Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kroger, Jane, 1947-
London: Routledge, 2004
155.518 KRO i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca C.Y. Mardikoesno
"Remaja sebagai individu yang sedang berada pada masa transisi menuju ke dewasa, dituntut untuk membentuk ?sense of identity' dan melihat dirinya berbeda dan terpisah dari individu lain. Pencapaian identitas diri pada masa ini penting untuk keberhasilan remaja dalam menjalankan perannya di tahap berikutnya, yaitu tahap isolation vs intimacy (Erikson, 1968). Namun keadaan krisis biasanya mengiringi proses pembentukan identitas diri remaja, dan bila tidak dapat terselesaikan akan menyebabkan remaja terus berada pada kebingungan identitas dan tidak dapat menjalankan perannya sebagai individu yang utuh.
Pembentukan identitas diri terjadi melalui pencapaian physical self sexual self vocational self social self dan phylosophic self (Erikson, 1963). Sejalan dengan kompleksnya tugas perkembangan yang harus dihadapi oleh remaja, keadaan ekonomi dan pendidikan yang rendah dapat menjadi faktor yang menyulitkan remaja dalam membentuk identitas dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Marcia (1989) yang menyatakan bahwa keterbatasan ekonomi dan pendidikan menyulitkan remaja dalam mencapai identitas pada domain vocational. Pernyataan ini dikuatkan pandangan Erikson, yang mementingkan faktor pendidikan dan pekerjaan sebagai pembentuk identitas utama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana gambaran diri remaja miskin yang putus sekolah tercapai dengan melihat pencapaian identitas diri melalui penghayatan dan pemahaman remaja akan dirinya pada 5 domain. Oleh karena itu teknik yang digunakan dalam pelaksaan penelitian adalah metode studi kasus melalui wawancara mendalam. Sample yang digunakan dalam penelitian adalah remaja akhir dengan batasan usia antara 18-20 tahun. Alasan penggunaan batasan usia ini karena pada masa remaja akhir diasumsikan sudah dapat berpikir abstrak dalam mengintegrasikan seluruh pengalamannya dan membentuk identitas dirinya.
Dari 4 orang subyek yang diwawancara, peneliti memperoleh hasil bahwa pencapaian identitas diri pada remaja miskin yang putus sekolah memiliki kecenderungan yang besar berada pada status diffusion, namun masih ada kemungkinan remaja berada pada status foreclosure. Fenomena ini terjadi karena subyek terbatas dalam dua faktor penting dalam 5 domain pencapaian identitas diri.
Melihat hasil yang diperoleh dari penelitian ini, peneliti berpendapat penerimaan diri pada remaja miskin yang putus sekolah cukup baik, dan mereka cukup realistis dalam menentukan tujuan hidupnya. Ketidakberhasilan remaja miskin dalam mencapai salah satu domain identitas diri lebih disebabkan keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan dan minimnya keterampilan pekerjaan sehingga sulit bagi remaja miskin mendapat pilihan-pilihan. Hal lain yang cukup menarik dari penelitian ini adalah ditemukannya persamaan pada semua sample penelitian dalam memilih bidang pekerjaannya.
Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan melihat perbedaan identitas diri antara remaja miskin laki-laki dengan remaja miskin perempuan, dan mengapa remaja miskin cenderung memilih bidang pekerjaan yang sama."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Iik Firdhausi
"Penelitian ini membahas mengenai negosiasi identitas yang terjadi dalam interaksi sosial daring dalam jaringan atau yang biasa disebut dengan online melalui Facebook. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan dibedah melalui metode studi kasus, penelitian ini menemukan bahwa remaja SKR Sekolah Kita Rumpin dengan latar belakang sosial, ekonomi dan kondisi traumatis melakukan negosiasi identitas dalam kegiatan interaksi sosial daringnya. Penelitian ini menggunakan Teori Negosiasi Identitas dari Stella Ting-Toomey dan Konsep Diri untuk melihat bagaimana identitas yang ditampilkan dalam facebook setelah melalui proses negosiasi identitas.
Hasil dari penelitian ini adalah, melalui medium daring, remaja SKR dapat menggunakan identitas alternatifnya yang dibangun berdasarkan interaksi sosial yang dimaknainya. Identitas memunculkan persona diri dan kontrol sosial yang terbangun melalui serangkaian proses negosiasi. Identitas juga merupakan konsekuensi dari adanya kedekatan personal, keragaman situasi, dan dimensi budaya. Kehadiran Sekolah Kita Rumpin sebagai sebuah komunitas di tengah perkembangan remaja memberikan implikasi yang cenderung positif bagi perkembangan identitas remaja.

This research mainly talk about identity negotiation happens in online social interaction through Facebook. By using qualitative method and phenomenology, this research finds that adolescents of SKR Sekolah Kita Rumpin with their backgrounds of social situation, economic, and psychology do identity negotiation with some results in their social interaction activities in Facebook. This research goes for deep analysis how adolescents perform their main and alternative identities in Facebook using Ting Toomey Identity Negotiation and Self Concept.
The result of this research is, through online medium, SKR adolescents could use their alternative identity that built based on meaning of social interaction. Identity show self persona and social control that built through a identity negotiation. Also, identity is consequence from personal proximity, diversity of situation, and cultural dimention. The existence of Sekolah Kita Rumpin as a community among the adolescents gives a positive implication for them.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S69034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camilla Jasmine Silvana
"ABSTRAK
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat apakah keterlibatan ayah perceived father involvement memengaruhi Identity Processing Style yang dimiliki oleh remaja awal. Partisipan dalam penelitian ini yaitu 178 remaja SMP di daerah dengan status sosial ekonomi yang rendah yaitu Tanjung Priok, Jakarta Utara. Identity Processing Style remaja diukur dengan Identity Style Inventory-5 dan keterlibatan ayah diukur dengan Nurturant Fathering Scale serta Reported Father Involvement Scale. Penelitian ini menggunakan teknik multinomial logistic regression dalam mengolah data. Dalam penelitian ini didapatkan hasil yaitu terdapat pengaruh keterlibatan ayah dalam aspek afektif yang signifikan terhadap Normative Processing Style B=0,787.

