Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oxford Blackwell Publishers 1997,
320 Con
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Paris : La Pensee Organise
050 PEN 83 (1959)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Cinita Nestiti
Abstrak :
Yoga adalah sebuah sistem pemikiran komperehensif yang mendasarkan konsepnya pada wilayah kesadaran yang sifatnya metafisis. Sementara itu perkembangan sains telah menemukan bahwa kondisi mental bersumber pada kondisi fisik. Ketika kedua cara berpikir ini dikomparasi, hasil yang didapatkan bukanlah bahwa ada hubungan subordinat dalam pendekatan pada kebenaran, tetapi posisinya adalah komplementer terhadap satu sama lain. Hal ini dapat dimungkinkan karena yang diperbandingkan adalah dasar dari konsep kesadaran masing-masing.
Yoga is a comprehensive system of thought that put its base on the importance of metaphysical concept of consciousness. Meanwhile, science has found that mental states are supervenes on the physical states. When these two different concepts compared, instead hierarchy positions found between them in the pursuit of truth, their positions are completing each other. The basic beliefs of each concept of consciousness enable this.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16016
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizh Zaskuri
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai Eksistensialisme yang terkandung dalam pemikiran Ibn Arabi dan Shankara. Tulisan ini mengantarkan pembaca ke dalam sebuah pemahaman bahwa Untuk selalu berada dalam keautentikan diri, manusia harus selalu memberi tempat khusus kepada Tuhan. Tempat di mana manusia bergantung kepada-Nya. Dan, melalui pengalaman eksistensialnya, manusia disingkapkan tentang Realitas sehingga kesadaran ontologisnya membawa kepada suatu tindakan yang merupakan tanggung jawab diri sendiri.
This essay discusses about existentialism which contain in Ibn Arabi and Shankara idea. It?s guiding to you into a comprehension that for always be in the self authenticity, human being have to give a distinctive place to God. A place where human being depend on his God. And, through his existential experience, the reality revealed so that his ontology consciousness brought him toward an action which is constitute self responsibility.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16185
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Juardiman
Abstrak :
Kondisi bangsa Idonesia akhir-akhir ini merupakan gambaran keseluruhan dari kondisi manusia Indonesia seutuhnya. Dengan intensitas konflik yang teramat tinggi dan rentannya keadaan bangsa untuk terciptanya konflik tersebut menggambarkan sebuah kondisi bahwa betapa rendahnya kualitas moral bangsa ini, khususnya moral keagamaan. Hermeneutika sebagai suatu studi tentang prinsip-prinsip metodologis interpretasi dijadikan metode dalam penulisan skripsi ini. Pemikiran kebebasan eksistensial-religius Kierkegaard diinterpretasikan sebagai suatu jalan yang dapat membawa bangsa ini pada tingkat kedewasaan moral keagamaannya. Pemikirannya yang asosial dapat dijadikan dasar eksistensial seorang individu untuk menuju kepada kehidupan sosialnya. Pemikiran Kierkegaard diinterpretasikan sebagai suatu pemikiran yang dapat menjadikan masyarakat Indonesia mampu mencapai tingkat kedewasaan moralnya. Untuk menciptakan suatu babak baru kedewasaan moral keagamaan pada bangsa ini dibutuhkan suatu keseriusan dan komitmen dari setiap individu yang ada di bangsa ini, keseriusan untuk mau berubah dan komitmen untuk menuju kepada keadaan yang lebih baik.
