pencegahan dan penatalaksanaan. Tujuan. Mengetahui insidens, kesintasan, dan faktor-faktor prediktor terjadinya SPI TB pada pasien HIV dewasa yang dalam terapi ARV lini pertama. Metode. Penelitian kohort retrospektif terhadap 1344 pasien yang mendapat terapi antiretroviral untuk pertama kali di RSCM pada kurun waktu Januari 2007 - Desember 2011. Faktor prediktor yang diteliti adalah indeks massa tubuh (IMT) saat memulai ARV, jumlah CD4+ baseline, perubahan jumlah CD4+ setelah ARV (pada kedua jenis SPI), interval pemberian OAT dan ARV dan terdapatnya TB ekstraparu atau diseminata (pada yang paradoksikal). Analisis Cox Proportional Hazard Model dilakukan untuk mendapatkan adjusted Hazard Ratio (HR) prediktor yang diteliti. Hasil. Insidens kumulatif SPI TB paradoksikal adalah 11,73 % dengan incidence density 0,59 per 100 pasien-minggu, kesintasan kumulatif 87,1 % (SE 1,8 %), serta rerata kesintasan 22,14 minggu (interval kepercayaan [IK] 95% 21,56-22,70). Insidens kumulatif SPI TB unmasking adalah 3,05 % dengan incidence density 0,29 per 100 pasien-minggu, kesintasan kumulatif 96,6 % (SE 0,6 %), serta rerata kesintasan 11,82 minggu (interval kepercayaan [IK] 95% 11,74-11,90). IMT (adjusted HR 4,141; IK 95% 2,318 – 7,397) dan TB ekstra paru (adjusted HR 4,659; IK 95% 2,556 – 8,489) adalah faktor prediktor yang bermakna terhadap terjadinya SPI TB paradoksikal, sedangkan IMT (adjusted HR 2,755; IK 95% 1,214 – 6,254) menjadi satu-satunya faktor prediktor yang bermakna pada SPI TB unmasking. Kesimpulan : Insidens kumulatif SPI TB paradoksikal adalah 11,73 %, sedangkan insidens kumulatif SPI TB unmasking adalah 3,05 %. IMT dan TB ekstra paru adalah faktor prediktor yang bermakna terhadap terjadinya SPI TB paradoksikal, sedangkan IMT menjadi satu-satunya faktor prediktor yang bermakna pada SPI TB unmasking. ......Background. Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome (IRIS) TB is a widely-known phenomenon complicating antiretroviral therapy. There have been no research about incidence of IRIS TB in Indonesia and about predictors of IRIS TB. Determination of incidence and predictors of IRIS TB is expected to help clinicians to identify IRIS TB event earlier in order to manage the patient better and to prevent the event. Objective. The objective of this research was to determine the incidence, survival, and predictors of IRIS TB event in adult HIV patient on first line antiretroviral therapy. Method. Retrospective cohort was performed to 1344 patients (392 patients have been diagnosed with TB and 952 patients have not) who received antiretroviral therapy for the first time in RSCM Hospital between January 2007 – December 2011. The predictors analyzed in this research were body mass index (BMI), baseline CD4+, changes of CD4+ after ARV therapy (in both type of IRIS TB), time interval between anti tuberculosis and antiretroviral therapy initiation, and the presence of extrapulmonary or disseminated TB (in paradoxical IRIS TB). Cox Proportional Hazard Model analysis was performed to get adjusted Hazard ratio (HR) of the observed predictors. Result. Cumulative incidence of paradoxical IRIS TB was 11,73 % with incidence density 0,59 per 100 patient-week, cumulative survival 87,1 % (SE 1,8 %), and mean survival 22,14 weeks (CI 95% 21,56-22,70). Meanwhile, cumulative incidence of unmasking IRIS TB was 3,05 % with incidence density 0,29 per 100 patient-week, cumulative survival 96,6 % (SE 0,6 %), and mean survival 11,82 weeks (CI 95% 11,74-11,90). BMI (adjusted HR 4,141; CI 95% 2,318 – 7,397) and extrapulmonary TB (adjusted HR 4,659; CI 95% 2,556 – 8,489) were predictors for paradoxical IRIS TB, while BMI (adjusted HR 2,755; CI 95% 1,214 – 6,254) was the only predictor for unmasking IRIS TB. Conclusion: Cumulative incidence of paradoxical IRIS TB was 11,73 % with cumulative survival 87,1 % and mean survival 22,14 weeks. Meanwhile, Cumulative incidence of unmasking IRIS TB was 3,05 % with cumulative survival 96,6 % and mean survival 11,82 weeks. BMI and extrapulmonary TB were predictors for paradoxical IRIS TB, while BMI was the only predictor for unmasking IRIS TB.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Kurniawan
Abstrak :
Pada beberapa tahun ini, peningkatan keparahan penyakit kronis dan gangguan kualitas hidup berhubungan dengan kondisi overweight pada orang dewasa dan termasuk dalam chronic low grade Inflamation. Penelitan terhadap kondisi overweight pada orang dewasa dilihat dari sisi imunitas tergambarkan pada beberapa mediator sel imun khususnya sitokin dalam hal ini TNF-α, IL-6 dan IL-10. Sitokin inflamasi pada individu overweight diproduksi berlebih oleh white adipose tissue sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam imunitas. Kuesioner Status imun dapat menilai kerentanan seseorang terhadap penyakit yang berhubungan dengan imunitas. Melalui penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan mediator inflamasi: TNF-α/IL-10 dengan skor status Imunitas menggunakan kuesioner yang tervalidasi dan membandingkan sitokin tersebut antara kelompok golongan non- dan Overweight -Obesitas. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang dengan data kuesioner pada 100 subjek yang diukur serum darah TNFα, IL-10 menggunakan teknik magnetic luminex multiplex immunoassay. Hasil analisa didapatkan perbedaan bermakna antara nilai TNFα di kelompok non- dengan nilai TNFα pada kelompok obese-overweight dengan p= 0.028 (p<0.05) dan pada rasio sitokin tersebut dengan p= 0.032(p<0.05). Hubungan skor ISQ dengan TNFa korelasi p=0.039 (p<0.05). Dapat disimpulkan adanya hubungan bermakna antara TNFα berikut rasionya dengan skor ISQ serta ditemukan kadar TNFα dan rasionya pada kelompok overweigth-obese lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok non Overweight -Obesitas ......In recent years, increased severity of chronic disease and impaired quality of life have been associated with overweight in adults and as part chronic low grade inflammation. Research on overweight conditions in adults in terms of immunity is described in several immune cell mediators, especially cytokines in this case TNF-α, IL-6 and IL-10. Inflammatory cytokines in overweight individuals are produced in excess by white adipose tissue, resulting in an imbalance in immunity. The Immune Status Questionnaire can assess a person's susceptibility to immune-related diseases. This study aims to analyze the relationship between inflammatory mediators: TNF-α/IL-10 with Immunity status scores using a validated questionnaire and compare these cytokines between the non- and Overweight-Obesity groups. This study was cross-sectional study with questionnaire data on 100 subjects and blood serum TNFα, IL-10 were measured using magnetic luminex multiplex immunoassay technique. The results of the analysis showed a significant difference between the TNFα in the non-group and the TNFα in the obese-overweight group with p= 0.028 (p<0.05) and the ratio with p= 0.032 (p<0.05). The relationship between ISQ scores and TNFa correlation p=0.039 (p<0.05). It concluded that there is a significant relationship between TNFα and its ratio with ISQ scores and found TNFα levels and ratios in the overweight-obese group were higher than in the non-Overweight-Obesity group
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>