ABSTRACT
The aim of this study is to examine the effect of perceived father involvement toward early adolescent rsquo s Identity Processing Style. Participants used in this study is 178 Junior High School rsquo s Adolescent in low social economic status region in Tanjung Priok, North Jakarta. Identity Processing Style was measured by Identity Style Inventory 5 and father involvement was measured by Nurturant Fathering Scale and Reported Father Involvement Scale. This study used multinomial logistic regression technique to process data. The result of this study shows that there is a significant effect from affective aspect of father involvement to Normative Processing Style B 0,787."
2017
S67379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aushi Ariana Putri
"Di akhir masa remaja, individu sering mengalami krisis identitas. Peran keluarga sangat penting dalam menjaga kestabilan pembentukan identitas remaja tersebut. Peneliti dalam penelitian korelasional ini ingin melihat keberfungsian keluarga sebagai prediktor identitas remaja akhir. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah McMaster Model of Family Functioning MMFF dan identitas Erikson. MMFF memiliki 6 dimensi di bawahnya yaitu dimensi penyelesaian masalah, komunikasi, peran dalam keluarga, respon afektif, keterlibatan afektif, dan kontrol perilaku.
Peneliti juga ingin melihat dimensi-dimensi MMFF yang memberikan kontribusi dalam memprediksi identitas remaja akhir. Pengukuran variabel MMFF menggunakan alat ukur Family Assesment Device FAD skala general functioning. Pengukuran variabel identitas remaja akhir menggunakan Erikson Psychosocial Stage Inventory EPSI skala identity. Partisipan penelitian berjumlah 496 remaja akhir dengan rentang usia 18 hingga 22 tahun. Pengujian hipotesis dilakukan dengan simple dan multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18.3 identitas remaja akhir dapat diprediksi oleh keberfungsian keluargnya R=.429.

At the end of adolescents 39 period, a person eventually experiencing an identity crisis. Family 39 s role is very important to keep the stability of adolescents 39 identity formation. Researchers as in this correlation study want to see family functioning as a predictor of late adolescents 39 identity. Theories used in this research are McMaster Model of Family Functioning MMFF theory and Erikson 39 s identity theory. Six dimensions under MMFF are problem solving, communication, family role, effective response, affective involvement, and behavior control.
The researcher also wants to see the MMFF 39 s dimensions that contribute to predicting late adolescents 39 identity. Measurement of MMFF was using a general functioning scale of Family Assessment Device FAD . Measurement of late adolescents 39 identity was using identity scale of Erikson Psychosocial Stage Inventory EPSI. The participants in this study were 496 late adolescents with the range of the age between 18 and 22 years. The hypothesis testing used simple and multiple regression. The results showed that the family functioning can predict 18.3 late adolescents 39 identity R .429.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verawati Dewi Susanti
"Kejadian stunting masih menjadi masalah kesehatan anak-anak bahkan hingga remaja. Dampak stunting khususnya pada remaja dapat memengaruhi mereka di sekolah dan kemungkinan juga berpengaruh pada konsep diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejadian stunting dengan konsep diri remaja di Jakarta Selatan. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif cross-sectional dengan menggunakan tabel z-score tinggi badan menurut usia (TB/U) dari WHO dan kuesioner Piers-Harris Childrens Self-Concept Scale 2nd Edition (Piers-Harris 2). Penelitian ini dilakukan pada 143 responden yang dipilih dengan menggunakan cluster, stratified dan random sampling pada sekolah di 10 Kecamatan yang berada di Jakarta Selatan. Hasil penelitian ditemukan 5,6% remaja di Jakarta Selatan mengalami stunting dan 64,3% memiliki konsep diri yang negatif. Selain itu, tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian stunting dengan konsep diri remaja di Jakarta Selatan. Konsep diri yang positif terdapat pada domain behavioral adjustment dan happiness and satisfaction. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelayanan kesehatan untuk lebih meningkatkan upaya penanganan stunting hingga pada masa remaja juga kepada sekolah agar dapat mengadakan dan/atau meningkatkan program-program yang berfokus pada pengembangan konsep diri peserta didik.

The incidence of stunting is still a health problem for children and even adolescent. The impact of stunting, especially in adolescents, can affect them in school and possibly influence their self-concept. This study aims to determine the relationship between the incidence of stunting and the self-concept of adolescents in South Jakarta Region. The design of this study was correlative analytic cross-sectional using the z-score height for age tables from WHO and Piers-Harris Childrens Self-Concept Scale 2nd Edition questionnaire (Piers-Harris 2). This study was conducted on 143 respondents who were selected using clusters, stratified and random sampling at schools in 10 sub-districts located in South Jakarta Region. The results of the study found 5.6% of adolescents in South Jakarta Region were stunted and 64.3% had a negative self-concept. In addition, there was no significant relationship between the incidence of stunting and the self-concept of adolescents in South Jakarta Region. Positive self-concepts are found in the behavioral adjustment and happiness and satisfaction domains. Furthermore, the results of this study are expected to be useful for health services to further improve stunting management efforts until adolescence also for schools to be able to hold and/or improve programs that focus on developing students self-concept."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library