The Condition for the Idonesia nation lately was the picture of the whole of the condition for Indonesian humankind entirely. With the intensity of his very high and susceptible conflict the nation situation for this conflict creation depicted a condition that how low is the moral quality of this nation, especially moral piety. Hermeneutika as a study about principles metodologis the interpretation was made the method in the writing of this thesis. Freedom thinking eksistensial-religious Kierkegaard was interpreted as a road that could bring this nation in the level of the moral maturity of his piety. His thinking that was asocial could be made the foundation eksistensial an individual to head to his social life. Kierkegaard thinking was interpreted as a thinking that could make the Indonesian community could achieve the level of his moral maturity. To create a new round the moral maturity of piety was to this nation needed by a seriousness and the commitment from each available individual in this nation, seriousness to want to change and the commitment to head to the better situation.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16082
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanika Bunga
Abstrak :
Puisi pada dasarnya merupakan sebuah karya tulis yang memiliki makna. Puisi tersebut lekat dengan sosok kepribadian penulis, sehingga puisi-puisi yang dihasilkan pada umumnya berkutat dengan pengalaman si penulis, dan yang paling mencolok ialah kondisi sosial politik yang dihadapi oleh si penulis. Puisi-puisi Muhammad Iqbal selain sarat akan pesan kebangsaan, terdapat pula pesan moral yang mampu diungkapkan. Tentu saja dengan panduan agama, yakni puisi-puisi yang sarat pesan keagamaan. Puisi-puisi Iqbal jika dianalisa lebih dalam, merupakan filsafat Iqbal yang mendalam, baik itu filsafat manusia dari segi epistemologis maupun estetika dari segi aksiologi. Keindahan berkaitan erat dengan estetika jika kita tinjau melalui kata sifat. Keindahan dalam puisi sebagai karya seni merupakan suatu analisa praktis, sehingga pada perkembangannya melalui puisi-puisi yang Iqbal ciptakan mampu memberikan pengalaman estetis dan tentu saja dapat di analisa aspek estetika yang tersirat melalui puisi-puisinya. Pengalaman estetik yang timbul tersebut dalam puisi Iqbal merupakan hasil perjuangan Sang Pribadi yang terpelihara oleh hasrat dan cinta yang menyerap tenaga Tuhan sehingga mewarnai dirinya dengan warna Tuhan. Perjuangan Sang pribadi untuk menaikkan derajatnya lebih tinggi inilah yang merupakan ekspresi keindahan. Melalui analisa tersebut, ditemukan sebuah pengalaman religius yang timbul dari sebuah pengalaman estetik. ......Basically, poem is represent a masterpiece write which have own meaning. That poem stick with buttonhole personality of writer, so in generally that poem usually present what empirical view of writer and almost sosio-historical condition of writer. Muhammad Iqbal?s poem besides loaded will order nationality, there are also order moral capable to be laid open. Of course with religion guidance, namely loaded poems of religious message. Poems of Muhammad Iqbal, if we analyse in deeper, representing philosophy of Iqbal circumstantial, it is human being philosophy in epistemologic and aesthethic in axiology. Beauty is almost tight with aesthethics if we definied by charactheristic word. Beauty in poems of art work is practical analysis, so in expansion of poems which Iqbal create can give aesthetic experience and of course earn between the line esthetics aspect analysis from his poems. That aesthetic experience is the result of struggle The Person look after by absorbent love and ambition of God energy so that colour they self with God colour. Struggle of The person to boost up higher degree is represent expression of beauty. From this analysed, we can found a religion experience arising out from aesthethic experience.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16106
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ketty Stefani
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai peran besar perempuan dan alam dalam menunjang semua aspek kehidupan, keduanya merupakan sumber daya strategis yang dapat menunjang kelangsungan hidup semua elemen di bumi. Namun dominasi budaya patriarki telah merepresi eksistensi perempuan dan alam sebagai sumber kehidupan. Dominasi patriarki ini dikritik oleh ekofeminisme karena telah menghilangkan relasi spiritual perempuan dengan alam. Alam hanya dimaknai sebagai instrumen pemenuh kebutuhan hidup manusia, karena itu kegiatan konsumsi atas alam dianggap wajar dilakukan walaupun bersifat eksploitatif. Pelabelan citra perempuan sebagai konsumen terbesar mengakibatkan perempuan kehilangan nilai-nilai tradisionalnya. Perempuan juga mengalami domestikasi peran sosial yang identik dengan pemenuhan kebutuhan hidup dan kegiatan konsumsi, karena itulah perempuan dituduh sebagai konsumen perusak alam. Untuk mengakhiri permasalahan ini ekofeminisme menawarkan solusi etika kepedulian, relasi interdependency dalam tindakan nyata penyelamatan alam yang dapat dilakukan oleh semua manusia untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis dan bebas dari bias gender.
This thesis is a study about the large role of women and nature in supporting all aspect of life. Both are a strategic resource that holds the life of all elements on earth. But, the dominating patriarchal culture has repressed women and nature?s existence as the source of life. This domination is criticized by the ecofeminism because of it vanished away the spiritual relations between women and nature. The nature is regarded as no more than an instrument that fulfills the needs of human, and because of that consumption is viewed as natural even though it is sometime exploitative. Women?s image branding as the biggest consumer has resulted in them losing their traditional values. They are also experiencing a domesticated social role that is identical with fulfilling needs and consuming, and because of that they are accused as the one who destroyed the nature. To end this problem, ecofeminism offered social ethic cares, an interdependency relationship in the act of saving nature that can be done by all human to form a life in harmony and free from gender bias.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16174
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raras Christian Martha
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai mitos Gerwani yang tersebar dalam masyarakat sebagai pelaku dalam peristiwa pembunuhan para jenderal 30 September 1965. Melalui media surat kabar, relief di monumen Pancasila Sakti, dan Film G 30 S/PKI yang dianalisa menurut perspektif pemikiran mitologi Roland Barthes. Penelitian ini adalah penelitian refleksi kritis. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan mitos menurut Roland Barthes, awal mula berdirinya Gerwani, kegiatan yang dilaksanakan Gerwani, hingga akhir dari Gerwani. Kemudian anlisa mitos Gerwani dari perspektif mitologi Roland Barthes yang menjelaskan bahwa mitos Gerwani yang tersebar dalam masyarakat selama ini merupakan alat untuk pencapaian kekuasaan.
This thesis focuses more specifically on the myth of Gerwani that spread on society as the main actor behind the massive murder on General on September 30, 1965. This myth was spread through several media, like newspaper, relief in Pancasila Sakti monument and the movie of G 30 S/PKI which analyzed based on the perspective of mythologies from Roland Barthes. This research could be categorized as critical reflection research. The result showing the myth according to Roland Barthes, the background of the establishment of Gerwani, and the activities of Gerwani. The analysis of Gerwani?s myth from mythologies perspective of Roland Barthes that spread in the society these times is the tool to achieve power.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16142
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Ristinawati
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai manusia kontemporer yang sangat gemar bergaya hidup konsumtif. Dewasa ini jika kita memandang disekeliling kita penuh dengan beragam barang yang disuguhkan oleh para produsen yang membuat manusia menjadi tergiur untuk membeli produk tersebut. Ternyata kebiasaan mengkonsumsi pada masyarakat bukan lagi sekedar kebutuhan semata, tapi konsumsi saat ini menjadi suatu bentuk ?tanda?. Baudrillard mengatakan bahwa manusia kontemporer adalah manusia yang haus mengkonsumsi bermacam tanda dan simbol. Pergeseran pola konsumsi ini ternyata berhubungan dengan Kapitalis. Kapitalis ada pada masa manusia mengkonsumsi berdasarkan kebutuhan dan juga saat manusia menjadi pengkonsumsi tanda. Kapitalis bisa dikatakan sebagai produsen penghasil barang-barang konsumsi. Ada dua masa yang dikenal dalam pembentukan pola konsumsi tadi, yaitu kapitalisme klasik dan kapitalisme lanjut atau yang lenih dikenal dengan nama globalisasi. Berbicara mengenai globalisasi tentu tidak bisa dilepaskan dari media massa. Media massa menjadi bagian penting dalam promosi dan penjualan barang produksi. Manusia kontemporer adalah manusia yang konsumtif dan haus akan kekinian. Identitas manusia kontemporer adalah identitas yang diskursif, terfragmen, terpecah, dan tidak ada identitas yang otonom, identitas manusia kontemporer adalah identitas yang terkonstruksi oleh lingkungan sosialnya. Semuanya menjadi bias dan tidak teratur, inilah gambaran identitas kontemporer oleh padangan Postmodern.
This final paper discuss about the contemporary human who is very fond of consumptive lifestyle. Lately, if we look around us, it is full of various items provided by the producer that seduces human to buy their products. As a matter of fact, the consumptive habit on human is not just based on needs anymore, yet it has become a ?sign?. Baudrillard said that contemporary human is the human who thirst for various signs and symbols. Shifting of this consumption pattern is, in fact, connected with the capitalist. Capitalist exist in time when human consume based on needs and also at time when they also consume signs. The capitalist can be said as the producer of consumption goods. There are two eras that was known in shaping this consumption pattern, classic capitalism and advanced capitalism, which also known as globalization. Speaking about globalization, of course we cannot forget about the mass media. Mass media has become an important part in promotion and selling of production goods. Contemporary human is a consumptive and thirst of modernity type of human. Identity of a contemporary human is their discursive, fragmented, separated identity, and no identity is autonomous. The identity of a contemporary human is an identity constructed by its social environment. All becomes bias and irregular. This is the image from postmodern view of a contemporary identity.
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16116
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library